Definisi
Yang dimaksud gawat janin ialah keadaan hipoksia janin.
Filosofi
1.
Kematian perinatal terbanyak disebabkan oleh asfiksia. Hal ini ditemukan baik di lapangan-rrpu.,
di rumah sakit rujukan di Indonesia. Di Amerika diperkirakanf Z'.006 bayi meninggal atau menderita kelainan akibat asfiksia perinatal. Retardasi mental dan kelumpuhan syaraf sebanyak 20_40"/" merupakan akibat dari kejadian intrapartum.
2.
Belum dapat dipastikan bahwa ada kemungkinan perbaikan struktur otak, bahkan sebaliknyi lesi otak yang terjadi berakibat kelainan yang menetap. Penyakit pada ibu misalnya hipertensi, perdarahan antepartum merupakan bahaya yang dapat menimbulkan hipoksia padajanin. Tingkat
bahaya kematianjanin
menjadi meningkat bila faktor-faktor lain juga berinteraksi, misalnya paritas lebih dari 4, kelainan letak, pertumbuhan janin terhambat, dan sebagainya.3.
Adanya cara untuk mengetahui tingkat hipoksia pada gawat janin akan sangat berguna untuk menyelamatkan janin.Kini
dengan pengawasan denyut jantung seci.a elekt.onik, dan pemeriksaan darah janin, tingkat hipoksia dapat diketahui lebih dini. Bebelapa caialainyangdapatdilakukan dalam masa antenatal misalnya pemeriksaantlPL
(Hwman Placental Lactogen), pemeriksaan estriol, amnioskopitidak
akan dibahas dalam tulisan ini.GA\TAT IANIN
Patofisiologi
1. Dahulu
diperkirakan bahwajanin
mempunyai tegangan oksigen yang lebihrendah karena ia hidup di Iingkungan hipoksia dan asidosis yang kronik. Tetapi pemikiran itu tidak benar karena bila tidak ada tekanan (stress), janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan dalam kenyataannya konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa, Meskipun rekanan oksigen parsial (pO2) rendah, penyaluran oksigen pada jaringan retap memadai.
2.
Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin, dan kapasitas angkut oksigen padajanin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar dari pada orang dewasa. Dengan demikian penyaluran oksigen melalui plasenta kepada janin dan
)arrngan perifer dapat terselenggara dengan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk asam piruvat, CO2 dan air diekskresi melalui plasenta.
Bila plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari perfusi ruang intervili yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan
pH
atau timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa menjadi enersi melalui ,reaksi anerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik yang menimbah asidosis metabolik. Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau arus darahtali
pusat.3.
Bradikardiajanin tidak
harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringanvital
(orak dan jantung) akan menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan 1'aringan perifer. Bradikardia mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia. Yang akan dibahasdi
sini ialah diagnosis gawat janin dalam persalinan yang dapar diketahui dengan teknik pengawasan arau pemantau- an elektronik jantung janin dan teknik pemeriksaan darah janin (PDJ).Gawat
janin
iatrogenikGawat janin iatrogenik ialah gawat ianin yang timbul akibat tindakan medik atau kelalaian penolong.
Risiko dari
praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung lanrn.Kejadian berikut dapat menimbulkan gawat janin iatrogenik.
1.
Posisitidur ibu.
Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada aorta dan vena kava sehinggartimbul
hipotensi. Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan posisitidur
menjadi miringke-hiri
atau semilateral.53
54
2.
GA\TAT JANIN
Infws oksitosin. Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan.
Hal ini
disebut sebagai hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapattimbul
seperti kontraksi fisiologik.1 Anestesi epidural. Blokade sistem simpatik dapat berakibat penurunan arus darah ,r..rr,
.r.ih
jantung dan penyaluran darah urerus.obat
anestesi epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut jantungjanin yaitu
berupa Penurunan variabilitas, bahkan dapatterjadi
deselerasi lambat. Diperkirakan obat-obat tersebut mempunyai pengaruh terhadapotot
janrung janin dan vasokonstriksiarteri uterina.
Obat-obatan yang banyak memPengaruhihal
tersebut ialah meDiaacaine. lidocaine,sedanskan bupivacaine sedikit ruhnya. Cblorprocai- nitrffi*t
idak daE-L-p..,sa.uf,
memi, affi
t an6tes17a[ii mempengaruhi neurologi/perilaku yangt
diukur dengan sistem nilai yaituEarly
Neonatal Newrobehaaioral Score(ENNS).
Tesini
yangdi
antaranyamengukur tonus otot, daya mengisap, diajukan oleh Scanlon dan membuktikan adaiy^penurunan bermakna pada bayi, terutama yang dilahirkan dari ibu dalam anesiesi epidural dengan mepivacain.
P.."bggg_g{Lgll
posisi,,tidur lateral Japat mempe.baiki k"eru gian teknik
teiseb-ut'1. Denyut jantung janin aterm normal berkisar antara l2O-15C
per
menit_dan
lra.iabilitar meningkat karena pengaruh rnaturitas sistem syaraf otonom. Variabili-
tas
dipengaruhi interaksisiitem
syaraf simpatik maupun parasimpatik.Di
sa.r,pingitu
sistem tersebut mempengaruhipula
curah jantung dan de1y9tjrntr"g.
Melalui teknik ultrasonik dapat diperoleh hasil Pencatatan yang lebihtaik
p"ada variabilitas dan bradikardia yang seringkali berhubungan d91gan kejadian hipoksia. Pada janin yang preterm dapat terjadi penurunan variabilitas brik ya.,g .ro...rrl maupun akibat pemberian obat seperti atropin. Juga pada janin yr.rg"s.dirrg tidur dapat menunjukkan penurunan variabilitas yang menuniuk\antrhi,"
janin bukan dalam keadaan hipoksia. Kecepatan Denyut Jantung (KDJ) pada hipoksia bermacam-macam tergantung pada frekuensikontraksi
danpatologi asfiksia.
2.
Takikardia mungkin bukan akibat hipoksia ringan saja, tetapi bila tanpa desele-rasi, pada umumnya berhubungan dengan peningkatan suhuibu'
Selain hipoksia, tradikardia masih dapat Jisebabka" oleh kompresitali
pusat, anestesi blok paraservikal, anestesi epidural atau obat propanol. Bradikardia yang menetap daniire.t"i
p'6nu.u.ran variabilitas pada umumnya disebabkan oleh hipoksia berat.3.
Bentuk, ataupola
sinusoidal vang jarang dijumpai dilaporkan sebagai ada hubunganny, -d..rgr.rhipoksia berat, terutama dijumpai pada
janin
denganGA\flAT JANIN
isoimunisasi Rhesus. Atas dasar pola gelombang deselerasi
dihubungkan dengan kontraksi urerus
Hon
dan Quilligan deselerasi (lihat gambar 1).180
55
dan saat deselerasi mengajukan 1 pola
4.
Deselerasi dini yaitu bradikardia yang terjadi segera pada saat kontraksi, tidak disebabkan oleh hipoksia dantidak
berhubungan dengan hasil yang buruk.5.
Deseierasi lambat ialah bradikardia simetrik yangtirnbul
lebihdari
20 detik setelah terjadinya kontraksi uterus, dan dihubungkan dengan insufisiensi plasenta.BENTUK UNIFORM
180 -. - -.
ijj*sffi
M
l
BENTUK UNIFORM
180..*..
100...
&
DJJ
/
Gambar 8-1. Pola deselerasi dan kemungkinan hubungannya dengan patogenesis (menurut Hon dan Quilligan). Deselerasi dini merupakan pola uniform dan terjadi sesuai dengan saat kontraksi. Deselerasi lambat terjadi ietelah 20 detik kontraksi selesai. Deselerasi variabel mempunyai pola tak tetap (variabel)
BENTUK VARIABEL
56 GA\rAT JANIN
Gambaran tersebut dapat
timbui
lebih sering pada penyakit diabetes melitus, preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat, hipotensi ibu akibat anesresi, dan solusio plasenta. Variabilitas yang menurun juga memperburuk hasil persalinan dengan deselerasi lambat.Deselerasi variabel ialah deselerasi yang tidak seirama dengan kontraksi uterus.
Kompresi tali pusat antara bagian janin dengan dinding uterus mungkin penyebab dari pola ini. Bradikardia yang ringan mungkin tidak ada pengaruhnya, sebaliknya bradikardia yang lama dapat erat hubungannya dengan kejadian asidosis bila variabilitas menurun. Deselerasi yang lama yaitu bradikardia lebih dari penurunan 30 denyut per menit dan lamanya 2 menit atau lebih, sering kali dihubungkan dengan keadaan janin yang tetap baik bila disebabkan oleh kontraksi hipertonik, pemeriksaan dalam, pemeriksaan darah janin, anestesi blok para-servikal, asalkan
janin normal dan variabilitas normal.
Pola denyut jantung yang normal merupakan ramalan yang sangat baik untuk mendapatkan
bayi yang
sehat, sebaliknya des(lerasi variabeldan
lambat meningkatkan kemungkinan (tidak semua) bayi lahir dengan nilai Apgar yang rendah dan bayi tersebut mungkin mendapatkanrisiko
kelainan neurologik.150 _.. ._
nltvee1zo..
150 _
o.ilrro -#*
150 -. -.. -
orillrrrS. ffi
6.
7.
Gambar 8-2. Pola r-ariabilitas denyut .jantung janin
GA\rAT JANIN
Pemeriksaan darah janin (PDJ) dengan maksud memeriksa
pH
darah janin telah dibuktikan mempunyai hubungan erat dengan tingkat asidosis janin. Indikasi PDJ adalah seperti yang tertera dalam tabel 1.Tabel
1.
Indikasi pemeriksaan darah janin1.
Deselerasi lambat berulang2.
Deselerasi variabel memanjang3.
Mekonium pada presentasi kepala4.
Hipertensi ibu5.
Osilasi/variabilitas yang menyempitTentu saja keadaan yang dapat menimbulkan gejala gawat janin iatrogenik harus dihindarkan sebelum melakukan PDJ. Keadaan tersebut ialah posisi ibu dan infus oksitosin. Jadi dengan menghentikan infus oksitosin dan mengubah posisi tidur ibu menjadi miring ke kiri, diharapkan gejala gawatjanin menghilang. Interpretasi hasil pemeriksaan
pH
darah janin ialah sepertidalam'iabel 2.Tabel
2.
Interpretasi hasil pemeriksaan darah janinHasil
pH
darah janin Interpretasi dan sikap57
1.
2.
7)\
7,25
-
7,lAKurang dari 7 JA
Normal
Tersangka asidosis, ulangi PDJ 10 menit lagi
Asidosis, lahirkan janin segera
3. Pengambilan darah janin harus dilakukan
di
luar his dari sebaiknyaibu
dalam posisitidur
miring. Pemeriksaan darah janin dan pemantauan denyut jantung janin adalah saling menunjang dan telah dibuktikan mempunyai korelasi yang erat. PDJ terutama berguna untuk menera atau memasrikan keadaan janin bila terdapat gambaran denyut jantung janin yang abnormal. Meskipun demikian perlu diingat bahwa hasil PDJ tersebut adalah sesaar dan mungkin perlu diulangi.Sirkulasi janin mungkin berubah dengan penyaluran darah yang lebih baik ke organ
vital, yaitu otak
dan jantung pada keadaan asidosis. Dengan adanya mekanismeini
tidak selalu keadaan janinburuk
bila hasil PDJ menunjukkan asidosis.58 GA\TAT IANIN
Resusitasi intrauterus
1.
Meskipun gawat janin memerlukan tindakan segera untuk melahirkan bayi, tetapi seringkali
cukup waktu untuk bertindak memberikan terapi untuk menolong bayi yang dalam keadaan gawat tersebut agar terhindar dari pengaruh yang lebihburuk.
Tindakan tersebut ialah resusitasi intrauterus yang telah dilaporkan mempunyai dampak yangpositif,
sebagaimana tampak dalam tabel 3.Tabel
3.
Terapi resusitasi intrauterus1.
Meningkatkan arus darah uterus dengan cara:a)
hindarkantidur
terlentangb)
kurangi kontraksi uterusc)
pemberian infus2.
Tingkatkan arus darahtali
pusat dengan:mengubah posisi
tidur ibu
miringke kiri 3.
Tingkatkan pemberian=_ gksigenBila pasien daiam terapi infus oksitosin, maka upaya yang pertama
kali
ialah menghentikan pemberian oksitosin dan dilanjutkan dengan pemberian obat tokolisis. Pasien ditidurkan miring kekiri
dan diberi oksigen4-6
liter/menit.Kontraksi yang terlalu
kuat
atau sering akan memperburuk sirkulasi utero- plasenta. Dengan menghilangkan kontraksi diharapkan sirkulasi menjadi lebih baik. Dengan pemberian oksigen telah dibuktikan meningkatkan tekanan oksigen parsial janin, meskipun hanya sedikit.Bila pasien akan dilakukan seksio sesarea maka menjelang operasi pasien tetap dalam posisi
tidur
miring. Tindakan cunam atau vakum dapat dilakukan bila terdapat syaratuntuk
melakukan tindakan tersebut.Tindakan
definitif
1. Tindakan
definitif
pada gawat janin dapat dilakukan secara Per vaginam atau seksio sesarea, tergantung kepada syarat pada saatitu. Bila
akan dilakukan tindakan ekstraksi cunam, maka ada keuntungan dalam hal waktu yang lebih singkat. Masih terdapat keraguan akan manfaat ekstraksi cunam tinggi, terutama2.
3.
GA\(/AT JANIN
pada janin yang sudah mengalami asidosis. Meskipun demikian ada pula penulis yang menemukan hasil yang tidak berbeda dalam hal kelainan neurologik dan
mortalitas
bayi
dibandingkan dengan yang dilahirkan dengan seksio sesarea.Tindakan seksio sesarea yang akan dilakukan pada kasus yang sudah dipastikan mengalami asidosis, harus dapat terlaksana dalam waktu singkat, bila mungkin dalam 10 menit.
Bila tidak
dilakukan inrervensi, maka dikhawatirkan terjadi kerusakan neurologik akibat keadaan asidosis yang progresif.Kecepatan dan ketepatan tindakan memerlukan pengembangan sistem yang meliputi organisasi, manajemen, kemampuan medik dan sarana. Dalam mena-
ngani
gawatjanin
makatim
perinatalperlu
dipersiapkan terutama dalam menghadapi kemungkinan resusitasi bayi dan perawaran intensif.Setiap kamar bersalin yang lengkap harus memiliki insrrumen bedah, inkubator, meja resusitasi (dengan pemanas radiasi) dan laboratorium. Bila bayi lahir, segera
dilakukan pengisapan jalan napas agar bersih dan dilakukan penilaian Apgar untuk menentukan klasifikasi asfiksia (tabel +). Hal ini dilakukan dalam
I
menit Pertama.Tabel
+.
Klasifikasi asfiksia59
2.
3.
Klasifikasi
,.r:r^: n-^-_-
-r\lral Apgar- Denyut
jantungdan
Kesan klinik respirasi/menitI.
II.
Normal Depresi sedang Depresi berat
7*14
4-8 0-3
124
80-120;
napas ireguiar 80;tak
bernapasBayi sehat
Asfiksia livida Asfiksia palida
III.
4.
Bayi
yang depresif harus segera dibantu dalam pernapasannya, dengan cara pemompaan inspirasi dengan tekanan 25-30 cm dir selama 15 detik, yaitu4-5
napas yang pertama. Setelah
itu
tekanan pompa diusahakan 15-20 cm air saja.Bila ternyata pernapasan belum normal, perlu dilakukan intubasi. Bila denyut jantung kurang dari 60/menit, maka pijatan jantung luar perlu dilakukan yaitu sebanyak 60-
100 kali/menit di
samping ventilasi sebanyak 3O-40/menit.Pengobatan yang diberikan biasanya ialah natrium bikarbonas, tetapi sebaiknya baru diberikan bila upaya tersebut di atas tidak memberikan hasil pada menit ke 4
untuk
klasifikasiII.
Padakias III
dapat diberikanlebih
avzal.Tentu
saja pemeriksaan diagnostik seperti analisis gas darah, foto toraks, mutlak diperlukanuntuk
menentukan tindakan lebih lanjut.60 GA\TAT JANIN
Tabel
5.
Obat yang umum diberikan pada resusitasiObat Indikasi Dosis
Bikarbonas Na Glukosa 10%
Dextran 40
Glukonas calc.
Nalorphin Vitamin K
Asidosis metabolik Hipoglikemi Syok
Bradikardia berat Depresi morphin Preterm, depresi
3 meq/kg
iv; I
:I
dalam glukosa 5%selama
2-3
m4 ml/kg
iv 10ml/kg,
infus 1 mg/kg iv 0,1 mg/kg/im 1 mg/kg im5. Pertanyaan mengenai berapa tingkat hipoksia yang dapat dianggap aman agar
tidak mengakibatkan kerusakan neurologik yang ireversibel pada manusia belum dapat dipastikan saat
ini. Nilai pH
darahdi
bawah 7,25 berhubungan _dengan keadaan depresi morb'idfoas dan mortalitas bayi. Tujuan utama dalam pelayanan perinatal iaiah mengh;naikan keadaan hipo[sia ,ampai pada suatu iingkat di mana ddak menambah penderitaan ibu dan bayi.Di
samping teknologi canggihuntuk
deteksi gawatjanin,
upaya pencegahan pengenalandini
dalam Proses persalinanpatotgik
amatlah penting, misalnya penggunaanformulir
penilaianiiriko tirggi,
partogram, men[endalikan pemakaian obat yang dapat menimbul- kan gawat janin iatrogenik (oksitosin, obat anestesi).60 GA\rAT JANIN
Tabel
5.
Obat yang umum diberikan pada resusitasiObat Indikasi Dosis
Bikarbonas Na Glukosa 10%
Dextran 40
Glukonas calc.
Nalorphin Vitamin
K
Asidosis metabolik Hipoglikemi Syok
Bradikardia berat Depresi morphin Preterm, depresi
3 meq/kg
iv;
1 : 1 dalam glukosa 5%selama
2-3
m4 ml/kg
iv 10ml/kg,
infus 1 mglkg iv 0,1 mg/kg/im 1 mg/kg im5. Pertanyaan mengenai berapa tingkat hipoksia yang dapat dianggap amafl agar
tidak mengakibatkan kerusakan neurologik yang ireversibel pada manusia belum dapat dipastikan saat
ini. Nilai pH
darahdi
bawah 7,25 berhttbungan dengan keadaan depresi morbiditas dan mortalitas bayi. Tujuan utama dalam pelayanan perinatal ialah menghindarkan keadaan hipoksia sampai pada suatu tingkat di mana tidak menambah penderitaan ibu dan bayi.Di
samping teknologi canggihuntuk
deteksi gawatjanin,
upaya pencegahan pengenalandini
dalam Proses persalinan patologik amadah penting, misalnya Penggunaanformulir
penilaian iisiko tinggl,p".tog.r*,
mengendalikan pemakaian obat yang dapat menimbul- kan gawat janin iatrogenik (oksitosin, obat anestesi).7
1.