• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung Peningkatan Kecerdasan Spiritual Santri Pondok

Dalam dokumen SAPRIADI NIM. 1 - etheses UIN Mataram (Halaman 82-90)

BAB II STRATEGI PONDOK PESANTREN DALAM

A. Faktor Pendukung Peningkatan Kecerdasan Spiritual Santri Pondok

ilahiah, yaitu ruh. Di dalam qalbu, terhimpun perasaan moral, mengalami dan menghayati tentang benar salah, baik buruk, dan lain-lain. Qalbu merupakan awal dari sikap sejati manusia yang paling murni, yaitu kejujuran, keyakinan, dan prinsip-prinsip kebenaran.100

A. Faktor Pendukung Peningkatan Kecerdasan Spiritual Santri Pondok

yang menyerahkan anaknya untuk dibina dan dididik dalam sebuah lembaga pesantren merupakan tanggung jawab dari ustadz/ustadzah dan dibutuhkan pemahaman orang tua terhadap keadaan pesantren serta mereka mengerti tentang peraturan yang berlaku di pesantren agar tidak terjadi kesalahpahaman antara orang tua dengan ustadz/ustadzah di pesantren.102

Wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa faktor yang menjadi pendukung meningkatknya kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Madinatul Ulum NW Mumbang adalah semangat santri yang terus ingin belajar, dukungan orang tua terhadap anaknya serta kesabaran dan ketekunan para pendidik dalam membina santri di pesantren.

Hal ini juga didukung oleh pernyataan yang diungkapkan oleh Ustadzah Nikmatutzahroh “faktor pendukung dalam meningkatkan kecerdasan spiritual santri adalah kegigihan para guru atau pendidik, kegigihan anak dan kegigihan orang tua.”103 Begitu pula dengan Ustazah.

Elvi sistriana putri, mengatakan “Semangat para guru/pengajar, semangat orang tua, pengaruh teman-teman sekelilingnya, dan kesungguhan santri memiliki himmah belajar yang tinggi.”104 Sedangkan Ustadz Masjudin saputra mengatakan dengan adanya tempat dan pasilitas yang sesuai dengan yang diinginkan anak-anak dapat menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan spiritual santri yang tinggal di pesantren.”105

Faktor yang menjadi pendukung kecerdasan spiritual santri, bukan hanya datang dari dirinya sendiri dengan semangat dan kesungguhannya

102 TGH. Ahmad Barizi, Wawancara, 13 Agustus 2021

103 Ustadzah Nikmatutzahroh, Wawancara, 02 Oktober 2021

104 Ustadzah Elvi sistriana putri, Wawancara, 07 September 2021

105 Ustadz Masjudin saputra, Wawancara, 25 Agustus 2021

yang tinggi, akan tetapi diperoleh juga dari teman dan lingkungan sekitar.

Adapun menurut ustadz rosyid :

Faktor pendorongnya adalah pertama, alumni dalam arti alumninya harus dibuatkan program untuk membantu membina di madrasah tersebut. Kedua, pengelolaaan dalam arti dari segi kebersihan dan kesehatan. Ketiga, menggerakkan dalam arti membina persaudaraan antara alumni alumni.106

Dari beberapa hasil wawancara yang dipaparkan oleh para informan, maka dapat disimpulkan bahwa diantara faktor yang mendukung upaya peningkatan kecerdasan santri di Pondok Pesantren Madinatul Ulum NW Mumbang adalah kepribadian santri yang semangat dalam menjalani kehidupan dan belajar di pesantren, dukungan orang tua, semangat dan kegigihan para guru atau pendidik, kegigihan anak dan kegigihan orang tua, pengaruh teman-teman sekelilingnya, kesungguhan santri memiliki himmah belajar yang tinggi, adanya tempat dan pasilitas yang sesuai dengan yang diinginkan anak-anak, alumni yang harus dibuatkan program untuk membantu membina di madrasah, pengelolaaan kebersihan dan kesehatan serta menggerakkan dan membina persaudaraan antara para alumnus.

Kecerdasan spiritual dapat terbentuk melalui kesadaran, hidayah, dan motivasi. Manusia merupakan mahluk spiritual murni, sifat-sifat spiritual dipadukan kedalam materi konkret berupa tubuh yang terbuat dari tanah.107 Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang bersumber dari

106 Ustadz Rosyid, Wawancara, 15 September 2021

107 Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power Sebuah Inner Journey Mealui Al-Ihsan, (Jakarta:

Penerbit Arga, 2007), 96

hati. Seseorang yang cerdas dalam kecerdasan spiritual melihat suatu kehidupan dengan agung dan sakral serta dapat mendekatkan hubungannya kepada Allah Swt.

Selain wawancara, peneliti juga mengadakan observasi terkait faktor pendukung implementasi nilai kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Madinatul Ulum NW Mumbang dan menunjukkan bahwa yang menjadi faktor pendukung implementasi nilai-nilai kecerdasan spiritual santri adalah :

a. Peran Murobbiyah

Murobbiyah memiliki peran sebagai pendidik yang memberikan suri tauladan bagi santrinya, murobbiyah adalah pembimbing, guru atau ustadz. Ini adalah pengertian dasar guru dalam khazanah Arab atau Islam.

b. Teman baik

Teman yang baik akan menciptakan diri seseorang akan menjadi baik, teman sangat berpengaruh pada kegiatan santri, mereka merupakan pendukung implementasi nilai-nilai kecerdasan spiritual. Pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerjasama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial.

c. Pembiasaan wajib sholat berjma’ah

Kegiatan wajib sholat berjam’ah menjadi faktor pendukung implementasi nilai-nilai kecerdasan spiritual.

d. Kegiatan Istighotsah

Kegiatan ini dilaksanakan setiap minggu, kegiatan tersebut berisi do’a- do’a kepada Allah SWT, sholat hajat dan pembacaan surat-surat fadhilah. 108

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang menjadi pendukung meningkatnya kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren Madinatul Ulum NW Mumbang yaitu:

a. Motivasi dari diri sendiri

Motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. 109 oleh karena itu, motivasi merupakan sebuah dorongan semangat atau perubahan energi dalam diri sendiri yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Artinya dalam hidup ini kita akan selalu membutuhkan motivasi untuk melakukan berbagai hal dalam mencapai tujuan.

b. Faktor lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam bagi anak. Setiap sikap, pandangan dan pendapat orang tua atau anggota keluarga lainnya akan dijadikan contoh oleh anak dalam berprilaku.

108 Pondok Pesantren Madinatul Ulum NW Mumbang, Observasi, 13 Oktober 2021

109 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 23

Menurut Syamsu Yusuf yang di maksud faktor lingkungan di sini yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Adanya keserasian antara keluarga, sekolah, dan masyarakat akan dapat memberikan dampak positif bagi anak, termasuk dalam pembentukan jiwa keagamaan dalam diri anak.110

c. Antusias peserta didik (semangat kebersamaan)

Antusias merupakan salah satu komponen penting yang terdapat pada sifat manusia. Seseorang yang memiliki antusias terdapat elemen tambahan berupa rasa ingin tahu yang tinggi, dengan rasa ingin tahu yang tinggi maka mendorong perubahan yang signifikan terhadap permasalahan yang dihadapi.

Antusias bersumber dalam diri, secara sepontan atau melalui pengalaman terlebih dahulu. Ibarat makanan, kalau kita melihat orang begitu lahap menyantap makanan yang ada di depanya maka antusias itu terjadi, sehingga respon kita terhadap makanan yang ada didepan kitapun menjadi positif, dan menyebabkan kita menjadi ingin makan dengan lahap juga.111

Kondisi spiritual seseorang berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam menjalani kehidupan ini. Jika spiritualnya baik, maka ia menjadi orang yang cerdas dalam kehidupan. Untuk itu, yang terbaik bagi kita adalah memperbaiki hubungan kita kepada Allah yaitu dengan cara

110 Syamsu Yusuf, Pengantar Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Rosda, 2002),136.

111 Baddu-Zain, kamus besar bahasa indonesia, (jakarta: Pustaka Sinar, 2001), 47

meningkatkan taqwa dan menyempurnakan tawakal serta memurnikan pengabdian kita kepada-Nya.

Beberapa fungsi kecerdasan spiritual, antara lain:

a. Pembinaan dan pendidikan akhlak.

Spiritual merupakan salah satu metode pendidikan akhlak dan pembinaan jiwa.112

b. Kecerdasan spiritual untuk mendidik hati dan budi pekerti. Pendidikan sejati adalah pendidikan hati, karena pendidikan hati tidak saja menekankan segi-segi pengetahuan kognitif intelektual saja tetapi juga menumbuhkan segi-segi kualitas psikomotorik dan kesadaran spiritual yang reflektif dalam kehidupan sehari-hari.113

c. Kecerdasan spiritual membimbing kita untuk meraih hidup bahagia.114 Hidup bahagia menjadi tujuan hidup kita semua, hampir tanpa kecuali.

Maka dengan itu ada tiga kunci SQ dalam meraih kebahagiaan hidup yaitu: cinta yang dicurahkan kepada Allah, berdoa serta berbuat kebajikan dan berbudi pekerti luhur.115

d. Kecerdasan Spiritual merupakan landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.116

112 Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam dalam Menumbuh kembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental (Jakarta: Ruhama, 1994), 67

113 Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), 28

114 Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, 103.

115 Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia, 112

116 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia sukses membangun kecerdasan Emosi Dan Spiritual ESQ (Jakarta: Arga, 2005), 46

Sedangkan Danah Zohar dan Marshall menyebutkan bahwa fungsi dalam penggunaan SQ adalah untuk:

a. Agar manusia menjadi apa adanya sekarang dan memberi potensi untuk berkembang lagi.

b. Menjadi lebih kreatif, berwawasan luas, serta menjadi lues.

c. Menghadapi masalah ekstensial, yaitu ketika terpuruk dalam kekhawatiran dan kesedihan maka dengan SQ kita mampu mengatasinya.

d. SQ dapat digunakan untuk menuntun ke jalan yang benar tatkala kehilangan keteraturan diri.

e. Akan lebih mempunyai kemampuan beragama yang benar.

f. SQ menjembatani hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, antara diri dan orang lain.

g. SQ digunakan untuk mencapai kematangan pribadi.

h. Menggunakan SQ dalam menghadapi pilihan dan realitas diri yang pasti.117

Dari pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa kecerdasan spiritual mempengaruhi seseorang dalam menjalani hubungan sesama manusia di dalam kehidupan serta adanya kemudahan dalam menjalani hidupnya. Semua ini dikarenakan adanya kedekatan manusia dengan Sang Khalik, yang disertai dengan meningkatkan kctakwaan kepada-Nya.

117 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung : Mizan, 2001), 12-13

B. Faktor Penghambat Peningkatan Kecerdasan Spiritual Santri

Dalam dokumen SAPRIADI NIM. 1 - etheses UIN Mataram (Halaman 82-90)

Dokumen terkait