• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Hasil Peneitian

Dalam dokumen WISATA ALAM DANTE PINE KABUPATEN ENREKANG) (Halaman 46-53)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Hasil Peneitian

Enrekang berasal dari kata Ende yang memiliki arti naik sebab daerah ini berlokasi pegunungan sehingga daerah ini diberi nama Enrekang. Pada zaman XIIV kawasan enrekang mempunyai nama Masserempulu yang dalam bahasa indonesia artinya menjelajahi atau menyelusuri gunung. Dalam administrasi pemerintah kawasan ini resmi bernama enrekang yang wilayahnya merupakan wilayah bukit dan pegunungan bersambung yang mengambil + 85% dari total seluruh wilayah sekitar 1.8887.05 Km2.

Dari sisi sejarah menjelaskan zaman dulu Enrekang terdapat kerajaan bernama Malepong Bulan, kerajaan ini selalu dilanjutkan secara turun temurun melalui federasi dengan menyatukan tujuh kawasan atau kerajaan yang biasa dikenal PITUA MASSENREMPULU. Dampak dari politik Device Set Impera, pemerintahan era belanda memecahkan wilayah ini dengan surat keputusan dari pemerintah kerajaan belanda (Korte Verkaling) yang mana kerajaan yang masuk di daerah sawitt adalah kerajan Batu Lapppa dan Kassa. Aktivitas ini terjadi saat tahun 1905 agar keadaan lima massenrepulu tetap, sehingga kerajaan yang bergabung harus dipecah.

Kejadian ini terjadi sekitar 1905 sehingga untuk tetap pada keadaan lima massenrempulu tersebut, maka kerajaan – kerajaan yang ada di dalamnya yang dipecah.

2. Letak Geografi

Dari segi geografi Enrekang berlokasi di 3º14’36” - 3º50’0 lintang selatan dan 119º40’53” - 120º6’33 bujur timur. Lokasi ini tepatnya berada di jantung Provinsi Sulawesi Selatan. Jika dari administratis kabupaten ini berlokokasi di poros tengah trans Sulawesi yang juga merupakan jalan strategis menunju lokasi wisata tang toraja.

Menurut Rencana tata ruang Prvinsi Sulsel, Kab. Enrekang adalah kota dengan wilayah yang strategis di Sulawesi Selatan dalam pengembangan tanaman Hortultura dan Kopi.

Sejauh ini menurut badan pusat statistik enrekang terdata memiliki 12 kecamatan, 112 desa serta 17 kelurahan.

3. Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Enrekang tidak kalah saing dengan daerah tetangganya tanah toraja, di Kab Enrekang memiiki banyak kawasan wisata sejarah, budaya dan wisata alam. Saat ini wisata yang cukup populer adalah permandian Alam yang jaraknya 6KM dari pusat kota, wisata gunung nona dan pemandangan pantai. Terdapatnya juga villa yang terletak di Jl poros menuju tanah toraja, seitar 18km arah utara kab. Enrekang. Keunggulan di villa ini, wisatawan dapat mengambil pemandangan gunung Buntu Kabobobong (gunung nona) dan ketinggiannya dari permukaan laut sekiar 800 m.

Tontonan yang dari dulu dikenal di kabupaten ini adalah serambi mayat yang mana situs peninggalan prasejarah yang ada di Mandu atau erong. Zaman dulu sebelum sampainya ajaran islam wadah kubur berlokasi di Tontotan Kelurahan Anggareja 28 km dari kota enrekang. Pada kawasan ini tersedia wisata panjat tebing yang memiliki sarana outbond lainnya.

Selain gunung nona, terdapat pula gunung tertinggi di sulawesi selatan yaitu gunung Latimojing. Ketinggiannya mencapai 3.488 mpdl. Gunung ini masih sering menjadi kawasan mendaki bagi para pecinta alam. Tepatnya berlokasi di Desa Karangan, Desa Latimojong Kecamatan Baraka Enrekang.

Bank jepang yaitu Nippon merupakan benteng bertahanan saat zaman penjajahan yang digunakan dalam menghadapi tentara sekutu dan tentara pejuang Indnesia yang akhirnya didapat disekitar Bambapuang (26)%.

Terdapatnya juga objek wisata situs Batu tanduk yang tempatnya di Desa Tongkonannya Kabupaten Enrekang. Juga ada kebun raya di enrekang yang berlokasi di Desa Batumila. Kebun raya di Enrekang merupakan kebun raya terbaik dibanding kebun raya lain di indonesia. Kebun ini berfokus pada jenis tropika, pendidikan, lingkungan pariwisata.

Kebun Raya Enrekang terletak di Desa batumila, kec. Maiwa sekitar 22 km dari kota Enrekang dengan luas sekitar 300 an. Kebun raya Enrekang salah satu kebun raya terbaik di antara 7 kebun raya di Indonesia. Kebun ini berkonsentrasi di bidang tropika (wilayah wallacea), pendidikan, Lingkungan dan pariwisata.

Kawasan lain yaitu kawasan Dante Pine yang berlkasi di Kec. Anggarreja, Kab Enrekang. Wisata ini adalah kawasan yang banyak diincar wisatawan baik itu wisatawan lokal dan luar negeri.

4. Topografi

Topografi pada kawasan Enrekang ini pada umumnya memiliki wilayah tofografi yang berfarian berupa perbukitan, pegunungan, lembah serta sungai yang tiingginya 47-3.293 m dari permukaan lautan serta tidak memiliki

33

kawasaan pantai. Secara umum kondisi tofografi di kawasan ini mayoritas perbukitan atau pegunungan yaitu sekitar 84,96% dari luas daerah Kabupaten ini dan yang kawasannya datar hanya 16%.

Lahan yang digunakan didominasi kawasan hutan, sisanya digunakan untuk tanah bangunan, sawah, kebun dan ladang. Secara umum jenis tanahnya memiliki banyak jenis seperti podslik merak, coklat dan kuning yang bertekstur liat pasir, strukturnya remuk, konsisten gembur permeabilitas dataran yang tinggi di Sulawesi Selatan dan kawasan indonesia Timur lain.

Mayoritas wilayah ini tofografinya berada di 1500 m dpl. Dengan ketinggian tersebut cukup banyak rintangan dalam rangka aktivitas membangun rumah ataupun bangunan lain. Terutama di ketinggian > 3000 m dpl tidak mampu untuk dikembangkan untuk budidaya yang memiliki nilai ekonomis, hal ini disebabkan wilayah dengan tingginya > 3000 telah ditetapkan sebagai kawasan lindung. Kecamatan bungin dan buntu adalah salah satu bagian kecamatan yang berada di kawasan lindung yang tepatnya berada di area timur Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan.

5. Demografi

Pada tahun 2013 jumlah penduduk kabupaten Enrekang dari data badan pusat statistik yaitu sekitar 195.400 jiwa dimana terdiri laki-laki 99.000 dan perempuan terdiri dari 101.21 jiwa. Kepadatan dari penduduk Enrekang adalah 109.97 jiwa/km.

Hampir kebanyakan masyarakat kabupaten enrekang 99,6% menganut ajaran agama islam sisanya agama nasrani, penduduk asli dari Kabupaten Enrekang didominasi suku bugis dengan jenis bahasa duri dan Enrekang.

34

Bahasa duri biasaya penduduk yang lokasinya di Kecamatan Anggareja Alla, Baraka, Masalle. Sedangkan yang menggunakan bugis jenis enrekang berada di wilayah kecamatan enrekang, Maiwa, Cendana dan Bungin. Sisanya untuk penduduk pendatang mempunyai variasi suku dan budaya yang mewarnai keanekaragaman suku yang berada di Kabupaten Enrekang, Pendatang biasanya tingga di kawasan kota dan pusat petumbuhan.

Table 1.3

Jumlah Dan Tahun Terakhir Kabupaten Enrekang Kecematan Luas

Wilayah

Jumlah

Desa Penduduk Kepadatan Penduduk

Maiwa 393 24 23.895 60,80

Bungin 237 6 4.461 18,82

Enrekang 291 18 31.511 108,29

Cendana 91 7 8.913 97,95

Baraka 159 15 21.890 137,67

Buntu Batu 127 8 13.194 103,86

Anggeraja 125 15 24.657 197,26

Malua 40 8 7.915 197,88

Alla 35 8 21.365 610,43

Curio 179 11 15.376 85,90

Masalle 68 6 12.663 186,22

Baroko 41 5 10.554 257,41

2013 1.786 129 196.394 109,96

2012 1.786 129 193.683 108,44

2011 1.786 129 192.163 107,60

6. Gambaran Pendidikan Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang amat peduli dengan peningkatan sumber daya manusia sehingga selalu memaksimalkan segala kebutuhan pendidikan dari saran dan prasarana. Sejauh ini pemenuhan kebutuhan Anggareja cukup

35

memadai, ditandai dengan sarana pendidikan (sekolah) yang ada di Kecamatan Anggareja yaitu taman kana-kanak atau TK yang jumlahnya 17 sekolah, Sekolah dasar atau SD 24 sekolah, SMP berjumlah 5 sekolah dan SMA dan SMK jumlahnya 6.

Pihak pemerintah mengacu selalu mengutamakan kordinasi dalam memajukan pendidikan di Kabupaten Enrekang. Pemerintah juga setempat menganggaran dana yang tidak sedikit untuk membantu pelajar yang kurang mampu untuk bersekolah. Pemerintah juga membuat kebijakan dimana guru diharuskan untuk membaca melalui gerakan Guru Wajib Membaca tahun 2017.

Hal ini semata-mata untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik.

7. Sejarah Berdirinya Objek Wisata Dante Pine

Kawasan wisata Dante Pine di Kabupaten Enrekang sebelumnya hanya tempat yang mana penuh dengan pemandangan hutan pinus yang tidak terurus dan termanfaatkan dengan baik lalu kemudian Hardiono S.T sebagai pemimpin pengelolah berinisiatif untuk memanfaatkan sebagai kawasan wisata. Hal ini dikarenakan bapak tersebut menyayangkan banyaknya tempat yang tidak dikelola secara maksimal. Awalnya pembangunan ini di Cekong Hill hanya saja masa kontrak dengan pemilik lahan berakhir. Objek wisata yang bersifat ekstrem begini telah banyak dijumpai di pulai jawa, hanya saja untuk di sulawesi sendiri hanya sedikit dan dikabupaten Enrekang belum ada.

Pembangunan dimulai tanggal 28 juni 2017 di Cekong Hill lalu berakhir kontraknya. Lalu sedikit demi sedikit pihak pengelolah mulai membangun kembali kawasan Dante Pine tahun 2018 secara bertahap. Karena proses pembangunanya dilakukan secara bertahap sehingga baru bisa diresmikan

36

tahun 2018. Wisata ini mempunyi luas lahan sebanyak 2 hektar hanya saja Cuma sebagian yang termanfaatkan sejauh ini.

a) Profil pengelolah

Table 1.4 Keadaan profil pengelola pada wisata Dante Pine berdasarkan jenis kelamin.

NO Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 15

2 Perempuan 6

Jumlah 21

37

b) Struktur Pengelola Dante Pine

Gambaran pengelola serta jabatan dari ketua hingga anggota:

Dalam dokumen WISATA ALAM DANTE PINE KABUPATEN ENREKANG) (Halaman 46-53)

Dokumen terkait