- Adanya aturan dari organisasi yang menyebabkan perbedaan antara apa yang mau dicapai oleh organisasi dengan tujuan masyarakat. Disamping itu masih adanya cara pandang internal organisasi yang menganggap pengetahuan professional pakar lebih hebat dibandingkan dengan apa yang diketahui rakyat lokal
Menurut Tjokroamidjojo (1993, p. 226) menyebutkan faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam partisipasi masyarakat adalah:
- Faktor kepemimpinan dimana untuk menggerakkan partisipasi sangat diperlukan adanya pemimpin dan kualitas kepemimpinan yang mendukung - Faktor komunikasi dimana gagasan-gagasan, ide-ide dan rencana-rancana
baru akan mendapat dukungan bila diketahui dan dimengerti oleh masyarakat
- Faktor pendidikan dimana dengan tingkat pendidikan yang memadai maka individu akan dapat memberikan partisipasi yang diharapkan
Sementara menurut Sastropoetro (1988, p. 22) faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri atas:
- Pendidikan, kemampuan baca tulis, kemiskinan, kedudukan sosial dan percaya terhadap diri sendiri
- Penginterpretasian yang keliru terhadap ajaran agama
- Kecenderungan untuk menyalahartikan motivasi, tujuan dan kepentingan lembaga dalam melakukan upaya pemberdayaan sehingga menimbulkan persepsi yang keliru
- Tidak tersedianya kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai program pembangunan
Faktor-faktor tersebut satu sama lain saling mempengaruhi dalam menghadirkan hambatan maupun pendorong masyarakat untuk berpartisipasi.
sifatnya individu sekaligus kolektif karena menyangkut perubahan hubungan kekuasaan antara individu, kelompok dan lembaga-lembaga sosial. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat miskin maka Kartasasmita (1996, p. 163) menambahkan bahwa upaya pemberdayaan sebaiknya menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan akan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien.
Schopler dan Galinsky dalam Kirst-Ashman (2008, p. 45) menyebutkan bahwa ada empat alasan mengapa kelompok sangat relevan dengan pekerjaan sosial. Yakni pertama, kelompok memberikan ruang bagi individual untuk saling berbagi minat dan tujuan yang sama serta menyediakan dukungan, informasi dan motivasi bagi anggota kelompoknya. Melalui kelompok, pengaruh terhadap lingkungan sosial akan lebih besar daripada dilakukan seorang individu. Kedua, kelompok memperkuat potensi kreatif dan pemecahan masalah karena melalui kelompok, anggota dapat saling bertukar ide, gagasan dan pendapat, menganalisa masalah yang sedang mereka hadapi, memperoleh pengalaman baru dan mengembangkan pendekatan-pendekatan baru terhadap suatu isu. Terpaparnya anggota kelompok dengan berbagai perspektif yang berbeda dari anggota lainnya akan mendorongnya timbulnya ide dan kreativitas. Alasan ketiga mengapa kelompok itu penting adalah karena dengan bekerja dalam kelompok maka anggota akan saling mempengaruhi satu sama-lain. Setiap anggota kelompok dituntut tanggungjawabnya untuk memastikan suatu pekerjaan terlaksana. Dengan cara ini anggota kelompok dapat saling memperkuat satu sama lain untuk menghasilkan kemajuan dan mencapai tujuan kelompok. Dan alasan keempat mengapa bekerja dalam kelompok itu penting oleh karena pada saat kelompok melakukan perencanaan, intervensi ataupun pengambilan keputusan, kelompok memberikan cara yang paling efisien untuk berkomunikasi, menyelesaikan permasalahan dan pengambilan keputusan.
Menurut Cramer dalam Hutchison (2003, p. 437) kelompok adalah sekumpulan individu yang saling berinteraksi satu sama lain, menganggap dirinya
adalah bagian dari suatu kelompok, saling bergantung dan bergabung bersama untuk mencapai suatu tujuan atau memenuhi suatu kebutuhan dan dipengaruhi oleh sekumpulan aturan dan norma. Sementara Brigham dalam Walgito (2007, p.
8) menyebutkan bahwa kelompok adalah dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain serta diikat oleh kepentingan atau tujuan bersama. Dalam kaitan dengan pengertian kelompok, kita dapat melihat adanya interaksi, saling bergantung, pengaruh dan pencapaian suatu tujuan bersama.
Dalam pekerjaan sosial, Zastrow (2006) menyebutkan ada berbagai jenis kelompok yakni (1) kelompok percakapan sosial (sosial conversation group), yakni kelompok yang hubungannya terbangun atas dasar percakapan antara orang- orang yang tidak terlalu saling mengenal dan hanya sekedar untuk membangun hubungan dengan pihak lain (2) kelompok rekreasi atau penguatan kapasitas (recreation / skill building group), yakni kelompok yang bertujuan menikmati waktu berekreasi bersama atau melakukan kegiatan penguatan kapasitas dengan cara yang santai dan menyenangkan (3) kelompok pendidikan (education group) yang bertujuan untuk belajar suatu pengetahuan atau keterampilan tertentu (4) kelompok tugas (task group) yakni kelompok yang dibentuk untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu dan akan bubar setelah tugas diselesaikan (5) kelompok penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan (problem solving and decision making group), dimana kadang-kadang kelompok ini dianggap bagian dari kelompok tugas (6) kelompok fokus (fokus group) yang bertujuan untuk mendiskusikan isu atau topik tertentu (7) kelompok tolong menolong (self- help and mutual aid group) yang bertujuan untuk saling tolong menolong diantara anggotanya mengatasi permasalahan pribadi atau sosial. (8) kelompok sosialisasi (sosialization group) yang tujuan utamanya adalah untuk membentuk sikap dan perilaku anggota kelompok agar dapat lebih diterima secara sosial di masyarakat.
(9) kelompok penanganan (treatment group), umumnya terdiri dari anggota yang memiliki masalah pribadi, perilaku atau emosional yang parah sehingga pemimpin kelompok harus memiliki kecakapan konseling dan memimpin yang kuat serta mampu secara akurat menanggapi respon dari anggota kelompok atas hal yang sedang dibicarakan (10) kelompok pelatihan sensitivitas dan encounter (sensivity
and encounter training) dimana anggota kelompok ini berinteraksi satu sama lain dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran antar pribadi.
Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat maka bentuk kelompok pendidikan dan tolong menolong sering dipakai sebagai sarana interaksi antara anggota masyarakat. Lewat kelompok tersebut para pelaku perubahan memberikan informasi, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan kepada warga dampingan. Saat terjadi permasalahan maka hal tersebut dibicarakan dalam pertemuan kelompok untuk mencari jalan keluar berdasarkan kesepakatan bersama berbasiskan sumber daya yang dimiliki oleh warga ataupun dukungan dari pihak-pihak lainnya.
Walgito (2007) menyebutkan beberapa alasan lainnya mengapa seseorang bergabung dalam kelompok yakni
- Untuk mencapai suatu tujuan yang secara individu sulit dicapai
- Untuk memenuhi kebutuhan psikologis seperti rasa aman bergabung dalam satu kelompok maupun fisiologis (secara tidak langsung), contohnya saat seseorang bergabung dengan kelompok usaha dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan keuangan yang dapat mencukupi kebutuhan ekonomi, yang akhirnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis.
- Kelompok dapat mendorong pengembangan konsep diri dan meningkatkan harga diri seseorang,
- Kelompok dapat memberikan pengetahuan dan informasi bahkan keuntungan ekonomis
Berdasarkan hal di atas maka pada dasarnya seseorang masuk dalam kelompok dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan baik yang bersifat material maupun non material.
Berbagai penjelasan di atas menunjukkan bagaimana kelompok menjadi media yang efektif dalam melakukan perubahan pada masyarakat karena kelompok menjembatani interaksi antar individu sehingga terbangun ikatan yang kuat antara anggota untuk saling memperhatikan, saling menolong, saling berbagi informasi dan pengetahuan, menyelesaikan permasalahan dan mengambil keputusan bersama serta bekerjasama dalam upaya pencapaian tujuan.
3.1. Deskripsi Wilayah Pelayanan Wahana Visi Indonesia