• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN TERORISME DI INTERNET SEJAK TAHUN 1990-AN

VII. Difusi Pengaruh

132

Isu-isu Masyarakat Digital Kontemporer |

gerakan mereka. Karena mereka telah benar-benar menyebarkan pesan yang ditujukan untuk menonjolkan kekuatan dan kemampuan yang mereka miliki, tak sedikit orang yang kemudian memutuskan untuk bergabung dengan kelompok ini. Mereka dengan tegas menyerukan peperangan terhadap siapa saja yang ingin menghalangi niat mereka, dan memberikan perlindungan dan keamanan kepada siapa saja yang ingin bergabung dan mendukung gerakan mereka. ISIS juga telah menggunakan internet untuk mengubah pemikiran orang-orang yang membaca dan menonton konten mereka dengan mendorong mereka untuk meninggalkan nilai-nilai moralitas yang ‘normal’ dan bergabung dengan gerakan mereka.

133

BAB V | PERKEMBANGAN TERORISME DI INTERNET |

kelompok teroris, terutama mereka yang sudah sejak lama termarjinalisasi dan terisolasi dari masyarakat. Karena strategi ini, kelompok-kelompok teroris lebih berfokus pada interaksi langsung dengan orang-orang yang menikmati konten mereka. Mereka melakukan pendekatan psikologis untuk melakukan manipulasi pola pikir orang-orang terhadap perang.

Fokus utama dari difusi pengaruh ini adalah membangun interaksi dengan khalayak umum melalui internet untuk menjaring dukungan dari berbagai pihak.

Bagi Al-Qaeda, interaksi daring intensif yang mereka lakukan dapat dilihat melalui mulai munculnya akun-akun Facebook dan Twitter anggota-anggotanya yang tidak hanya menggunakan sarana ini untuk menyebarkan propaganda, namun juga untuk berinteraksi dengan para audiens masing-masing. Kelompok ini biasanya membangun interaksi dengan berkomunikasi dengan para target, menginformasikan kepada para target tentang tujuan dan misi organisasi, untuk berdiskusi dan berbagi pandangan tentang strategi organisasi, serta untuk secara langsung merekrut anggota baru. Di antara proses-proses ini, Al-Qaeda melakukan ‘cuci otak’ dengan memperkenalkan ideologi dan ajaran mereka agar para target mengerti prinsip-prinsip dasar yang dipegang oleh kelompok ini. Mereka juga mengadakan tutorial daring dengan mengundang para anggota untuk memberikan penjelasan tentang operasi dan strategi yang dijalankan oleh organisasi mereka. Maka dari itu, Al-Qaeda tidak hanya sudah menjalankan misi jihad melalui serangkaian aksi pengeboman, namun juga jihad di dunia maya dengan menyebarkan propaganda dan ide-ide mereka dengan merekrut anggota baru. Salah satu contohnya dalam kasus Al-Qaeda adalah istilah

‘Facebook Invasion,’ yang menggambarkan kemunculan para anggota Al-Qaeda yang menggunakan Facebook untuk menyebarkan propaganda.

Pada awanya, Al-Qaeda seringkali menggunakan chatrooms pribadi untuk berdiskusi dengan sesama anggota kelompok. Namun, setelah perkembangan internet, Al-Qaeda dan kelompok-kelompok lainnya mulai menggunakan grup privat di Facebook untuk berkomunikasi, karena ini dinilai lebih mudah dan memungkinkan semua orang yang memiliki ketertarikan dengan kelompok ini untuk bergabung. Istilah ‘Facebook Invasion’ diciptakan sebagai rujukan dalam pembuatan laman-laman yang berkaitan dengan Al-Qaeda di media sosial, seperti laman Osama bin Laden dan Sayyed Hasan. Melalui laman Facebook, para pengguna internet dapat dengan mudah bertemu dengan banyak orang lain, termasuk anggota Al-Qaeda, sehingga diskusi dan tukar pikiran dapat

134

Isu-isu Masyarakat Digital Kontemporer |

berlangsung. Keadaan ini dapat membantu Al-Qaeda untuk merekrut anggota baru dengan manipulasi yang mereka lakukan pada interaksi yang muncul di grup-grup ini. Kemudian, Al-Qaeda juga mengembangkan pendekatan khusus untuk melakukan propaganda kepada anak-anak dengan menciptakan permainan video berdasarkan misi jihadi untuk memperkenalkan kepada mereka misi-misi yang ada di medan perang dan untuk mendorong anak-anak turut serta dan bergabung dengan kelompok mereka (Weimann, 2015).

Lebih lanjut lagi, ISIS juga mengembangkan strategi mereka untuk terhubung dengan remaja-remaja dengan menggunakan Ask.fm, sebuah platform media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk menerima dan menjawab pertanyaan satu sama lain dengan semua orang. Strategi ini dilihat oleh ISIS sebagai cara yang tepat untuk menarik perhatian remaja-remaja yang ingin tahu dengan menjawab berbagai pertanyaan yang masuk dan diberikan dari para remaja-remaja ini. Aktivitas yang mereka lakukan di Ask.fm menyasar masyarakat internasional yang ingin tahu tentang agenda dan tujuan organisasi, serta bagi mereka yang tertarik untuk bergabung dengan organisasi mereka.

Anggota ISIS yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masuk di Ask.fm mereka ini biasanya membahas tentang tips dan trik melakukan perjalanan ke Irak dan Suriah, baik dari cara yang legal maupun ilegal. Misalnya cara- cara yang dapat diambil untuk menghindari kecurigaan dari aparat keamanan internasional, dan lainnya. Ini ditujukan khususnya bagi para calon anggota yang ingin bergabung dengan organisasi mereka. Organisasi ini semakin diuntungkan dengan penggunaan Ask.fm karena fitur anonimitas yang ditawarkan oleh platform ini, sehingga semakin memudahkan siapa saja yang ingin berinteraksi dengan anggota ISIS langsung, sekaligus sebagai media penyebaran pengaruh dan propaganda organisasi. Fitur anonimitas ini juga menjamin agar anonimitas mereka tetap terjaga dan tidak dapat dilacak oleh pihak berwajib. Salah satu anggota ISIS juga menggunakan fitur ini untuk menjelaskan kepada audiens tentang posisi, tujuan, dan agenda organisasi mereka, yang menurut mereka kontradiktif dengan apa yang telah banyak diberitakan di media. Anggota ini juga menjelaskan bagaimana Ask.fm dan media sosial lainnya dapat membantu ISIS untuk mencapai tujuannya, terutama dalam konteks penyebaran agenda dan perekrutan anggota baru (Express.co.uk, 2015).

Meskipun begitu, usaha pencucian otak yang dilakukan oleh ISIS ini pun juga tidak hanya menyasarkan pemuda pria, namun wanita juga. Al-Qaeda

135

BAB V | PERKEMBANGAN TERORISME DI INTERNET |

telah memiliki divisi khusus yang ditugaskan untuk menyebarkan paham dan pengaruh kepada para pejuang dan tentara wanita melalui internet dengan menggunakan berbagai video dan forum-forum dalam situs-situs web yang berafiliasi dengan Al-Qaeda. Kelompok ini menyarankan agar para wanita turut mendukung suaminya dengan berkontribusi pada perang dan konflik, sehingga mereka juga menganjurkan para wanita untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan jihad. Kelompok ini merilis beberapa video tentang berbagai anggota wanita mereka yang tengah berpamitan dengan anak mereka yang akan menjadi pelaku bom bunuh diri, dan reaksi para ibu ini yang terlihat sangat lega setelah mengetahui anak-anak mereka telah mati sebagai pelaku bom bunuh diri. Beberapa video tentang dokumentasi cerita oleh para anggota wanita yang terlibat dalam berbagai perang dan bom bunuh diri sebagai bagian dari organisasi juga dirilis oleh kelompok ini untuk menginspirasi wanita lainnya.

Al-Qaeda juga menyediakan berbagai forum daring bagi para tentara wanita dan pengunjung yang tertarik untuk berdiskusi soal keterlibatan wanita dalam kelompok ini. Beberapa video praktis yang menawarkan tata cara operasional berbagai kegiatan organisasi yang dilakukan baik oleh wanita dan pria juga banyak dibagikan oleh organisasi ini. Kelompok Al-Qaeda dianggap telah sukses dalam melakukan manipulasi dan brainwash terhadap para wanita dan publik secara umum tentang agenda organisasi kepada publik internasional, baik yang pria maupun wanita.

Proses difusi pengaruh dengan menggunakan internet ini telah membantu kelompok teroris untuk mencapai dampak tertentu, terutama melihat jumlah orang yang tertarik untuk bergabung atau mendukung kelompok-kelompok teroris ini. Kelompok teroris ini juga telah menciptakan persona tertentu yang menginspirasi para pengikut mereka untuk berkontribusi dalam berbagai misi-misi organisasi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah serangan ‘mandiri’ yang banyak dilancarkan berbagai teroris di seluruh dunia yang tidak berafiliasi langsung dengan kelompok-kelompok teroris. Tragedi pengeboman di Madrid pada tahun 2004, di Kairo pada tahun 2005, dan di Jerman di tahun 2006 adalah beberapa contoh aksi terorisme yang didorong oleh propaganda dan informasi praktis tentang terorisme (misalnya cara perakitan bom) yang banyak beredar di internet (Sagemann, 2008). Para pelaku ini telah mengakui bahwa mereka sangat menghormati perspektif dan ideologi yang dianut oleh para kelompok teroris ini walaupun kelompok-kelompok terorisme ini tidak menginstruksikan mereka

136

Isu-isu Masyarakat Digital Kontemporer |

untuk melakukan aksi terorisme. Al-Qaeda telah berhasil menyebarkan pengaruh politik mereka, dengan menakar dari banyaknya jumlah aksi terorisme terpisah yang tidak mereka lakukan namun merupakan aksi yang mendapat pengaruh dan inspirasi dari kelompok ini (Sagemann, 2008). Tutorial perakitan bom yang dapat dilakukan dan dipelajari oleh para pengebom amatir merupakan salah satu contoh dari keberhasilan internet dalam membantu kelompok terorisme dalam menyebarkan propaganda mereka, apalagi bagaimana teroris dapat menghubungkan diri dengan masyarakat internasional di luar keterbatasan geografis yang ada.

Meskipun pesan yang disampaikan oleh Al-Qaeda dan ISIS kebanyakan bernuansa kekerasan, hal ini tidak menghalangi mereka untuk mencapai keberhasilan dalam mendifusikan pengaruh mereka kepada khalayak banyak.

Melalui komunikasi langsung, misalnya diskusi daring, kelompok teroris telah berhasil memperoleh pengaruh politik dengan berhasil meyakinkan pengguna internet tentang misi mereka. Lebih lanjut lagi, meskipun penerapan hukum syariah adalah pedoman yang dipegang teguh oleh ISIS, mereka tetap dapat menarik perhatian orang-orang non-Islam dan Barat yang tidak memiliki latar belakang Islam sama sekali, hanya dari interaksi lewat internet. Internet telah membimbing ISIS dalam usaha mereka untuk membentuk perspektif global tentang konsep perang, mengingat difusi tidak hanya dilancarkan pada kelompok Muslim namun juga non-Muslim, dan jumlah anggota non-Muslim mereka yang telah berjumlah kurang lebih 4000 orang di awal tahun 2015 (Engel, 2015). Banyaknya anggota ISIS yang berasal dari Barat ini dapat terjadi karena usaha cuci otak yang dilakukan oleh ISIS melalui komunikasi langsung dengan mereka. Anggota-anggota ISIS kebanyakan juga menggunakan strategi penawaran menarik kepada para calon anggota, dengan memberi iming- iming seperti senjata, gaji besar, istri-istri, dan lain-lain. Dengan memengaruhi dan memanipulasi pola pikir mereka, kelompok teroris dapat dengan sukses merekrut anggota-anggota baru dengan menggunakan internet.