• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

Dalam dokumen WISATA ALAM DANTE PINE KABUPATEN ENREKANG) (Halaman 42-46)

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian berjenis kualitatif. Sebagaimana yang dikatakan Sugiyono (2013) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengkaji isu sosial. Dalam menguraikan datanya digunakan teknik deskriktif. Dalam penelitian kualitatif deksriktif data yang diolah berbentuk narasi bukan angka seperti pada kuantitatif. Penelitian kualitatif dasarnya memahami fenomena sosal seperti pendapat, sikap, tindakan dan lain lain.

Dari sifatnya penelitian ini merupakan penelitian fenomologi yang maknanya penelitian yang bertujuan mengamati gejala yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat, maka dari itu peneliti akan berusaha larut secara emosional dan mendalam dalam memperoleh data yang akurat.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Secara geografis terletak di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi penelitian ini berada disekitar Objek Wisata alam Dante Pine. Pada penelitian ini berkaitan dengan dampak pembangunan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pada wisata alam Dante Pine. Subjek penelitian ini adalah masyarakat sekitar, pengelola pariwisata Dante Pine dan juga pengunjung pariwisata tersebut. Waktu penelitian ini di mulai pada bulan Februari 2021.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian ini dalam memperoleh data akan difokuskan pada:

1. Kondisi sosial masyarakat sejak pembangunan pariwisata seperti gaya hidup (Sikap, kebiasaan, cara berpakaian)

2. Kondisi ekonomi Masyarakat sejak pembangunan pariwisata seperti jenis pekerjaan masyarakat dan besar pendapatannya.

D. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data asli yang didapatkan peneliti yang bersumber dari informan langsung atau responden (Hasan, 2002). Data primer pada penelitian ini yaitu hasil wawancara kepada masyarakat dan pihak pengelolah.

2. Data sekunder

Data ini adalah data yang diambil dari pihak lain selain informan langsung untuk membantu data penelitia. Data dapat diperoleh dari berbagai internet website, perpustakaan umum, buku, jurnal maupum lembaga permodalan, dan lain-lain

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi kepada narasumber atau informasi yang terkait.

1. Observasi

Teknik observasi adalah metode dalam mengumpulkan data dimana peneliti mengamati langsung lokasi penelitan demi kebutuhan penelitian.

Dalam hal ini mengenai kondisi kawasan wisata Dante Pine.

2. Wawancara

Teknik wawancara yaitu cara mengumpulkan data dengan memberikan pertanyaan kepada informan yang berhubungan dengan materi yang diteliti.

Jenis wawanara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara semi- terstruktur dimana peneliti hanya membacakan pedoman wawancara kepada informan lalu direkam untuk dilakukan analisis data.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu pengumpulan data untuk memperoleh informasi pada saat peneliti mencari data mengenai hal-hal atau variabel, dokumentasi ini yang dilakukan oleh peneliti berupa foto dan rekaman gambar atau suara wawancara yang mengandung keterangan serta penjelasan mengenai fenomena yang terjadi sesuai penelitian. Adapun dokumen tertulis berupa cacatan, transkip buku, sejarah kehidupan, biografi dan lain-lain yang berbentuk dokumen yang mendukung penelitian.

F. Instrument penelitian

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian yaitu peneliti itu sendiri untuk mejaga akurasi dan validitas data sebab hanya peneliti itu sendiri yang tahu terkait data yang dibutuhkan. Untuk memaksimalkan proses pengumpulan data penulis juga menggunakan instrument penelitian yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data yaitu gambar dan rekaman suara.

G. Teknis analisis

Penelitian kualitatif dalam menganalisis data yang digunakan dilakukan dengan berlangsung secarra terus menerus dan tidak monoton (interaktif)

hingga benar-benar selesai atau datanya telah jenuh. Untuk mendapatkan data yang tepat dalam penelitian kualitatif menurut Miles, menjelaskan ada tiga langkah yang dipenuhi dalam menganalisis data kualitatif yaitu:

1. Reduksi Data

Pengurangan data aau biasa disebut mereduksi merupakan sesuatu cara memilah, mensederhanakan serta mentransformasikan informasi yang menggantikan totalitas bagian informasi yang didapat dikala pengumpulan informasi di alun-alun semacam transkrip tanya jawab, dokumen dan modul empris yang lain.

2. Penyajian Data

Data yang telah dipilah yang sesuai dengan yang dibutuhkan peneliti kemudian selanjutnya data disajikan secara desktiktif agar bisa dipahami pembaca.

3. Penarikan Kesimpulan

Informasi yang sudah disajikan secara deskriktif setelah itu dibuatkan kesimpulan yang bersifat sementara, serta dapat saja berganti bila tidak terdapat bukti- bukti yang kokoh pada pengumpulan informasi berikutnya.

Dalam riset kualitatif bisa jadi saja rumusan masalah yang telah dibuat itu tidak terjawab atau terjawab. Karena dalam riset kualitatif permasalahan sifatnya semtra serta berpotensi semakin berkembang dikala saat pengumpulan informasi di lapangan oleh peneliti.

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Hasil Peneitian 1. Sejarah Singkat Kabupaten Enrekang

Enrekang berasal dari kata Ende yang memiliki arti naik sebab daerah ini berlokasi pegunungan sehingga daerah ini diberi nama Enrekang. Pada zaman XIIV kawasan enrekang mempunyai nama Masserempulu yang dalam bahasa indonesia artinya menjelajahi atau menyelusuri gunung. Dalam administrasi pemerintah kawasan ini resmi bernama enrekang yang wilayahnya merupakan wilayah bukit dan pegunungan bersambung yang mengambil + 85% dari total seluruh wilayah sekitar 1.8887.05 Km2.

Dari sisi sejarah menjelaskan zaman dulu Enrekang terdapat kerajaan bernama Malepong Bulan, kerajaan ini selalu dilanjutkan secara turun temurun melalui federasi dengan menyatukan tujuh kawasan atau kerajaan yang biasa dikenal PITUA MASSENREMPULU. Dampak dari politik Device Set Impera, pemerintahan era belanda memecahkan wilayah ini dengan surat keputusan dari pemerintah kerajaan belanda (Korte Verkaling) yang mana kerajaan yang masuk di daerah sawitt adalah kerajan Batu Lapppa dan Kassa. Aktivitas ini terjadi saat tahun 1905 agar keadaan lima massenrepulu tetap, sehingga kerajaan yang bergabung harus dipecah.

Kejadian ini terjadi sekitar 1905 sehingga untuk tetap pada keadaan lima massenrempulu tersebut, maka kerajaan – kerajaan yang ada di dalamnya yang dipecah.

2. Letak Geografi

Dari segi geografi Enrekang berlokasi di 3º14’36” - 3º50’0 lintang selatan dan 119º40’53” - 120º6’33 bujur timur. Lokasi ini tepatnya berada di jantung Provinsi Sulawesi Selatan. Jika dari administratis kabupaten ini berlokokasi di poros tengah trans Sulawesi yang juga merupakan jalan strategis menunju lokasi wisata tang toraja.

Menurut Rencana tata ruang Prvinsi Sulsel, Kab. Enrekang adalah kota dengan wilayah yang strategis di Sulawesi Selatan dalam pengembangan tanaman Hortultura dan Kopi.

Sejauh ini menurut badan pusat statistik enrekang terdata memiliki 12 kecamatan, 112 desa serta 17 kelurahan.

3. Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Enrekang tidak kalah saing dengan daerah tetangganya tanah toraja, di Kab Enrekang memiiki banyak kawasan wisata sejarah, budaya dan wisata alam. Saat ini wisata yang cukup populer adalah permandian Alam yang jaraknya 6KM dari pusat kota, wisata gunung nona dan pemandangan pantai. Terdapatnya juga villa yang terletak di Jl poros menuju tanah toraja, seitar 18km arah utara kab. Enrekang. Keunggulan di villa ini, wisatawan dapat mengambil pemandangan gunung Buntu Kabobobong (gunung nona) dan ketinggiannya dari permukaan laut sekiar 800 m.

Tontonan yang dari dulu dikenal di kabupaten ini adalah serambi mayat yang mana situs peninggalan prasejarah yang ada di Mandu atau erong. Zaman dulu sebelum sampainya ajaran islam wadah kubur berlokasi di Tontotan Kelurahan Anggareja 28 km dari kota enrekang. Pada kawasan ini tersedia wisata panjat tebing yang memiliki sarana outbond lainnya.

Selain gunung nona, terdapat pula gunung tertinggi di sulawesi selatan yaitu gunung Latimojing. Ketinggiannya mencapai 3.488 mpdl. Gunung ini masih sering menjadi kawasan mendaki bagi para pecinta alam. Tepatnya berlokasi di Desa Karangan, Desa Latimojong Kecamatan Baraka Enrekang.

Bank jepang yaitu Nippon merupakan benteng bertahanan saat zaman penjajahan yang digunakan dalam menghadapi tentara sekutu dan tentara pejuang Indnesia yang akhirnya didapat disekitar Bambapuang (26)%.

Terdapatnya juga objek wisata situs Batu tanduk yang tempatnya di Desa Tongkonannya Kabupaten Enrekang. Juga ada kebun raya di enrekang yang berlokasi di Desa Batumila. Kebun raya di Enrekang merupakan kebun raya terbaik dibanding kebun raya lain di indonesia. Kebun ini berfokus pada jenis tropika, pendidikan, lingkungan pariwisata.

Kebun Raya Enrekang terletak di Desa batumila, kec. Maiwa sekitar 22 km dari kota Enrekang dengan luas sekitar 300 an. Kebun raya Enrekang salah satu kebun raya terbaik di antara 7 kebun raya di Indonesia. Kebun ini berkonsentrasi di bidang tropika (wilayah wallacea), pendidikan, Lingkungan dan pariwisata.

Kawasan lain yaitu kawasan Dante Pine yang berlkasi di Kec. Anggarreja, Kab Enrekang. Wisata ini adalah kawasan yang banyak diincar wisatawan baik itu wisatawan lokal dan luar negeri.

4. Topografi

Topografi pada kawasan Enrekang ini pada umumnya memiliki wilayah tofografi yang berfarian berupa perbukitan, pegunungan, lembah serta sungai yang tiingginya 47-3.293 m dari permukaan lautan serta tidak memiliki

33

kawasaan pantai. Secara umum kondisi tofografi di kawasan ini mayoritas perbukitan atau pegunungan yaitu sekitar 84,96% dari luas daerah Kabupaten ini dan yang kawasannya datar hanya 16%.

Lahan yang digunakan didominasi kawasan hutan, sisanya digunakan untuk tanah bangunan, sawah, kebun dan ladang. Secara umum jenis tanahnya memiliki banyak jenis seperti podslik merak, coklat dan kuning yang bertekstur liat pasir, strukturnya remuk, konsisten gembur permeabilitas dataran yang tinggi di Sulawesi Selatan dan kawasan indonesia Timur lain.

Mayoritas wilayah ini tofografinya berada di 1500 m dpl. Dengan ketinggian tersebut cukup banyak rintangan dalam rangka aktivitas membangun rumah ataupun bangunan lain. Terutama di ketinggian > 3000 m dpl tidak mampu untuk dikembangkan untuk budidaya yang memiliki nilai ekonomis, hal ini disebabkan wilayah dengan tingginya > 3000 telah ditetapkan sebagai kawasan lindung. Kecamatan bungin dan buntu adalah salah satu bagian kecamatan yang berada di kawasan lindung yang tepatnya berada di area timur Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan.

5. Demografi

Pada tahun 2013 jumlah penduduk kabupaten Enrekang dari data badan pusat statistik yaitu sekitar 195.400 jiwa dimana terdiri laki-laki 99.000 dan perempuan terdiri dari 101.21 jiwa. Kepadatan dari penduduk Enrekang adalah 109.97 jiwa/km.

Hampir kebanyakan masyarakat kabupaten enrekang 99,6% menganut ajaran agama islam sisanya agama nasrani, penduduk asli dari Kabupaten Enrekang didominasi suku bugis dengan jenis bahasa duri dan Enrekang.

34

Bahasa duri biasaya penduduk yang lokasinya di Kecamatan Anggareja Alla, Baraka, Masalle. Sedangkan yang menggunakan bugis jenis enrekang berada di wilayah kecamatan enrekang, Maiwa, Cendana dan Bungin. Sisanya untuk penduduk pendatang mempunyai variasi suku dan budaya yang mewarnai keanekaragaman suku yang berada di Kabupaten Enrekang, Pendatang biasanya tingga di kawasan kota dan pusat petumbuhan.

Table 1.3

Jumlah Dan Tahun Terakhir Kabupaten Enrekang Kecematan Luas

Wilayah

Jumlah

Desa Penduduk Kepadatan Penduduk

Maiwa 393 24 23.895 60,80

Bungin 237 6 4.461 18,82

Enrekang 291 18 31.511 108,29

Cendana 91 7 8.913 97,95

Baraka 159 15 21.890 137,67

Buntu Batu 127 8 13.194 103,86

Anggeraja 125 15 24.657 197,26

Malua 40 8 7.915 197,88

Alla 35 8 21.365 610,43

Curio 179 11 15.376 85,90

Masalle 68 6 12.663 186,22

Baroko 41 5 10.554 257,41

2013 1.786 129 196.394 109,96

2012 1.786 129 193.683 108,44

2011 1.786 129 192.163 107,60

6. Gambaran Pendidikan Kecamatan Anggeraja

Kabupaten Enrekang amat peduli dengan peningkatan sumber daya manusia sehingga selalu memaksimalkan segala kebutuhan pendidikan dari saran dan prasarana. Sejauh ini pemenuhan kebutuhan Anggareja cukup

35

memadai, ditandai dengan sarana pendidikan (sekolah) yang ada di Kecamatan Anggareja yaitu taman kana-kanak atau TK yang jumlahnya 17 sekolah, Sekolah dasar atau SD 24 sekolah, SMP berjumlah 5 sekolah dan SMA dan SMK jumlahnya 6.

Pihak pemerintah mengacu selalu mengutamakan kordinasi dalam memajukan pendidikan di Kabupaten Enrekang. Pemerintah juga setempat menganggaran dana yang tidak sedikit untuk membantu pelajar yang kurang mampu untuk bersekolah. Pemerintah juga membuat kebijakan dimana guru diharuskan untuk membaca melalui gerakan Guru Wajib Membaca tahun 2017.

Hal ini semata-mata untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik.

7. Sejarah Berdirinya Objek Wisata Dante Pine

Kawasan wisata Dante Pine di Kabupaten Enrekang sebelumnya hanya tempat yang mana penuh dengan pemandangan hutan pinus yang tidak terurus dan termanfaatkan dengan baik lalu kemudian Hardiono S.T sebagai pemimpin pengelolah berinisiatif untuk memanfaatkan sebagai kawasan wisata. Hal ini dikarenakan bapak tersebut menyayangkan banyaknya tempat yang tidak dikelola secara maksimal. Awalnya pembangunan ini di Cekong Hill hanya saja masa kontrak dengan pemilik lahan berakhir. Objek wisata yang bersifat ekstrem begini telah banyak dijumpai di pulai jawa, hanya saja untuk di sulawesi sendiri hanya sedikit dan dikabupaten Enrekang belum ada.

Pembangunan dimulai tanggal 28 juni 2017 di Cekong Hill lalu berakhir kontraknya. Lalu sedikit demi sedikit pihak pengelolah mulai membangun kembali kawasan Dante Pine tahun 2018 secara bertahap. Karena proses pembangunanya dilakukan secara bertahap sehingga baru bisa diresmikan

36

tahun 2018. Wisata ini mempunyi luas lahan sebanyak 2 hektar hanya saja Cuma sebagian yang termanfaatkan sejauh ini.

a) Profil pengelolah

Table 1.4 Keadaan profil pengelola pada wisata Dante Pine berdasarkan jenis kelamin.

NO Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 15

2 Perempuan 6

Jumlah 21

37

b) Struktur Pengelola Dante Pine

Gambaran pengelola serta jabatan dari ketua hingga anggota:

B. Hasil Penelitian

Pengembangan pariwisata di wisata alam Dante Pine yang tepatnya terletak di Dusun Batu Rampun Kelurahan Tanete Kecamatan Anggeraja kabupaten Enrekang dilakukan dalam upaya pencapaian visi daerah sebagai desa wisata. Untuk mewujudkan visi Wisata Alam Dante Pine sebagai desa wisata maka pemerintah setempat melakukan berbagai strategi. Pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap masyarakatnya dan mempunyai kekuasaan untuk menetepakan dan mengeksekusi kebijakan yang

Perintis Hardiono.S.T

Bendahara Sul Anna

Bila Wakil

Hasfan, S.T

Anggota Fadli Dian

Suherman cindang Imma

M. Raju Tuti

Rusdianto Delvi

Jono Ilyas Suryadi

Rahmat Hidayat Syuhudi Ismail S.Pd

Alpian Adrian

Subair Syam Salam

38

ada (UU) Seperti yang dikatakan Nuryani & Hwang (2002) Pemerintah secara umum mempunyai peran utama yaitu sebagai pembuat dan mengatur strategi kebijakan pembangunan, membentuk lembaga pariwisata dan yang mengorganisir serta memiliki peran sebagai pengusaha dan inisiator dalam mengembangkan awal suatu destinasi wisata.

Kawasan pariwisata Dante Pine merupakan Objek wisata yang memiliki potensi lebih besar untuk memajukan perekonomian Enrekang. Melalui pemerintah dan masyarakat setempat sikap melestarikan potensi pariwisata adalah langkah penting menjaga dan mengembangkan kawasan tersebut. Oleh karena itu dalam mengembangkan objek wisata Dante Pine perlu memiliki wawasan dan terkait lingkungan yang berkelanjutan. Dalam meningkatkan fasilitas hiburan dan objek wisata di Dante pine perlu dilakukan dengan sangat hati-hati agar pengelolaan sumberdaya yang ada terjamin untuk pembangunan yang berkelanjutan. Sebagai kawasan pariwisata, Dante Pine memberi sumbangsih terhadap pemasukan daerah dan masyarakat yang berada dilokasi objek wisata dan memberikan keuntungan yang tidak sedikit kepada pihak pemerintah Kababupaten Enrekang dalam mendorong peningkatan PAD.

Pembangunan dan pengelolaaan wisata Dante Pine nyatanya membawa efek terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang terlibat didalamnya.

Hal ini terkuak dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan yang mana merupakan pihak pengelola, pemerintah desa dan pedagang disekitar objek wisata. Dari hasil wawancara dan reduksi data ditemukan setidaknya ada empat dampak sosial ekonomi dengan adanya pembangunan wisata Dante Pine. Untuk lebih jelanya dapat dilihat sebagai berikut:

39

1. Gaya hidup

Gaya hidup merupakan pola hidup individu yang dilihat dari aktivitas minat serta opininya. Adanya objek wisata mendorong datangnya wisatawan dari berbagai jenis daerah dan budaya, sehingga dengan masuknya wisatawan tesebut di daerah yang memiliki objek wisata yang digemari banyak berpotensi mempengaruhi keadaan masyarakat setempat terutama dari gaya hidup seperti bahasa, cara berpakaian dan perilakunya. Untuk kasus objek wisata Dante Pine dari hasil penelitian kondisi sosial masyarakat tidak mengalami perubahan yang siginifikan, mengingat wisatawan yang berkunjung masih didominasi masyarakat yang berasal dari Sulawesi Selatan yang mana dari segi budaya hidup tidak jauh berbeda, sehingga tidak ada dampak yang mencolok dari wisatawan yang datang. Seperti yang dijelaskan masyarakat setempat sebagai berikut:

“Tidak ada yang berubah sejauh ini, sebelum adanya Dante Pine tahun 2018 gaya hidup dan perilaku masyarakat sini masih sama, mungkin Cuma yang membedakan sekarang lebih aktif sosial media karena media promosi Dante Pine juga adalah sosial media”.

(wawancara 25 februari 2021)

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa belum ada perubahan gaya hidup dan perilaku masyarakat setempat selama hadirnya objek wisata ini, kecuali dari segi penggunaan sosial media yang lebih aktif. Belum tersentuhnya aspek sosial masyarakat kemungkinan diakibatkan oleh kawasan ini masih tergolong baru, jumlah pengunjung juga belum berfariasi dan tidak menetap lama ketika bermain di kawasan wisata ini.

2. Kerja Sama

Temuan dari hasil wawancara dengan masyarakat ialah keberadaan Dante Pine telah membawa dampak sosial yang mengakibatkan adanya kerja

40

sama dan saling membantu antar sesama masyarakat dan bahkan dengan pengelola Dante Pine. Dengan terjalinya kerja sama antar sesama masyarakat, maupun masyarakat dengan pihak Dante Pine diharapkan dapat tetap dipertahankan dan tujuan dari kedua belah pihak yang bekerja sama tersebut dapat tercapai. Hal ini jelasnya dikemukan oleh pihak pengelola Dante Pine bernama Hardiono. S.T:

“Dengan adanya wisata ini, meskipun kerja samanya tidak signifikan tapi sebagai pihak pengelola bisa merasakan kalau masyarakat disini semangat menjaga tempat wisata ini, meskipun ini merupakan wisata milik perorangan tapi karena sudah terkenal sebagai ciri khas Enrekang jadi secara tidak langsung masyarakat setempat memiliki ikatan emosional dengan wisata ini”. (wawancara, 25 Februari 2021)

Saat dikonfirmasi apakah di wisata ini, masyarakat pernah terlibat konflik atau tidak, berikut jawaban dari salah satu penjual di lokasi Dante Pine bernama ibu rosmi:

“Tidak pernah ada konflik yang seperti bagaimana sejauh ini, karena disini kita berjualan sudah ada aturan dari pengelolah yang harus ditaati, kita malah saling mendukung untuk memajukan usaha bersama”. (wawancara, 25 Februari 2021)

Informasi tersebut, peneliti coba menvalidasi kepada masyarakat setempat bernama bapak andi:

“Karena yang punya itu Dante Pine juga masyarakat sini, kita juga jadi sadar peluang-peluang bisnis yang ada di Enrekang sehingga kita masyarakat saling mendukung untuk membuat usaha terutama dibidang wisata karena Enrekang ini berpotensi”. (wawancara, 25 Februari 2021) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kehadiran wisata Dante Pine memicu kesadaran untuk kerja sama membangun usaha yang ada sekaligus mendorong memajukan pembangunan pariwisata.

41

1. Peningkatan pendapatan

Mengenai pendapatan masyarakat sekitar Dante Pine, baik itu pengelola, maupun masyarakat sekitar yang membuka usaha berdagang disekitar wisata Dante Pine sangat terlihat dan mereka merasakan dampaknya. Bahwa keberadaan wisata Dante Pine telah membawa dampak positif bagi kehidupan perekonomian karena semenjak adanya wisata Dante Pine adanya peningkatan pendapatan dan juga peluang kerja sekaligus sebagai alat untuk mengembangkan usaha yang mereka miliki. Hal ini diperjelas oleh hasil wawancara dari pihak pengelola sebagai berikut bernama Hardiono. S.T:

“Kalau saya sendiri sebagai pihak pengelolah jelas merasakan perubahan itu karena saya dapat gaji, tapi kalau berbicara yang lain masyarakat atau pedagang jelas juga dapat keuntungan dari kehadiran wisata ini. Karena dengan adanya wisata ini usaha masyarakat yang ada disekitar sini makin laris dibeli oleh wisatawan dan jumlah wisatawan itu tidak sedikit”. (wawancara, 25 Februari 2021)

Untuk memperkuat argumen tersebut, penulis mempertanyakan hal yang sama pula kepada masyarakat setempat ataupun masyarakat yang membuka usaha disekitar objek wisata bernama anti, berikut jawabannya:

“Saya sendiri merasakan dampak secara ekonomi karena saya punya usaha disini, yang sebelum adanya wisata ini saya tidak memiliki pendapatan jelas, sekarang bisa menghasilkan yang saya rasa sudah cukup menutupi kebutuhan hidup”. (wawancara, 25 Februari 2021) Pernyataan tersebut juga dirasakan ibu harmiyati yang tinggal tidak jauh dari objek wisata:

“Kalau dari segi pendapatan bertambah karena dengan objek wisata ini ada-ada saja yang bisa dikerjakan untuk menghasilkan uang, meskipun nilainya tidak terlalu besar tetapi ini jauh lebih baik sebelum adanya Dante Pine” (wawancara, 25 Februari 2021)

Untuk memperkuat pernyataan tersebut, penulis kembali mempertanyakan kepada masyarakat setempat yang berbeda:

42

“Saya sendiri secara ekonomi ada perubahan, tetapi tidak rutin,hanya ini lebih bagus dari pada sebelum adanya wisata, dulu hanya mengharapkan hasil panen, sekarang terkadang ada pekerjaan tambahan”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pembangunan pariwisata Dante Pine dapat mendorong kehidupan ekonomi masyarakat.

2. Adanya Investasi/Tabungan

Sebagai efek dari meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar Wisata Dante Pine, terdapat bentuk tabungan maupun investasi yang dimiliki oleh mereka yang memiliki usaha berdagang disekitar Dante Pine maupun pengelola Dante Pine itu sendiri. Hal ini seperti dikemukakan oleh pihak pengelola sebagai berikut:

“Salah satu dampak dari wisata ini yang saya sendiri rasakan yaitu pendapatan yang bertambah hingga bisa menabung untuk masa depan, meskipun tidak banyak tetapi kehidupan jauh lebih baik”

Pernyataan serupa juga ditekankan oleh pedagang bernama anti yaitu sebagai berikut:

“Dampak dari bertambahnya pedapatan, syukur alhamdulillah sekarang sudah bisa menabung, benar-benar kehadiran objek wisata ini sagat membantu saya dan keluarga”.( wawancara, 25 Februari 2021).

Berdasarkan data yang dihimpun dari pemerintah setempat dalam hal ini kelurahan tanete menunjukkan sebelum adanya wisata Dante Pine masyarakat yang ada disekitar objek wisata pendapatnya sangat jauh dari layak. Namun, sejak gencarnya dilakukan promosi terlihat pendapatan masyarakat tumbuh sekitar 5-10% secara keseluruhan. Hal ini bersumber dari pajak yang dibayar oleh pihak Dante Pine ke pemerintah lalu dari pemerintah dianggarakan untuk kesejahteraan masyarakat.

Dalam dokumen WISATA ALAM DANTE PINE KABUPATEN ENREKANG) (Halaman 42-46)

Dokumen terkait