BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Landasan Teori
4) Langkah-Langkah Penyusunan RPP
Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan identitas RPP (nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan alokasi waktu), tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian. Setiap komponen mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan. RPP boleh disusun untuk satu kompetensi dasar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyusunan RPP berpedoman kepada Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses, Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang standar isi dan Permendiknas no 20 tahun 2006 tentang standar penilaian.
Pengembangan indikator, materi pokok dan alokasi waktu berpedoman kepada SK dan KD yang terdapat dalam standar isi. Pengembangan kegiatan pembelajaran berpedoman kepada standar proses. Penilaian hasil belajar berpedoman kepada standar penilaian.
b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Di dalam buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar yang dikeluarkan oleh Depdiknas tahun 2008 halaman 23-24, dijelaskan tentang pengertian LKS, fungsi dan prinsip pembuatannya, untuk dijadikan pedoman bagi guru. Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak : judul, kompetensi (KD) yang akan dicapai, informasi pendukung, langkah-langkah kerja, tugas- tugas yang harus diselesaikan dan penilaian.
Menurut Prayitno (2003 : 20), ditinjau dari penggunaannya LKS dapat dibedakan menjadi LKS eksperimen dan LKS noneksperimen.
LKS eksperimen adalah LKS yang digunakan untuk membimbing siswa dalam kegiatan praktikum atau menemukan konsep melalui kerja ilmiah. Sedangkan LKS noneksperimen digunakansebagai salah satu alternatif dalam mengatasi hambatan dalam proses pembelajaran.
Dalam menyiapkan LKS guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kegiatan harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan dapat atau tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.
Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS.
2) Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.
3) Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.
LKS berbasis inquiry merupakan lembar kegiatan siswa yang disusun berdasarkan prinsip pembelajaran inquiry. Di dalamnya tidak terdapat ringkasan materi. LKS berbasis inquiry berisi petunjuk, pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan untuk membimbing siswa dalam menemukan konsep yang berhubungan dengan materi pelajaran.
Keuntungan adanya lembar kegiatan bagi guru, untuk memudahkan dalam melaksanakan pembelajaran dan bagi siswa, untuk membantu mereka belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. Dengan demikian penggunaan LKS dapat meningkatkan aktifitas dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran seperti bekerja dalam kelompok, berdiskusi dan menampilkan hasil diskusi di depan kelas.
c. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media.
Berkaitan dengan proses belajar mengajar, Briggs dalam Wina Sanjaya, 2009 : 204, menyatakan media sebagai alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sementara itu, Gagne dan Brings dalam Azhar Arsyad 2009 : 4, mengatakan secara implisit bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk meyampaikan isi materi pelajaran yang terdiri dari, antara lain
buku, tape recorder, video, film, kamera, foto, gambar, televisi dan komputer. Namun demikian, media bukan hanya berupa alat fisik atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerach dan Ely dalam Wina Sanjaya, 2009 : 204, berpendapat bahwa secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memproleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dengan semakin berkembangnya teknologi dan semakin beragamnya media pengajaran, maka pemilihan media hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan media. Menurut Depdiknas (2004), ada beberapa prinsip dasar dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu : (1) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, (2) kesesuaian dengan materi, (3) kesesuaian dengan metoda mengajar, (4) karakteristik peserta didik, (5) kondisi tempat belajar, (6) kepraktisan dan (7) ketersediaan dana, tenaga dan fasilitas. Hal ini juga sejalan dengan pendapat James W. Brown (1977 : 71), yakni :
“Generalized principles of media selection and use : 1)No one medium is best for all purpose, 2)Media uses should be consistent with objectives, 3)Users must familiarize themselves with media content, 4)Media must be appropriate for the mode of instruction, 5)Media must fit student capabilities and learning styles, 6)Media are neither good or bad simply because the are either concrete or abstract, 7)Media should be chosen objectively rather than on the basis of personal preference or bias and 8)Physical conditions surrounding uses of media affect sicnificantly the result obtained”.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini, Edgar Dale (dalam Rahardjo, 1986:49) telah mengklasifikasi pengalaman
berlapis dari tingkat paling konkrit menuju yang paling abstrak.
Klasifikasi tersebut dikenal dengan nama “kerucut pengalaman” (cone of experience) Edgar Dale (Gambar 1) yang dapat membantu menentukan media apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu.
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Salah satu bentuk media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran sains adalah ‘Kit’. Noerdin, 1995 : 2, menyatakan bahwa Kit adalah seperangkat alat dan bahan yang membantu proses belajar mengajar serta praktikum, agar berjalan lancar, praktis dan
verba Simbol visual
visual radio
film tv wisata demonstrasi
partisipasi observasi Pengamatan langsung abstrak
konkrit
ekonomis. Dengan adanya Kit, maka praktikum dapat juga dilaksanakan di dalam kelas atau tanpa ruang laboratorium asalkan memenuhi beberapa persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Arifin (2005:110) bahwa praktikum yang dilakukan di dalam kelas mempunyai persyaraan sebagai berikut :
1. Percobaan tidak menghasilkan gas beracun.
2. Alat atau zat sudah tersedia dalam kotak untuk setiap individu/kelompok dalam mempermudah pelaksanaannya.
Kit praktikum memberikan beberapa kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Sumiaty (2002:38) yaitu :
1. Kit praktikum dapat membantu sekolah yang tidak mempunyai laboratorium.
2. Kit praktikum dapat menggantikan kegiatan praktikum di laboratorium.
3. Kit praktikum dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap pelajaran kimia.
4. Kit praktikum mudah dibawa.
5. Alat dan bahan untuk praktikum sudah tersedia di dalam kotak sehingga dapat mengatasi kendala guru dalam penyiapkan alat dan bahan praktikum.