• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Miskin Perkotaan, Studi Deskriptif Program Pengembangan Wilayah (ADP) Wahana Visi Indonesia di kelurahan Cilincing Jakarta Utara ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana proses pemberdayaan dilaksanakan kepada warga sasaran khususnya kepada kelompok dampingan (di bidang kesehatan dan peningkatan ekonomi) serta mendeskripsikan dan menganalisis hal apa saja yang mendukung dan menghambat keterlibatan kelompok dampingan tersebut dalam kegiatan pemberdayaan tersebut.

Dari hasil penelitian tersebut, berikut adalah beberapa hal yang menjadi kesimpulan yakni :

5.1.1 Upaya Pemberdayaan kepada Kelompok Dampingan

ADP Cilincing dalam melakukan proses pemberdayaan kepada kelompok dampingan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut yakni

a. Tahap persiapan program yang terdiri atas proses penyampaian identitas organisasi Wahana Visi Indonesia dan rencana program pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan di wilayah dampingan serta pembentukan komite proyek. Proses penyampaian informasi ini dilakukan dalam rangka memperkenalkan diri organisasi serta membangun hubungan antara Wahana Visi Indonesia dengan warga dampingan serta para pemangku kepentingan di wilayah dampingan. Dalam proses ini tim ADP sudah melibatkan kader- kader PKK untuk memobilisasi kehadiran warga dalam pertemuan sosialisasi tersebut. Tim ADP melihat keberadaan kader PKK tersebut sebagai potensi untuk keberlanjutan program setelah ADP selesai dan meninggalkan wilayah dampingan. Langkah berikutnya adalah memfasilitasi pembentukan komite proyek yang beranggotakan tokoh masyarakat setempat, kader maupun warga biasa dari setiap Rw dampingan.

Komite proyek ini mewadahi aspirasi dan masukan warga dampingan

terhadap program ADP dan kegiatannya berperan sebagai mitra ADP Cilincing dalam melakukan proses pemberdayaan di lapangan sekaligus kelak akan meneruskan apa yang sudah dibangun bersama-sama dengan warga dampingan selama ini agar manfaat dari pemberdayaan serta perubahan yang terjadi akibat pemberdayaan tersebut bisa terus berkelanjutan.

b. Tahap assessment atau kajian terhadap permasalahan dan potensi sumber daya warga dampingan dilakukan setelah tahap persiapan lapangan. Tim ADP melakukan survey kondisi awal (baseline survey) bersama-sama dengan komite proyek untuk mendapatkan gambaran awal dari kondisi masyarakat kelurahan Cilincing terkait dengan isu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Hasil survey ini kemudian didalami dengan melakukan pemetaan masalah dan potensi sumberdaya masyarakat yang melibatkan orang dewasa maupun anak-anak sebagai narasumbernya dan dilakukan di setiap Rw dengan metode PLA. Hasil assessment ini menjadi input bagi tahap perumusan rencana intervensi.

c. Tahap perumusan rencana intervensi yang dilakukan tim ADP terdiri atas dua bagian yakni pertama menyusun rancangan program tiga tahunan yang disebut sebagai dokumen desain program / proyek (Program / project design document – PPDD). Perumusan PPDD ini dilakukan bersama-sama dengan komite proyek dan perwakilan pemangku kepentingan setempat.

PPDD tersebut berisikan logframe dari setiap kegiatan proyek yang akan dilakukan oleh tim ADP dalam periode tiga tahun. Kedua, berdasarkan PPDD tersebut selanjutnya disusun rencana operasional tahunan. Rencana operasional tahunan dirumuskan bersama-sama warga dampingan pada setiap pertengahan tahun setelah tim ADP menyelesaikan implementasi lapangan pada semester pertama.

d. Tahap implementasi merupakan tahap dimana rencana operasional tahunan diimplementasikan di lapangan oleh tim ADP. Umumnya kegiatan yang dilakukan adalah penguatan kapasitas warga dampingan dalam bentuk pelatihan-pelatihan maupun kegiatan pendampingan untuk menindaklanjuti pelatihan-pelatihan tersebut. Dalam tahap implementasi ini tim ADP turut

melibatkan ketua Rw atau Rt setempat untuk merekomendasikan para peserta kegiatan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan tersebut.

Selain memperkuat potensi dan sumberdaya yang dimiliki warga dampingan melalui kegiatan-kegiatan pelatihan, tim ADP juga menghubungkan mereka dengan pihak-pihak lainnya yang dapat mendukung terciptanya peluang- peluang maupun mewujudkan perubahan pada kehidupan mereka. Upaya pemberdayaan ADP dengan pendekatan kelompok menolong warga dampingan untuk bisa saling menolong dan bekerjasama untuk membangun daya dan potensi yang ada pada mereka dalam rangka mewujudkan perubahan. Saling berbagi pengalaman maupun peran dalam kelompok menolong warga untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengatasi permasalahan yang muncul dalam implementasi kegiatan di lapangan. Pada kelompok kader kesehatan, tim ADP bekerjasama erat dengan pihak puskesmas maupun PKK setempat dalam memfasilitasi kegiatan pelatihan tersebut. Melalui proyek CVA (Citizen Voice and Action) yang merupakan proyek advokasi kesehatan, tim ADP juga memperlengkapi warga dampingan untuk dapat memperjuangkan hak- haknya memperoleh layanan kesehatan yang memadai. Hal ini menjadi upaya ADP untuk melindungi kelompok yang lemah yakni masyarakat miskin di kelurahan Cilincing agar mereka dapat menikmati akses pada layanan kesehatan yang seharusnya disediakan oleh pihak pemerintah.

Sementara pada kelompok usaha pengembangan ekonomi: tim ADP memulai pemberdayaan pada warga dampingan dengan melakukan survey pasar untuk menetapkan jenis usaha yang akan dikembangkan. Selanjutnya warga diikutsertakan dalam pelatihan keterampilan usaha dan pengembangannya sesuai dengan jenis usaha yang diminati. Untuk memudahkan pemberian dukungan kepada warga dampingan tersebut maka mereka dikelompokkan berdasarkan jenis usaha maupun kedekatan lokasi tempat tinggal anggota. Akses terhadap bantuan permodalan untuk pengembangan usaha kelompok juga difasilitasi oleh tim ADP dengan menghubungkan anggota kelompok usaha dengan PT Vision Fund maupun lewat mekanisme kelompok simpan pinjam ASCA. Adapun produk dari

kelompok usaha saat ini masih dipasarkan di lingkungan sekitar kelompok dampingan dan tim ADP membantu pemasarannya lewat kegiatan-kegiatan pameran yang diikuti oleh kelompok usaha tersebut.

e. Dalam proses perencanaan dan implementasi kegiatan ADP, temuan penelitian menunjukkan bahwa tim ADP telah mengupayakan terciptanya suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang dengan diakomodirnya pendapat dan masukan warga terhadap rencana dan implementasi kegiatan ADP. Warga didorong untuk berani menyatakan pandangan-pandangannya dalam pertemuan-pertemuan yang difasilitasi ADP sehingga memberikan ruang bagi potensi diri maupun kelompoknya dimunculkan. Pada saat yang sama, warga dampingan disadarkan akan potensi yang dimilikinya yang bisa dikembangkan bersama-sama untuk mewujudkan perubahan pada diri mereka.

f. Tahap evaluasi, dimana secara berkala tim ADP melakukan evaluasi atas pencapaian yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatannya. Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan operasional tahunan dilaksanakan pada setiap akhir semester sementara untuk rancangan program tiga tahunan dilakukan setiap tiga tahun sekali. Dalam hal ini ADP telah melakukan evaluasi atas rancangan program tiga tahunan pada tahun 2006, 2009 dan 2012. Saat ini ADP bersiap memasuki periode tiga tahun terakhir dalam implementasi programnya di Cilincing sebelum pada akhir 2015 mengakhiri programnya.

5.1.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Keterlibatan Warga

Dari hasil temuan lapangan maka faktor-faktor yang mendukung keterlibatan warga dampingan dalam kegiatan pemberdayaan ADP Cilincing berasal dari internal dan eksternal organisasi yakni :

a. Internal organisasi

o Upaya ADP untuk mengusahakan keterlibatan warga dampingan dengan sengaja dalam seluruh tahapan program pemberdayaan. Ini dilakukan dengan mengundang semua pihak terlibat dan bekerjasama dengan kader PKK maupun para ketua Rt dan Rw untuk memobilisasi

kehadiran warga dampingan dalam pertemuan-pertemuan kegiatan ADP.

o Adanya kebijakan organisasi yang mengarahkan tim ADP untuk memberi ruang bagi warga dampingan memberikan pendapat dan masukan-masukannya atas rencana kegiatan dan implementasinya di lapangan. Pendapat dan masukan-masukan tersebut diakomodir oleh ADP untuk terus meningkatkan kualitas program dan pendampingannya di lapangan.

o Adanya upaya penyampaian informasi tentang program dan kegiatan ADP kepada warga dampingan secara terus-menerus oleh tim ADP baik melalui pertemuan formal maupun informal.

b. Eksternal organisasi

o Upaya penyampaian informasi sebagaimana disebutkan di atas menyebabkan warga dampingan memperoleh pemahaman dan kejelasan tentang kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh ADP.

Adanya kejelasan tentang tujuan program, serta manfaat yang dirasakan warga dampingan dari mengikuti kegiatan tersebut membuat mereka bersedia untuk terlibat aktif dalam kegiatan ADP.

o Adanya dukungan dari ketua Rt dan Rw dalam menentukan partisipan dari kegiatan-kegiatan ADP maupun memonitor keterlibatan warganya dalam kegiatan tersebut juga menjadi faktor yang mendorong warga dampingan untuk bersedia terlibat.

Adapun faktor yang dianggap menghambat keterlibatan warga dalam kegiatan ADP adalah sebagai berikut:

a. Internal organisasi

o Adanya kegiatan ADP yang menuntut peserta untuk mengikuti proses yang cukup rumit seperti mengolah data dan kalkulasi, misalnya pada pelatihan analisa kelayakan usaha, pembukuan atau pengelolaan ekonomi rumah tangga membuat warga dampingan ada yang enggan untuk terlibat.

o Adanya aturan yang berlaku di dalam organisasi yang tidak dapat memberikan bantuan langsung dari program dalam bentuk uang maupun barang sebagai imbalan atas keterlibatan warga dalam kegiatan ADP membuat sejumlah warga tidak bersedia terlibat.

b. Eksternal organisasi

o Adanya kekhawatiran warga bahwa program ADP memiliki agenda misi dakwah sempat membuat warga tidak bersedia untuk ambil bagian dalam kegiatan ADP khususnya pada saat awal program ADP dimulai.

o Kesibukan warga dampingan dalam melakukan urusan rumah-tangga maupun pekerjaannya sehari-hari menjadi kendala bagi mereka untuk bisa terlibat dalam kegiatan ADP.