• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hipotesis Penelitian

Prinsip 6: Mengungkapkan Penelitian Untuk Mendorong Pengawasan Profesional dan Kritik

D. Hipotesis Penelitian

Tipe Logika Desain

Pertanyaan Deskriptif

Pertanyaan Hubungan

“Apa. . ?”

“Apakah variabel X Berhubungan dengan variabel y?

“Apakah variabel X Memprediksi variabel Y?”

Survei, Deskriptif Berhubungan

Pertanyaan Perbedaan “Apakah ada Eksperimen, ex post facto perbedaan

antara..?”

Gambar 2.4 Tipe pertanyaan, logika hubungan dan desain penelitian (Diambil dari McMillan, J. H. & Schumacher, S. 2010)

58 Metodologi Penelitian Sosial

disebut dugaan atau jawaban cerdas karena ia bukan sembarang dugaan atau jawaban karena ia dirumuskan setelah melakukan kajian pustaka yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Dengan kata lain, setelah melakukan kajian pustaka terkait, hasil penelitian yang serupa, dan teori-teori terkait, maka peneliti akan mendapatkan beberapa ilmu atau informasi yang mengindikasi jawaban terhadap pertanyaan penelitian.

Hipotesis mengisyaratkan adanya logika jika/kemudian.

Kebanyakan hipotesis menggunakan jika/kemudian untuk menunjukkan hubungan antar variabel. Contoh, jika mahasiswa menerima perlakuan A, maka prestasi mahsiswa akan meningkat; jika diadakan remidi, maka prestasi mahasiswa akan meningkat. Karena hipotesis masih jika/

kemudian dan merupakan dugaan cerdas berdasar kajian pustaka, maka hipotesis perlu diuji kebenarannya, yang akhirnya hipotesis tersebut diterima atau ditolak besadar bukti empiris (Punch, K. F., 2005).

Dari sisi asal muasal hipotesis atau asal usul hipotesis atau dari mana hipotesis berasal, maka hipotesis dapat dibagi menjadi dua: hipotesis induktif dan hipotesis deduktif.

Hipotesis induktif diperoleh setelah melakukan beberapa pengamatan terhadap obyek penelitian, kemudian peneliti merumuskan hipotesisnya yang merupakan generalisasi dari pengamatannya. Dengan kata lain, peneliti melakukan pengamatan atas perilaku, memperhatikan kecenderungan, mengungkap kemungkinan adanya hubungan antar variabel, dan kemudian menyimpulkan hasil pengamatannya dalam bentuk dugaan sementara (hipotesis). Hipotesis induktif dirumuskan sebagai hasil dari pengamatan peneliti terhadap hubungan antar variabel, sedangkan hipotesis deduktif didapat dari teori yang sudah ada. Dengan kata lain, jawaban

atau dugaan sementara terhadap masalah penelitian didapat atau ditarik dari teori (Ary, D., Jacobs, L. C. dan Sorensen, C. K., 2010; Cohen, L., Manion, L. dan Morrison, K., 2007).

Dari sisi arah dugaan, hipotesis dikelompokkan menjadi tiga macam. Pertama adalah hipotesis satu arah atau terarah

(directional hypotheses). Peneliti menggunakan hipotesis terarah ini manakala dari hasil pengamatan atau dari hasil kajian pustaka, peneliti memiliki kecenderungan bahwa, misalnya, variabel A akan lebih baik atau lebih efektif dari pada variabel B, atau variabel A bisa meningkatkan variabel B, maka peneliti harus menggunakan hipotesis terarah.

Contoh hipotesis terarah adalah:

1. Jika mahasiswa diajar dengan menggunakan ICT (Information Communication Technology), maka prestasi mahasiswa akan meningkat.

2. Siswa yang diajar dengan ICT lebih tinggi prestasi belajarnya, dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional.

Bila menggunakan simbol, maka hipotesis terarah seperti berikut: A > B. Artinya adalah A = pengajaran dengan ICT, B = pengajaran tanpa ICT atau metode konvensional, dan A (ICT) lebih baik atau efektif dari pada B (konvensional).

Kedua adalah hipotesis dua arah (non-directional hypotheses). Hipotesis dua arah ini dipakai oleh peneliti manakala dari hasil pengamatan atau dari hasil kajian pustaka, peneliti tidak memiliki kecenderungan atau tidak mendapat informasi yang kuat bahwa variabel A, misalnya, akan lebih baik atau lebih efektif dari pada variabel B, maka peneliti harus menggunakan hipotesis dua arah. Contoh hipotesis dua arah adalah:

60 Metodologi Penelitian Sosial

1. Jika mahasiswa diajar dengan menggunakan ICT atau tidak menggunakan ICT, maka prestasi mahasiswa akan berbeda atau tidak sama.

2. Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode ICT dan konvensional terhadap prestasi belajar siswa.

Bila menggunakan simbol, maka hipotesis dua arah seperti berikut: A ≠ B. Artinya adalah A = pengajaaran dengan ICT, B = pengajaran tanpa ICT atau metode konvensional.

Pengajaran A dan B akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi mahasiswa. Keduanya akan meningkatkan prestasi mahasiswa, tetapi belum diketahui mana yang lebih efektif.

Terakhir adalah hipotesis nol (null hypotheses) atau disebut juga dengan hipotesis statistik. Ada beberapa hal yang harus diingat berkaitan dengan hipotesis nol. Pertama adalah bahwa hipotesis nol baru dimunculkan belakangan manakala peneliti hendak menguji kebenaran hipotesisnya (baik hipotesis terarah atau hipotesis dua arah). Oleh karena itu, hipotesis nol disebut juga hipotesis statistik karena ia baru muncul ketika peneliti melakukan analisis data dengan bantuan statistik. Kedua adalah bahwa peneliti harus menjaga kenetralannya atau obyektivitasnya. Dengan kata lain, walau peneliti telah memiliki informasi awal atau dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah penelitian, baik dugaan tersebut terarah atau dua arah, maka peneliti harus tetapi netral dan obyektif, dan salah satu kiat menjaga netralitas dan obyektivitas ini adalah dengan memunculkan hipotesis nol. Contoh hipotesis nol adalah:

1. Tidak ada perbedaan prestasi mahasiswa, baik yang diajar dengan ICT maupun diajar tanpa ICT. Atau

2. Jika mahasiswa diajar dengan menggunakan ICT atau tidak menggunakan ICT, maka prestasi mahasiswa akan sama saja.

3. Tidak ada hubungan antara kendaraan yang dipakai mahasiswa dengan kecerdasan mahasiswa.

Bila menggunakan simbol, maka hipotesis nol seperti berikut: A = B. Artinya adalah A = pengajaaran dengan ICT, B = pengajaran tanpa ICT atau metode konvensional, dan pengajaran A atau B sama saja. Keduanya sama-sama akan meningkatkan prestasi mahasiswa.

Berikut adalah ciri-ciri hipotesis yang baik.

1. Hipotesi harus menyebutkan arah hubungan antar variabel

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa hubungan antara dua variabel bisa dalam bentuk kecenderungan dan pengaruh. Bila berbentuk kecenderungan, maka hubungan kedua variabel bersifat korelasi, akan tetapi bila hubungan antara dua variabel berbentuk pengaruh, maka hubungannya bersifat sebab-akibat dan oleh karenanya disebut penilitian eksperimen. Contoh hipotesis bersifat korelasi: Umpan balik guru dalam mengajar berhubungan secara positif dengan prestasi siswa; atau ada hubungan yang positif antara umpan balik guru dengan prestasi siswa. Adapun contoh hipotesis yang bersifat sebab-akibat adalah: Siswa-siswa kelas sepuluh yang diajar dengan ICT akan lebih berprestasi dari pada siswa-siswa yang tidak diajar dengan ICT (Gay, L. R. 1992).

2. Hipotesis harus bisa diuji (teruji)

Hipotesis yang bisa diuji pasti bisa diverifikasi. Pengujian kebenaran hipotesis ini harus didukung oleh bukti empiris.

Untuk dapat diuji, hipotesis harus memasukkan atau

62 Metodologi Penelitian Sosial

menyebutkan variabel-variabel yang bisa diukur (terukur).

Akhirnya, hipotesis diterima manakala didukung oleh bukti empiris, dan ditolak bila bukti empiris tidak mendukungnya.

3. Hipotesis harus memuat penjelasan sementara berdasarkan teori atau penelitian sebelumnya.

Hipotesis dirumuskan setelah melakukan telaah mendalam terhadap penelitian sebelumnya atau pustaka terkait serta teori yang ada, dan oleh karenanya hipotesis harus memiliki penjelasan yang cukup dan berdasar atas teori yang ada dan berdasar kajian pustaka yang komprehensif. Hal ini sangat penting karena hipotesis merupakan penjelasan sementara atas perilaku, kejadian atau fenomena tertentu (Cohen, L., Manion, L. dan Morrison, K., 2007).

4. Hipotesis harus dinyatakan dengan bahasa yang singkat dan padat.

Aturan umum penulisan hipotesis adalah bahwa sebuah hipotesis hanya menyebut satu hubungan antar variabel.

Dengan kata lain, bila peneliti memiliki banyak hipotesis, maka ia harus menuangkannya dengan beberapa hipotesis sehingga masing-masing hipotesis hanya ada satu hubungan diantara variabel. Selain itu, supaya jelas, hipotesis seyogianya dinyatakan dalam kalimat sederhana supaya mudah dipahami.