• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.8 Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.8 Evaluasi Keperawatan pada Ny.S dengan Diagnosa Medis Asam Urat dan Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut di Desa Panditan Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan.

Ny. S (50 Tahun) Hari/

Tanggal

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Senin

16/05/2022

Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis

S : Klien mengatakan lutut sebelah kanannya sudah tidak terlalu nyeri.

Nyeri seperti tertusuk-tusuk. Di area lutut kanan. Skala nyeri turun menjadi 3. Nyeri datang saat klien melakukan aktivitas berlebih dan berdiri terlalu lama. Ringan saat

klien istirahat atau tidur. Nyeri hilang timbul.

O :

- Keadaan umum klien baik.

- Kesadaran composmentris - Ekspresi wajah klien yang

tampak menyeringai saat lutut sebelah kanan di gerakkan sudah berkurang - Ekspresi klien yang

tampak meringis saat lutut kanan di beri sentuhan berkurang.

- Klien tampak lebih rileks - TTV

TD : 120/80mmHg N : 80x/mnt

RR : 21x/mnt S : 36,1ᵒC

A : Masalah Teratasi karena nyeri sudah berkurang.

P : Intervensi dihentikan.

Ny. S (56 Tahun) Hari /

Tanggal

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan Senin

16/05/2022

Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis

S : Klien mengatakan sudah tidak terasa nyeri pada lutut sebelah kanan dan kiri serta tangan kanannya. Nyeri terasa cenut- cenut. Skala nyeri 2. Nyeri datang

saat klien melakukan aktivitas berlebih dan ketika berjalan terlalu jauh. Ringan saat klien istirahat atau tidur. Nyeri hilang timbul.

O :

- Keadaan umum klien baik.

- Kesadaran composmentris - Klien sudah tidak tampak

meringis saat kedua lututnya digerakkan

- Klien sudah tidak tampak menyeringai saat tangan kanannya di beri pijatan - Klien sudah tidak bersikap

protektif - TTV

TD : 120/80mmHg N : 79x/mnt RR : 21x/mnt S : 36,1ᵒC

A : Masalah Teratasi karena keluhan nyeri berkurang.

P : Intervensi dihentikan

BAB 4 PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam studi kasus penerapan asuhan keperawatan gerontik pada penderita gout arthritis dengan masalah keperawatan nyeri akut yang meliputi Pengkajian Keperawatan, Diagnosa keperawatan, Intervensi keperawatan, Implementasi keperawatan dan Evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian Keperawatan

Pada tanggal 13 Mei 2022 data yang didapatkan dari hasil pengkajian kedua klien adalah seorang perempuan Ny.S usia 50 tahun dan Ny.S usia 56 tahun.

Pada tinjauan kasus di dapatkan pasien Ny.S usia 50 tahun mengeluh nyeri pada lutut sebelah kanan. Nyeri itu muncul ketika melakukan aktivitas berlebih dan berdiri terlalu lama, nyeri ringan saat klien istirahat atau tidur. Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 6, hilang timbul. Klien juga tampak menyeringai saat lutut sebelah kanan digerakkan dan tampak meringis saat lutut sebelah kanannya diberi sentuhan. Tidak hanya pada Ny.S 50 tahun didapatkan data klien mengeluh sulit bergerak aktif karena nyeri yang dirasakan pada lutut sebelah kanannya, klien juga mengatakan saat berdiri terlalu lama lutut kanannya akan terasa sakit dan juga lutut kanan klien terlihat tremor setelah kembali berjalan, klien juga meminta bantuan keluarga saat mau berdiri. Dan pada klien Ny.S usia 56 tahun di dapatkan data klien mengatakan nyeri pada lutut sebelah kanan dan kiri serta tangan sebelah kanan. Nyeri timbul saat klien melakukan aktivitas berlebih, berjalan terlalu jauh serta saat mengangkat benda yang terlalu

92

berat. Nyeri terasa cenut-cenut dengan skala nyeri 5 dan hilang-timbul. Nyeri yang dirasakan akan menjadi ringan ketika beristirahat. Klien juga terlihat tampak meringis saat kedua lututnya di gerakkan dan tampak menyeringai saat tangan kanan diberi sedikit pijatan. Namun, tidak hanya itu saja klien mengatakan dirinya sulit bergerak aktif karena nyeri yang dirasakan pada kedua lututnya, saat melakukan perjalanan jauh dan mengangkat benda berat kedua lututnya dan tangan kanannya akan terasa sakit. Klien juga tampak berjalan pelan-pelan dan kedua lututnya tampak tremor saat berjalan. Menurut Rotschild dalam Yusuf, et al. (2021), komplikasi dari gout arthritis meliputi sefere degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur sendi. Sitokin, kemokin, rotease, dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan sonivitis kronis, dekstrusi kartilago, dan erosi tulang. Berdasarkan hasil tes uric acid Ny.S usia 50 tahun yang menunjukan angka 6,2 mg/dL dan Ny.S usia 56 tahun sebanyak 6,8 mg/dL. Dimana angka normal uric acid pada perempuan adalah 2,4 – 6,0 mg/dL. Ny.S dan Ny.S mengalami nyeri pada persendian disebabkan kebiasaan dari mereka yang masih gemar mengkonsumsi makanan tinggi purin, seperti jerohan dan kacang-kacangan yang mengakibatkan tingginya kadar asam urat yang masuk dan tersimpan di dalam sendi. Masuknya asam urat ke dalam sendi ditandai dengan tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia) yang dapat menyebabkan penumpukan Kristal monosodium urat dalam persendian dan mengaktifkan reseptor makrofag pada persendian sehingga terjadi reaksi inflamasi pada persendian. Menurut Iskandar Junaidi (2012), terlalu sering mengkonsumsi makanan yang tinggi purin dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Menurut Untari dan Wijayanti

(2017), nyeri pada persendian terjadi karena kadar asam urat yang tinggi di dalam darah melebihi batas normal sehingga menyebabkan penumpukan asam urat di dalam persendian atau organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri dan peradangan. Gejala awal asam urat biasanya hanya menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari. gejala yang akan timbul adalah nyeri yang hebat dirasakan pada malam hari, sendi yang terserang akan membengkak dan kulit diatasnya akan berwarna kemerahan bahkan keunguan, terasa kencang, hangat pada daerah persendian, nyeri saat di gerakkan serta terdapat benjolan pada sendi. Pasien gout arthritis juga bisa mengalami kekakuan pada sendi ( Untari dan Wijayanti, 2017).

Pada tinjauan kasus Klien Ny.S 50 tahun dan Ny.S 56 tahun mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui tentang gout arthritis dan cara pencegahannya, mereka tampak bingung dan tidak bisa menjawab saat ditanya tentang apa itu asam urat dan bagaimana cara pencegahannya. Sedangkan pada tinjauan pustaka, Menurut (Purnamasari & Listyarini, 2015) cara pencegahan dari penyakit tersebut adalah dengan melakukan pembatasan asupan purin seperti menghindari makanan mengandung purin seperti jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus), sarden, kerang, kacang-kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo. Dan memenuhi asupan kalori sesuai kebutuhan jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.

Menurut penulis tidak hanya dengan membatasi asupan makanan yang mengandung purin pencegahan dari penyakit asam urat tetapi, juga dengan meningkatkan konsumsi air putih dan dengan konsumsi obat-obatan seperti

allopurinol yang berguna untuk mengurangi produksi asam urat dalam tubuh serta meningkatkan proses pembuangan asam urat melalui urine.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian keperawatan gerontik yang dilakukan pada klien Ny.S dan Ny.S masing-masing terdapat 3 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi dan defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018), diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan diagnosa medis Gout Arthritis ada 5, yaitu 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis; 2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi; 3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi; 4) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit; 5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur. Pada studi kasus hanya ditemukan 3 diagnosa keperawatan saja. Hal ini dikarenakan dari hasil pengkajian yang telah dilakukan hanya mengarah terjadinya 3 diagnosa keperawatan tersebut. Dari tiga diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diatas, peneliti mengambil diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis sebagai diagnosa keperawatan prioritas. Hal ini dikarenakan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis merupakan diagnosa keperawatan yang mengganggu aktivitas dari klien dan dapat menjadi salah satu etiologi dari diagnosa keperawatan yang lainnya.

4.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan secara umum, namun masing-masing intervensi tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Kriteria hasil yang ditetapkan untuk mengatasi diagnosa keperawatan prioritas nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis disesuaikan dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018), diantaranya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali kunjungan rumah diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri menurun, meringis menurun, sikap protektif menurun, kesulitan tidur menurun. Berikut intervensi keperawatan untuk diagnosa keperawatan prioritas yang telah disusun sesuai Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018) dengan menyesuaikan tinjauan kasus, antara lain: Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, durasi nyeri, faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, monitor TTV, berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, kontrol lingkungan yang memperlambat rasa nyeri, jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan pada tinjauan pustaka hanya membahas pelaksanaan implementasi keperawatan dan respon klien. Berikut adalah pelaksanaan implementasi keperawatan dan respon klien pada studi kasus ini.

Pada klien Ny.S (50 tahun) dilakukan implementasi keperawatan hari pertama pada tanggal 13 mei 2022 dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, semua intervensi keperawatan telah

dilakukan selama 3 hari meliputi tindakan keperawatan seperti : Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, memonitor ttv, memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, mengkontrol lingkungan yang memperlambat rasa nyeri, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, menjelaskan strategi meredakan nyeri. Respon klien terhadap penulis sangat baik, mengikuti arahan dari penulis, klien juga bersikap kooperaktif menjawab semua pertanyaan yang diajukan penulis dan penjelasan dari penulis diterima dan dimengerti oleh klien. Pada kunjungan rumah berikutnya tanggal 14 mei 2022 tindakan yang dilakukan adalah sama dengan hari pertama yaitu Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, memonitor ttv, memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri. Respon klien saat dilakukan tindakan tersebut klien menerima dan tentunya selalu menjawab pertanyaan penulis juga mengkuti arahan penulis dengan baik dan bersungguh-sungguh. Kemudian klien melakukan kontrak untuk melakukan tindakan keperawatan ini lagi pada hari berikutnya dan klien telah menyetujuinya. Pada tanggal 15-mei 2022 merupakan implementasi keperawatan hari terakhir klien dimana dilakukan implementasi yaitu Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, memonitor ttv, memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.

Respon klien saat dilakukan implementasi keperawatan hari ketiga adalah klien sangat kooperatif dan mau bekerja sama dengan baik bersama penulis demi kesembuhan klien, klien selalu mengerti dan memahami apa yang diperintahkan penulis. Klien juga mengatakan setelah selama tiga hari telah dilakukan

implementasi keperawatan klien merasa dirinya sedikit jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan berkat setelah dilakukan implementasi keperawatan tersebut oleh penulis klien sudah mengerti apa saja yang harus dilakukan jika nyeri akibat asam urat tersebut tiba-tiba muncul.

Pada Ny.S (56 Tahun) dilakukan implementasi dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis hari pertama pada tanggal 13-mei-2022 dan dengan jam yang berbeda dengan klien Ny.S (50 Tahun). Implementasi keperawatan tersebut meliputi mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, memonitor ttv, memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, mengkontrol lingkungan yang memperlambat rasa nyeri, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, menjelaskan strategi meredakan nyeri. Respon klien pada implementasi hari pertama, klien sangat bersikap kooperaktif, selalu mengikut arahan dan juga perintah dari penulis juga menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penulis dengan sangat baik. Pada tanggal 14 mei 2022 dilakukan implementasi keperawatan Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, memonitor ttv, memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri. Respon klien saat dilakukan implementasi keperawatan klien sangat baik, klien memahami apa yang diperintahkan penulis serta klien selalu bersikap kooperatif dalam melakukan implementasi keperawatan bersama penulis. Dan pada hari terakhir tanggal 15 mei 2022 dilakukan implementasi keperawatan meliputi Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri,

memonitor ttv, memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.

Respon klien pada hari terakhir dilakukan implementasi keperawatan klien selalu bersikap kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan juga mau menjawab pertanyaan yang diajukan penulis. klien mampu bekerja sama dengan baik demi kesembuhannya.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 3 kali kunjungan rumah, peneliti melakukan evaluasi keperawatan pada diagnosa keperawatan prioritas nyeri aku berhubungan dengan agen pencedera fisiologis sebagai berikut :

Berdasarkan data hasil penelitian Ny. S (50 tahun) didapatkan bahwa data subjektif berupa klien mengatakan lutut sebelah kanannya sudah tidak terlalu terasa nyeri dan data objektif berupa ekspresi wajah klien yang tampak menyeringai saat lutut kanannya digerakan telah berkurang,ekspresi klien yang tampak meringis saat lutut kanannya diberi sentuhan berkurang, klien tampak lebih rileks, skala nyeri turun menjadi 3. Setelah dilakukan tindakan sesuai dengan intervensi dan kriteria hasil yang telah disusun sebelumnya, permasalahan yang muncul pada diagnosa keperawatan ini telah teratasi dan intervensi dihentikan. Evaluasi pada Ny.S (56 tahun) didapatkan data subjektif : klien mengatakan sudah tidak terasa nyeri pada lutut sebelah kanan dan kiri serta tangan kanannya. data objektif : klien sudah tidak tampak meringis saat kedua lututnya digerakkan, klien sudah tidak tampak menyeringai saat tangan kanannya diberi pijatan, klien sudah tidak bersikap protektif, skala nyeri turun menjadi 2. Setelah dilakukan tindakan sesuai dengan intervensi dan kriteria hasil yang telah disusun sebelumnya, masalah keperawatan pada diagnosa ini telah teratasi dan intervensi dihentikan.

BAB 5 PENUTUP

Setelah melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung kepada klien dengan kasus Gout Arthritis di Desa Panditan Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Lansia Gout Arthritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut.

5.1 Simpulan 5.1.1 Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian dari klien Ny.S 50 tahun di dapatkan hasil dari Indeks katz, barthel indeks dan SPMSQ semua dalam keadaan baik. Dan didapatkan data keluhan nyeri pada persendian yaitu pada lutut sebelah kanan, ekspresi wajah klien tampak menyeringai saat lutut kanannya digerakan, ekspresi klien tampak meringis saat lutut kanannya diberi sentuhan, klien tampak gelisah. Sedangkan, pengkajian pada Ny.S 56 tahun di dapatkan keluhan nyeri pada persendian yaitu pada lutut kanan dan kiri serta pada tangan sebelah kanan, klien tampak meringis saat kedua lututnya digerakkan, klien tampak menyeringai saat tangan kanannya diberi pijatan, klien bersikap protektif. Pada Ny.S (50 tahun) didapatkan hasil tes asam urat sebanyak 6,2 mg/dL dan pada Ny.S (56 tahun) hasil tes asam urat sebanyak 6,8mg/dL.

100

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan prioritas yang diambil pada kedua klien dalam kasus ini yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang ditandai dengan ekspresi wajah tampak meringis, ekspresi wajah tampak menyeringai, tampak gelisah dan bersikap protektif.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan antara lain identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, memonitor TTV, berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, kontrol lingkungan yang memperlambat rasa nyeri, jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Semua tindakan yang diimplementasikan pada kedua klien sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan oleh perawat. Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera fisiologis dibutuhkan pelaksanaan selama 3 hari dimulai dari tanggal 13 Mei 2022 dengan tujuan agar keluhan tingkat nyeri klien menurun.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Dari hasil evaluasi kedua klien dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dapat disimpulkan pada klien Ny.S 50 tahun masalah teratasi dengan data nyeri pada lutut sebelah kanan berkurang, skala nyeri turun menjadi 3, klien sudah tidak meringis, klien tampak rileks. Dan pada klien Ny.S 56 tahun masalah juga teratasi dengan data nyeri pada kedua lututnya dan tangan sebelah kanan berkurang, skala nyeri turun

menjadi 2, klien sudah tidak meringis ataupun menyeringai dan klien sudah tidak bersikap protektif .

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat penulis berikan adalah :

5.2.1 Bagi Institusi pendidikan

Hasil asuhan keperawatan diharapkan bisa menjadi bahan referensi mengajar serta pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan topik Asuhan Keperawatan Gerontik pada Lansia Gout Arthritis dengan Masalah Keperawatan nyeri akut bagi dosen dan juga mahasiswa di lingkungan Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penulis selanjutnya dapat melakukan studi kasus yang lebih mendalam dengan waktu yang lebih lama dan melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan 5.2.3 Bagi Pasien dan Keluarga

Diharapkan keluarga dan pasien setelah ini mampu mengenali dan mengerti apa itu gout arthritis, sehingga keluarga pasien dapat melakukan tindakan dengan cara memotivasi pasien dalam pengobatan dan pemberian teori diet pada pasien gout arthritis. (Untari & Wijayanti, 2017)

5.2.4 Bagi Tenaga Keperawatan

Diharapkan pegawai kesehatan lebih meningkatkan sumber daya manusia tenaga kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan dan juga pasien. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan sarana dan prasarana asuhan keperawatan yang optimal sehingga perawatan yang dilakukan tidak terlalu lama.

DAFTAR PUSTAKA

Apriana et.al. (2019). skala data gout arthritis indonesia. Skala Data Gout Arthritis Indonesia.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik: Aolikasi NANDA, NIC dan NOC.

Depkes RI. (2018). Klasifikasi Lansia.

JUNAIDI, I. (2020). Mencegah dan Mengatasi Berbagai Penyakit Sendi.

Kemenkes, R. I. (2016). KEMENKES. Jakarta: Buku Pintar, 120, 134.

Khoiro, D., Riesmiyatiningdyah, R., Wijayanti, D. P., & Diana, M. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY M ARTHIRITIS GOUT DENGAN DIAGNOSA KEPERWATAN DEFISIENSI PENGETAHUAN DESA WATU LUMBUNG KECAMATAN LUMBANG PASURUAN. Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia.

La Ode. (2016). Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Nuha Medika.

Michael a Charter. (2016). Tahapan Klinis gout arthritis. International Journal of Scientific \& Technology Research.

Nanda NIC NOC. (2019). Woc Penyakit Asam Urat.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis \& NANDA.

Purnamasari, S. D. I., & Listyarini, A. D. (2015). Kompres air rendaman jahe dapat menurunkan nyeri pada lansia dengan asam urat di desa Cengkalsewu Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 4(2).

Puskesmas panditan. (2021). Profil Puskesmas Panditan.

Risnanto & Uswatun, I. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah:

Sistem Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish.

Setiadi, A. B. (2012). Konsep \& penulisan dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori dan praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siwi, P. Y. R., Riesmiyatiningdyah, R., Sulistyowati, A., & Annisa, F. (2021). Asuhan Keperawatan Lansia Ny. M dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut pada Diagnosa Medis Asam Urat di Sumorame Candi Sidoarjo. Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia.

Sukarmin. (2017). Pemeriksaan Fisik.

Susanto, T. (2013). Diabetes, Deteksi, Pencegahan dan Pengobatan. Jakarta: Buku Pintar.

Sutrani. (2011). Penyebab gout arthritis. Jakarta: In Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI). In Pedoman Peraktik Mnadiri Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat Perasatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).

In Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perasatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tinah. (2016). Tinah. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 4(1), 83–91.

Untari, I. d, & Wijayanti, T. (2017). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Penyakit Gout. THE 5th URECOL PROCEEDING.

Widyanto, F. W. (2014). Artritis gout dan perkembangannya. Saintika Medika, 10(2), 145–152.

Yusuf, A., Diana, M., Puspitasari, R. A., & Riesmiyatiningdyah, R. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GOUT ARTHRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PENGETAHUAN DI DESA KEMANTRENREJO RW 05 RT 02 KECAMATAN REJOSO. Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia.

Lampiran 1

SURAT PENGANTAR STUDI PENELITIAN

Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MANAJEMEN NYERI

DISUSUN OLEH : ZAHWA ANNISA

NIM 1901012

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO 2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MANAJEMEN NYERI

Topik : Manajemen Nyeri Pokok Bahasan : Manajemen Nyeri

Sasaran : Ny.S (50 tahun) dan Ny.S (56 tahun) Tempat : Ny.S (50 tahun) dan Ny.S (56 tahun) Hari/Tanggal : Jumat, 13 mei 2022

Waktu : 10.45 s/d selesai dan 15.15 s/d selesai

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit tentang manajemen nyeri pada klien Ny.S dan Ny.S diharapkan kedua klien mampu memahami atau mengerti tentang cara manajemen nyeri.

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan Ny.S dan Ny.S dapat : 1. Mengetahui pengertian nyeri

2. Mengetahui macam-macam nyeri 3. Mengetahui rentang dan skala nyeri 4. Mengetahui tanda dan gejala nyeri 5. Mengetahui cara mengatasi nyeri III. Materi Penyuluhan

1. Pengertian nyeri 2. Klasifikasi nyeri

3. Rentang dan skala nyeri 4. Tanda dan gejala nyeri 5. Cara mengurangi rasa nyeri IV. Media

1. Leaflet

V. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Kegiatan penyuluhan Respon Klien

1. 5 menit Pembukaan :

- Mengucapkan salam - Memperkenalkan diri

- Menjelaskan topik dan tujuan dilakukan penyuluhan

- Menanyakan kesiapan klien

- Menjawab salam - Mendengarkan - Mendengarkan

- Menjawab Pertanyaan 2. 20 menit Pelaksanaan :

Penyampaian Materi Penyuluhan - Pengertian nyeri

- Klasifikasi nyeri - Rentang dan skala nyeri - Tanda dan gejala nyeri - Cara mengurangi rasa nyeri Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya mengenai materi penyuluhan yang disampaikan

- Mendengarkan

- Bertanya

3. 5 menit Penutup :

- Menutup pertemuan dengan menyimpulkan materi yang telah disampaikan

- Mengucapkan terima kasih pada klien atas waktu yang diberikan - Memberi salam

- Mendengarkan

- Menjawab salam VI. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi/Tanya jawab VII. Evaluasi

Ny. S dan Ny.S dapat menyebutkan kembali tentang : 1. Pengertian nyeri

2. Klasifikasi nyeri 3. Rentang dan skala nyeri 4. Tanda dan gejala nyeri 5. Cara mengurangi rasa nyeri

Dokumen terkait