• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan dengan Gout Arthritis

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan. Kemudian kalau mengkaji harus memperhatikan data dasar klien Iqbal dkk dalam Khoiro et al. (2021)

1. Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin ( wanita mengalami peningkatan resiko gout artritis setelah menopause, kemudian resiko meningkat pada usia 45 tahun dengan penurunan level esterogen karena esterogen memiliki urikosurik, hal ini menyebabkan gout artritis jarang dialami oleh wanita muda ). Tidak hanya itu pada data ini juga mengkaji mengenai agama, pendidikan terakhir, pekerjaan serta alamat tinggal klien (Widyanto, 2014).

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Artritis adalah nyeri hingga terjadi peradangan sehingga dapat menganggu aktivitas klien (Widyanto, 2014).

3. Riwayat penyakit sekarang

Didapatkan keluhan adanya nyeri yang terjadi di otot sendi. nyerinya seperti pegal, ditusuk-tusuk, panas atau ditarik-tarik dan nyeri dirasakan terus menerus pada saat bergerak, terdapat tekanan sendi, keluhan ini biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menganggu pergerakan dan tidak hanya itu pada gout arthritis kronis didapatkan benjolan atau tofi pada sendi atau jaringan sekitar (Widyanto, 2014).

4. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit apa saja yang pernah di derita oleh klien, apakah keluhan gout arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan, sebelumnya dan umumnnya klien gout artritis disertai dengan hipertensi (Widyanto, 2014).

5. Riwayat penyakit keluarga

Kaji adanya riwayat gout artritis pada keluarga 6. Riwayat psikososial

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam lingkungannya. Respon yang di dapat meliputi kecemasan individu dengan rentang variasi yang berbeda-beda dan berhubungan erat dengan sensasi nyeri yang terjadi. Kaji pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan penyakitnya (Widyanto, 2014)

7. Riwayat nutrisi

Klien mempunyai riwayat mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin (Widyanto, 2014)

8. Riwayat pekerjaan

Kaji status pekerjaan klien sebelumnya dan saat ini. Kaji sumber dan kecukupan pendapatan klien juga (Widyanto, 2014)

9. Riwayat lingkungan hidup

Kaji tempat tinggal klien meliputi jenis bangunan, luas bangunan, kelengkapan ruangan serta bersama siapa klien tinggal (Widyanto, 2014)

10. Riwayat Rekreasi

Kaji riwayat liburan klien, serta keanggotaan organisasi yang pernah di ikuti oleh klien

11. Riwayat keluarga

Data ini mengkaji mengenai silsilah anggota keluarga. Dimulai dari tiga generasi (Widyanto, 2014)

12. Sumber/sistem pendukung

Kaji tempat klien memeriksakan kesehatannya (Widyanto, 2014) 13. Tinjauan sistem

1. Integumen

1.) Inspeksi : pada lansia mengalami perubahan umumnya pada kulitnya yaitu mengalami atropi, kendur tidak elastis serta kering dan berkeringat. Kulit tersebut akan kekurangan cairan hingga menjadi tipis dan berbecak.

Kekeringan kulit tersebut disebabkan oleh atropi glandula sebsea dan glandula sudoritea, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit di kenal dengan liver spot (Kemenkes, 2016). Sedangkan perubahan rambut pada lansia umumnya pertumbuhannya menjadi lambat, lebih halus, dan jumlah jadi lebih sedikit, rambut berubah menjadi warna putih dan mengalami kerontokan. Rambut pada alis dan lubang hidung sering tumbuh lebih panjang. Pertumbuhan kuku pada lansia jadi lambat, kuku menjadi pudar, kuku berwarna kekuningan serta menjadi lebih keras namun rapuh

(Tamtomo, 2016 dalam Siwi et al., 2021)

2.) Palpasi : capillary refil time,umumnya ditemukan pada ekstremitas bawah (Aspiani, 2014)

2. Hemopoietik

Pada lansia aliran darah serebralnya umumnya menjadi menurun 30cc/100mg per menit. Sehingga dapat dikatakan bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap prubahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh serta fungsi jantung bahkan fungsi otak. Sedangkan pada pembuluh darah perifer terjadi arteroscleosis berat akan menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun, hal ini dapat menyebabkan iskemia jaringan otot hingga menyebabkan keluhan kladikasio (Tamtomo, 2016 dalam Siwi et al., 2021)

3. Kepala

Kulit kepala dan rambut menipis serta bewarna kelabu disebabkan oleh efek berlebihan produksi asam urat didalam tubuh yang lebih banyak (Tamtomo, 2016 dalam Siwi et al., 2021)

4. Mata

Perubahan mata yang terjadi pada lansia umumnya adalah kekendoran kelopak mata, kulit pada palpebral mengalami atropi dan kehilangan keelastisannya hingga dapat menimbulkan kerutan serta lipatan kulit yang berlebihan. Terjadinya “ Narocos” pada lansia yaitu disebabkan oleh kegagalan fungsi pemompa pada sistem kanalis lakrimas yang menimbulkan keluhan mata kering yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir. Mata terasa lelah dan kabur, pada kornea terjadi acus senilis yaitu kelainan beberapa infiltrasi lemak berwarna keputihan berbentuk

cincin dibagian tepi kornea, selain itu pada lansia mata yang menyebabkan penurunan kemampuan membedakan warna antara biru dengan ungu.

Perubahan pada iris mengalami depigmentasi, tampak ada bercak berwarna merah muda sampai putih dan bentuknya menjadi tebal. Pada pupil terjadi penurunan kemampuan akomodasi (Tamtomo, 2016 dalam Siwi et al., 2021) 4. Telinga

Secara umum pada lansia terjadi perubahan pendengaran (Prerbiakusis) karena hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga terutama terhadap nada atau suara yang tinggi dan suara yang tidak jelas atau sulit dimengerti (Aspiani, 2014)

5. Hidung

1.) Inspeksi : Hidung terlihat simetris, tidak ada gangguan pada penciuman, tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak ada sianosis (Sukarmin, 2017).

6. Mulut dan tenggorokan

1.) Inspeksi : Bibir pucat, membrane mukosa kering. Pada lansia biasanya ditemukan banyak gigi yang tanggal dan sensifitas indera pengecapan menurun (La Ode, 2016)

7. Leher

1.) Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis. (Sukarmin, 2017) 8. Payudara

Pada lansia perempuan maka akan mengalami pengenduran pada payudara (Aspiani, 2014)

14. Sistem pernafasan

Pada lansia umumnya terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompresi kenaikan ruang paru, udara mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot-otot pernapasan akibat atrofi mengalami kelemahan, kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga pernapasan menjadi cepat dan dangkal (Kemenkes, 2016)

15. Kardiovaskuler

Pada lansia akan terjadi katub jantung menebal dan menjadi kaku, elastifitasnya aourta menurun, ventrikel kiri menebal hingga terjadi penurunan kekuatan kontraksi dan kemampuan jaringan memompa darah menurun 1% pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini memyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. (Aspiani, 2014)

16. Perkemihan

Seiring bertambahnya usia kapasitas pada kandung kemih menurun, sisa urin setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung kemih yang tidak teratur sering terjadi, keadaan ini menyebabkan jadi sering berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin (Tamtomo 2016 dalam Siwi et al., 2021)

17. Gastrointestinal

Pada umumnya lansia akan mengalami perubahan pada:

1.) Lambung (Ventriculus)

Terjadinya atrofi mukosa, atrofi sel kelenjara dan ini menyebabkan sekresi asam lambung. Pepsin faktoe intrinsic berkurang. Ukuran

lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan berkurang. Proses pengubahan protein menjadi pepton jadi terganggu. Karena sekresi asam lambung berkurang maka rangasangan rasa lapar juga berkurang.

2.) Usus halus ( Intestium tenue)

Mukosa usus halus mengalami atrofi hingga luas permukaan berkurang, jumlah vili berkurang yang menyebabkan penurunan pada proses absorbs. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pankreas dan empedu menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein, lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan ini menyebabkan gangguan yang disebut sebagai madigesti dan mal absorbs.

3.) Pankreas ( Pancreas)

Produksi enzim amilase, tripsin dan lipase menurun sehingga kapasitas metabolisme karbohidrat, protein serta lemak juga akan menurun. Pada lansia sendiri sering terjadi pankreatitis dihubungkan dengan batu empedu.

4.) Hati (Hepar)

Ukuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun pada usia kurang dari 40 tahun 740ml/menit, sedangkan pada usia 79 tahun menjadi 595ml/menit. Hati sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Tidak hanya itu hati juga memegang peranan besar dalam proses detokditasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konjugasi, bilirubin dsb. Maka, meningkatkan usia secara histologik dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagian sel, berubah

bentuk menjadi jaringan fibrous yang menyebabkan penurunan fungsi hati.

5.) Usus besar ( colon dan rekrum)

Pada colon sendiri pembuluh darah menjadi berkelok-kelok yang menyebabkan motilitas colon menurun, hingga berakibat absorbsi air dan elektrolit meningkat oleh karenanya, feses menjadi lebih keras dan sering terjadi konstipasi (Tamtomo, 2016 dalam Siwi et al., 2021).

18. Reproduksi

Secara umum perubahan pada reproduksi lansia perempuan adalah menciutnya ovarium dan uterus sehingga terkadang lansia perempuan mengalami perdarahan pasca bersenggama dan nyeri pada daerah pelvis, sedangkan pada lansia laki-laki adalah testis masih dapat spermotozos, meskipun dengan penurunan secara berangsur-angsur hingga dapat mengakibatkan penurunan hasrat seksual. Pada laki-laki juga sering mengalami hipetrofi prostat (Aspiani, 2014)

19. Muskuloskeletal

Pada lansia akan terjadi penurunan suplai darah ke otot sehingga mengkibatkan massa otot dan kekuatannya menurun. Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut serta mengalami sclerosis, pada atrofi serabut otot gerakan jadi lambat, otot mudah kram dan tremor (Risnanto & Uswatun, 2014).

20. Sistem saraf

Pada lansia akan terjadi penurunan jumlah sel pada otak yang mengakibatkan penurunan reflex dan penurunan kognitif. Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10 sampai 20 persen. Mengecil syaraf pasca indera sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingi rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan (Kemenkes, 2016)

21. Sistem endokrin

Pada lansia akan mengalami produksi hormone paratiroid yang menurun dan dapat menurunkan kadar kalsium sehingga dapat terjadi osteoporosis (Aspiani, 2014).

22. Fungsional Klien

1. Indeks barthel yang dimodifikasi

Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan pada orang laindalam meningkatkan aktifitas fungsional. Penilain meliputi makan, berpindah tempat, kebersihan diri, aktifitas di toilet, mandi, berjalanan di jalan datar, naik turun tangga berpakaian, mengontrol defikasi dan berkemih. Cara penilaian :

Tabel 2.1 Indeks barthel

No. Kriteria Dengan

Bantuan

Mandiri Skor

1. Makan 5 10

2. Minum 5 10

3. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, sebaliknya

5-10 15

4. Personal toilet ( cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi)

0 5

5. Keluar masuk toilet ( mencuci pakaian, menyeka tubuh, menyiram)

5 10

6. Mandi 5 15

7. Jalan di permukaan datar 0 5

8. Naik turun tangga 5 10

9. Mengenakan Pakaian 5 10

10. Kontrol Bowel (BAB) 5 10

11. Kontrol Bladder ( BAK) 5 10

12. Olahraga atau latihan 5 10

13. Rekreasi atau pemantapan waktu luang

5 10

Jumlah

Interpretasi Hasil :

A. 130 : Mandiri

B. 65-125 : Ketergantungan Sebagian C. 60 : Ketergantungan Total

2. Pengkajian indeks katz Tabel 2.2 Indeks katz

Skore Kriteria

A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinensia (BAB/BAK),

berpindah, kekamar kecil, berpakaian, berpindah dan mandi.

B Kemandirian akan aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.

C Kemandirian dalam aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu tambahan.

D Kemandirian dalam aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, dan satu fungsi tambahan.

E Kemandirian dalam aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan.

F Kemandirian dalam aktifitas hidup sehari-hari, kecuali berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu tambahan.

G Ketergantungan untuk semua fungsi tersebut.

H Lain-lain : Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat di klasifikasikan sebagai C,D,A atau F

Keterangan : Lingkari atau centang huruf sesuai kondisi klien

3. Pengkajian status kognitif

SPMSQ (Short Portable Mental Status Questioner) adalah penilaian fungsi intelektual lansia.

Tabel 2.3 Status kognitif.

No Pertanyaan Benar Salah

01 Tanggal berapa hari ini?

02 Hari apa sekarang?

03 Apa nama tempat ini?

04 Dimana alamat anda?

05 Berapa umur anda?

06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)

07 Siapa presiden indonesia sekarang?

08 Siapa presiden indonesia sebelumnya?

09 Siapa nama ibu anda?

10 Kurangi 3 dari 20 dan tetapkan pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun.

Total Nilai Interpretasi hasil :

Skor salah 0-3 : Fungsi Intelektual Utuh Skor salah 4-5 : Kerusakan Intelektual Ringan Skor salah 6-8 : Kerusakan Intelektual Sedang Skor salah 9-10 : Kerusakan Intelektual Berat

Dokumen terkait