• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH KEBIJAKAN TERKAIT WILAYAH

G. Hubungan Antar Moda Transportasi

Kereta api sebagai sebuah layanan transportasi akan tetap mempunyai beberapa keterbatasan sehingga tidak mampu secara individu memenuhi atau mengikuti kebutuhan transportasi masyarakat. Guna memberikan layanan transportasi yang menyeluruh kepada masyarakat maka layanan moda ini harus terintegrasi dengan layanan moda lain, misalnya dengan moda udara, darat (transportasi perkotaan) dan air/laut. Bentuk-bentuk layanan ini akan terus dikembangkan pada masa yang akan datang, sehingga layanan kereta api tidak lagi identik dengan perjalanan antar kota, tetapi akan semakin berkembang menjadi layanan airport railway, urban transport railway dan port railway.

Dalam penyelenggaraannya, transportasi (darat, rel, laut dan udara) sebagai kesatuan sistem yang utuh, merupakan wujud integrasi dari interaksi hal-hal sebagai berikut:

 Jaringan pelayanan – jaringan prasarana - multi moda;

Safety/kelaikan - availability armada - jadwal – tarif;

 Kebijakan operasional nasional transportasi;

 Penetapan jaringan pelayanan di seluruh wilayah tanah air;

 Pembangunan prasarana untuk mendukung kebutuhan jaringan pelayanan;

 Penyediaan armada sesuai kebutuhan pelayanan;

 Penyediaan SDM sesuai kebutuhan pelayanan.

Review Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil)

Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017 L A P O R A N A K H I R

B a b 3 T e l a a h K e b i j a k a n

- III.22 -

Tabel 3. 3 Program Utama Pengembangan Jaringan dan Layanan Perkeretaapian

B a b 3 T e l a a h K e b i j a k a n

- III.23 -

Review Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil)

Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017 L A P O R A N A K H I R

B a b 3 T e l a a h K e b i j a k a n

- III.24 -

B a b 3 T e l a a h K e b i j a k a n

- III.25 -

Review Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil)

Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017 L A P O R A N A K H I R

B a b 3 T e l a a h K e b i j a k a n

- III.26 -

B a b 3 T e l a a h K e b i j a k a n

- III.27 -

Review Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil)

Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017 L A P O R A N A K H I R

B a b 3 T e l a a h K e b i j a k a n

- III.28 -

3.6 RENCANA INDUK PELABUHAN NASIONAL

3.6.1 Kebijakan Pelabuhan Nasional

Sebagaimana telah dirumuskan dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nmr KP 414 Tahun 2013, kebijakan Kepelabuhan Nasional khususnya pada pelabuhan-pelabuhan utama akan merefleksikan perkembangan sector kepelabuhan menjadi industry jasa kepelabuhan kelas dunia yang kompetitif dengan system operasi pelabuhan sesuai standar internasional baik dalam bidang keselamatan pelayanan maupun perlindungan lingkungan maritim.

Kebijakan Pelabuhan Nasional diarahkan dalam upaya:

1. Mendorong investasi swasta 2. Mendorong persaingan

3. Pemberdayaan peran penyeenggara pelabuhan 4. Terwujudnya integrase perencanaan

5. Menciptakan kerangka kerja hokum dan peraturan yang tepat dan fleksibel 6. Mewujudkan system operasi pelabuhan yang aman dan terjamin

7. Meningkatkan perlindungan maritime 8. Mengembangkan sumberdaya manusia

Upaya dimaksud pada hakikatnya merupakan penjabaran dari amanat yang tercantum dalam Konsiderans (“Mnenimbang”) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran huruf d yang menyebutkan bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional menuntut penyelenggaraan pelayaran (termasuk kepelabuhan) yang sesuai dengn perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peran swasta, dan persaingan swasta, otonom daerah, dan akuntabilitas penyelenggara negara, dengan tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan pelayaran demi kepentingan nasional.

3.6.2 Implementasi Konsep Tol Laut

Perumusan Kebijakan Pelabuhan Nasional sebagaimana diuraikan di ataas bertitik tolak dari Undang-Undang Pelayaran, namun perlu diperhatikan pula lingkungan strategis yang terjaadi saat ini yaitu dengan ditetapkannya 9 (Sembilan) Agenda Pembangunan pemerintahan dalam Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 yang dikenal dengan Nawacita.

Nawacita dimaksud khususnya butir 3 (tiga) yaitu “Akan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan” akan diwujudkan dengan program Tol Laut yang dapat diartikan sebagai upaya untuk memperkuat penyelenggaraan angkutan laut yang menghubungkan wilayah Indonesia yang sudah maju dan wilayah Indonesia yang belum maju atau tertinggal termasuk daerah perbatasan secara tetap dan teratur (berjadwal).

Di samping itu, dalam upaya untuk melaksanakan program Tol Laut, Dirjen Perhubungan Laut dalam Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Laut Nomor AL.108/6/2/DPJL-15 Tanggal 26

B a b 3 T e l a a h K e b i j a k a n

- III.29 -

Oktober 2015 tentang Jaringan Trayek Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang dalam Rangka Pelaksanaan Tol Laut, yang telah diubah dengan Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Laut AL.108/7/8/DPJL-15 Tanggal 21 Desember 2015 tentang Jaringan Trayek Pelayaran Tol Laut Tahun Anggaran 2016 dan Ketentuan-Ketentuan Pelaksanaannya telah menetapkan 6 (enam) jaringan Trayek Angkutan Barang Melalui Laut atas dasar Kewajiban Pelayanan Publik (PSO).

Peran Pelabuhan dalam Pengembangn Tol Laut

Tol Laut merupakan jaringan pelayaran peti kemas terjadwal (liner) yang menyinggai beberapa pelabuhan utama di Sumetara, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Kapal yang digunakan adaah kapal peti kemas berukuran di atas 1000 TEUs. Tentu saja pengembangan jaringan pelayaran ini akan didukung dengan pengembangan terminal peti kemas yang dapat mengakomodasi kapal peti kemas dengan ukuran tersebut serta ketersediaan dermaga da kinerja bongkar muat yang tinggi.

Gambar 3. 9 Rute Tol Laut

Sumber: Rencana Induk Pelabuhan Nasional Tahun 2030

Dengan sistem rute seperti ini, diperkirakan akan memperbaiki biaya transportasi total (semua moda) sebesar 2,66% (atau sekitar 20% dari total biaya trasnportasi laut saja) dan mengurangi biaya transportasi moda jalan sebesar 8,64% dari kondisi eksisting.

3.6.3 Implikasi Terhadap Rencana Pengembangan Pelabuhan A. Pengembangan Kapasitas Pelabuhan

Dengan perkembangan muatan yang diprediksi di masa mendatang, tentu mengharuskan pelabuhan Indonesia mengembangkan kapasitas pelayanannya, baik melalui perbaikan kelembagaan, peningkatan kinerja pelayanan dalam bentuk produktivitas bongkar muat,

Review Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil)

Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017 L A P O R A N A K H I R

B a b 3 T e l a a h K e b i j a k a n

- III.30 -

maupun pengembangan fisik pelabuhan. Tidak hanya pelabuhan yang sudah beroperasi melainkan pula pelabuhan-pelabuhan baru yang menjadi kebijakan pemerintah.

Rencana pengembangan atau kebijakan dalam RIPN terdahulu yang kemudian diadopsi dalam revisi RIPN terbaru adalah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional yaitu antara lain:

1. Pengembangan Pelabuhan Internasional Kuala Tanjung Provinsi Sumatera Utara;

2. Pengembangan Pelabuhan Hub Internasional Bitung Provinsi Sulawesi Utara;

3. Pelabuhan KEK Maloy Provinsi Kalimantan Timur;

4. Pembangunan Pelabuhan Jawa Barat (Utara) Provinsi Jawa Barat;

5. Pembangunan Pelabuhan Sorong Provinsi Papua Barat;

6. Pembangunan Pelabuhan Kalibaru Provinsi DKI Jakarta;

7. Makassar New Port Provinsi Sulawesi Selatan;

8. Pengembangan Pelabuhan Wayabula, Kepulauan Morotai Provinsi Maluku Utara;

9. Pengembangan Pelabuhan Palu (Pantoloan, Teluk Palu) Provinsi Sulawesi Tengah;

10. Pengembangan kapasitas Pelabuhan Parigi Provinsi Sulawesi Tengah;

11. Pengembangan Pelabuhan Kijing Provinsi Kalimantan Barat; dan 12. Pengembangan Pelabuhan Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.