• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil observasi Angket Respon Guru

Dalam dokumen pengembangan perangkat pembelajaran berbasis (Halaman 109-115)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

D. Pembahasan

3) Hasil observasi Angket Respon Guru

Dari hasil angket respon guru, juga memperlihatkan praktikalitas yang tinggi. Hal ini disimpulkan penulis berdasarkan jawaban yang diberikan guru dalam lembar angket respon guru mengenai praktikalitas perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran berbasis inquiry memudahkan guru dalam proses pembelajaran karena pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa dan guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Perangkat membelajaran berbasis inquiry memudahkan siswa dalam menemukan konsep khususnya KD 3.3 dan 3.4 , karena langkah-langkah yang diberikan terutama dalam LKS, sangat membimbing siswa, sistematis dan mudah dipahami. Pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan karena adanta Kit yang siap pakai dan mudah

digunakan sehingga sekaligus juga dapat membantu guru dalam mengatasi keterbatasan waktu. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memudahkan guru membangkitkan motivasi siswa karena LKS, Kit dan CD animasi yang dirancang sangat menarik (gambar dan warnanya) ditambah lagi kegiatan pembelajaran dalam LKS memancing keingintauan siswa.

pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memudahkan guru meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar karena seluruh siswa terlibat dalam pembelajaran baik itu mengisi LKS, berdiskusi ataupun bereksperimen yang dilakukan secara berkelompok.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry baik untuk diterapkan terutama untuk mata pelajaran Kimia asalkankan guru disiplin terhadap waktu.

b. Efektivitas Perangkat Pembelajaran

Efektivitas perangkat pembelajaran berkaitan dengan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat yang dikembangkan. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika hasil yang diperoleh siswa sesuai dengan yang diharapkan.

1) Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil analisis data efektivitas, menunjukkan rata- rata skor observer terhadap aktivitas siswa untuk kegiatan nomor 1, 2 dan 3 adalah 4. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, dapat diartikan bahwa aktivitas siswa yang berhubungan dengan pembelajaran (membaca LKS, melakukan kegiatan sesuai prosedur kerja dalam LKS dan kerja sama dalam kelompok) sangat sering muncul. Sementara aktivitas siswa untuk kegiatan nomor 4 adalah 2,9.

Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, dapat diartikan bahwa aktivitas siswa bertanya dan menjawab pertanyaan, sering muncul.

Sedangkan rata-rata skor observer terhadap aktifitas nomor 5 adalah 0,1. Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, dapat diartikan bahwa aktivitas siswa berperilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran, tidak pernah muncul. Dari hasil analisis ini maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan tergolong efektif.

Keefektifan perangkat pembelajar dapat dilihat dari keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan seringnya muncul aktifitas siswa yang berhubungan dengan pembelajaran menandakan kalau pembelajaran menggunakan perangkat berbasis inquiry ini berpusat kepada siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wina Sanjaya (2008 : 303) bahwa pembelajaran dengan strategi inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan guru sebagai

fasilitator. Pada pertemuan pertama dan kedua keseriusan siswa dalam melakukan aktivitas 1, 2 dan 3 masih kurang yang ditandai dengan adanya beberapa siswa yang melakukan aktivitas nomor 5 yaitu berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran. Pada pertemuan ketiga sampai pertemuan ketujuh jumlah siswa yang berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran semakin berkurang yang menunjukkan meningkatnya keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Penyimpangan terjadi pada pertemuan ke 4 dimana jumlah siswa yang berperilaku tidak relevan dengan pembelajaran meningkat secara signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena topik yang disajikan hari itu kurang menarik minat siswa karena materinya adalah hitungan dan siswa agak sedikit terganggu dengan adanya beberapa temannya yang keluar masuk kelas karena terlibat kepanitiaan classmeeting.

Untuk aktivitas nomor 4, di pertemuan pertama dan kedua terlihat masih rendah, namun di pertemuan ketiga dan keempat siswa yang melakukan aktivitas ini mengalami peningkatan. Ini menandakan kalau siswa semakin berani dan percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya. Hal ini juga sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Wina Sanjaya (2008 : 303) bahwa pembelajaran inquiry dapat mengembangkan kemampuan intelektual (berpikir secara sistematis, logis dan kritis) sebagai bagian dari proses mental.

2) Hasil Belajar Siswa

a) Hasil Belajar Ranah Kognitif

Berdasarkan analisis data hasil belajar ranah kognitif menunjukkan bahwa persentase tingkat ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4 adalah sebesar 93,1% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 82,1. Dari 29 orang yang mengikuti tes hasil belajar hanya 2 orang yang tidak tuntas. Pada saat siswa yang sama mempelajari KD 3.3 dan 3.4 ini sebelumnya di sekolah, persentase tingkat ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4 tersebut adalah sebesar 71,4% dimana dari 35 orang yang mengikuti tes hasil belajar ada 10 orang yang tidak tuntas. Setelah mereka mengikuti pembelajaran berbasis inquiry, dari 10 siswa yang tidak tuntas tersebut, 8 orang sekarang sudah tuntas dan 2 orang tidak ikut ujian sehingga tidak diketahui ketuntasan mereka. Data hasil belajar ranah kognitif pada saat siswa belajar KD 3.3 dan 3.4 di sekolah ini penulis dapatkan dari guru kimia yang mengajar pada saat itu (lampiran 20 halaman 250).

b) Hasil Belajar Ranah Psikomotor

Hasil belajar ranah psikomotor menunjukkan bahwa persentase tingkat ketuntasan belajar siswa pada KD 3.3 dan 3.4 adalah sebesar 93,3% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 88,9. Dari 30 orang yang mengikuti ujian praktek hanya 2 orang yang tidak tuntas.

Berdasarkan hasil belajar ranah psikomotor ini, diketahui bahwa 66,7% siswa sudah dapat memilih alat dan bahan eksperimen dengan tepat (indikator 1) dan 33,3% lagi kurang tepat.

Dari hasil observasi, pada umumnya siswa yang kurang tepat memilih alat dan bahan eksperimen adalah siswa yang mendapat objek 2 yaitu mengamati pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan. Diantara siswa yang mendapat objek 2 ini, banyak yang kurang lengkap memilih bahan eksperimen sehingga dalam penilaian, mereka dikategorikan kurang tepat memilih alat dan bahan eksperimen. Untuk indikator 2, dari 17 orang siswa yang melakukan eksperimen (9 orang eksperimen objek 1 dan 8 orang eksperimen objek 3) hanya 17,6% yang tidak tepat dalam menyalakan dan mematikan lampu spritus dan 82,3% dapat menyalakan dan mematikan lampu spritus dengan tepat. Untuk indikator 3, dari 13 orang siswa yang melakukan eksperimen (objek 2), 69,2% siswa tepat dalam menngunakan pipet tetes dan 30,8%

siswa kurang tepat dalam menggunakan pipet tetes. Sedangkan untuk indikator 4, dari 30 siswa yang melakukan eksperimen (9 orang eksperimen objek 1, 13 orang eksperimen objek 2 dan 8 orang eksperimen objek 3), sebanyak 66,7% siswa tepat dalam mengamati perubahan warna kristal/larutan dan 33,3% lagi kurang tepat dalam mengamati perubahan warna kristal/larutan. Untuk indikator 5 sebanyak 70% siswa sudah tepat dalam mengolah atau

interpretasi data (mengambil kesimpulan) dan 30% lainnya kurang tepat dalam mengolah atau interpretasi data.

Berdasarkan data analisis hasil belajar siswa dengan persentase tingkat ketuntasan yang tinggi yaitu 93,1% untuk ranah kognitif dan 93,3% untuk ranah psikomotor, menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis inquiry yang dikembangkan pada KD 3.3 dan 3.4 bersifat efektif. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry memfasilitasi peserta didik agar mereka mendapatkan kemudahan dalam belajar. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Carin dalam Depdiknas (2007 : 17), bahwa agar pembelajaran sains dapat berhasil, digunakan prinsip keterlibatan siswa secara aktif. Aktif berarti “learning by doing”, dimana siswa harus ikut melakukan sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari. Pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis inquiry dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa karena siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Piaget dalam Wina Sanjaya (2006 : 194) bahwa pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan sendiri oleh siswa.

Dalam dokumen pengembangan perangkat pembelajaran berbasis (Halaman 109-115)

Dokumen terkait