PID X UKRIDA 52
PID X UKRIDA 53 Bakteriuri asimptomatik
Bakteriuri asimptomatik ditandai dengan kultur urin dengan bakteri positif tanpa gejala infeksi saluran kemih. Angka kejadian bakteriuri asimptomatik sama antara pasien hamil dan tidak hamil. Jika tidak diterapi, maka 30 persen pasien dengan bakteriuri asimptomatik dapat mengalami pielonefritis akut.5 Tidak seperti pasien yang tidak hamil, pada kehamilan pasien dengan bakteriuri asimptomatik harus mendapatkan terapi yang adekuat untuk menurunkan kemungkinan komplikasi ibu dan janin.6
Perhatian khusus harus diberikan pada infeksi saluran kemih pada kehamilan yang hasil kultur urinnya terdapat bakteri streptokokus grup B terutama streptoccocus agalaticae karena berisiko tinggi terjadinya ketuban pecah dini dan persalinan prematur.6,7 Selain itu kolonisasi streptokokus grup B juga meningkatkan risiko infeksi neonatus sampai dengan 25 kali.6
Sistitis akut
Sistitis akut terjadi sampai dengan 4 persen pada kehamilan, dengan angka kejadian pada kehamilan 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yg tidak hamil.4,8 Hal ini disebabkan adanya perubahan anatomi dan fisiologi pada kehamilan. Gejala klinis meliputi dysuria, frekuensi, urgensi, nyeri berkemih, rasa tidak nyaman di abdomen bawah, atau hematuria dengan bakteriuri. Beberapa gejala seperti frekuensi dan urgensi juga dialami pada kehamilan normal, sehingga kedua gejala ini kurang sensitif dibanding gejala-gejala lainnya.4,5
Pielonefritis akut
Pielonefritis akut terjadi pada 1-4 persen wanita hamil.9 Pada wanita dengan bakteriuria simptomatik kejadian pielonefritis akut mencapai 13-40%.6,9 Bakteriuria simptomatik menjadi faktor risiko utama terjadinya pielonefritis akut.8 Faktor-faktor risiko lainnya meliputi usia muda, merokok, tingkat pendidikan rendah, tatalaksana yang terlambat, multiparitas, DM, dan nefrolitiasis.10 Pielonefritis akut jarang terjadi pada kehamilan tetapi memiliki komplikasi yang berat seperti gagal ginjal akut, hipertensi arterial, hemolysis, sampai dengan syok sepsis. Sekitar 10 persen pasien dengan pielonefritis akut mengalami persalinan prematur.10
Sekitar 80-90 persen kejadian pielonefritis akut terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan ketika kejadian retensi urin terjadi dengan angka
rekurensi mencapai 25 persen.6,10 Tatalaksana bakteriuri mengurangi angka kejadian pielonefritis akut sampai 90 persen.10
Diagnosis pielonefritis meliputi demam, mual muntah, nyeri punggung, nyeri ketok CVP, dengan disertai bakteriuri dan pyuria.5,6,8 Kultur urin dan resistensi merupakan pemeriksaan penting untuk evaluasi. Terapi empiris seperti amoxyclav dan cephalosporin terbukti tidak efektif pada 10.3 % dan 5.9 % pasien.11 Namun tingginya biaya kultur urin menyebabkan kultur urin pada daerah dengan tingkat
PID X UKRIDA 54
ekonomi rendah tidak dilakukan rutin tetapi dilakukan terbatas pada pasien dengan indikasi terbatas seperti gejala persisten atau demam lebih dari 48 jam meskipun antibiotik empiris sudah diberikan.12
Bakteri pathogen yang diperoleh dari kultur meliputi e-coli (63-85% kasus), klebsiella (8 %), dan berbagai jenis stafilokokus(20-25%).4,6,9
Tatalaksana pielonefritis akut meliputi tirah baring dan pemberian antibiotik intravena sampai dengan minimal 48 jam bebas demam. Kemudian dapat diganti antibiotik oral selama 10-14 hari dikombinasikan dengan antiinflamasi dan pereda demam, serta pemberian cairan yang cukup. Antibiotik lini pertama meliputi betalaktam (ampicillin atau cephalosporin generasi II atau III) dikombinasi dengan gentamisin, atau karbapenem bila terjadi komplikasi.4,5
Kriteria diagnosis
Kultur urin merupakan standar baku emas diagnosis infeksi saluran kemih.5 Dengan sensitifitas 77 persen dan spesifisitas 70 persen, urinalisis tidak dapat dijadikan dasar utama pasien yang dicurigai mengalami infeksi saluran kemih. Pada pemeriksaan urinalisis, nilai prediksi positif tertinggi terjadinya infeksi saluran kemih jika terdapat nitrit, leukosituria, dan hematuria.6,13
Bakteriuria simptomatik didiagnosis jika terdapat 105 koloni bakteri/ml pada pemeriksaan kultur urin tanpa disertai gejala klinis. Untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi, urin diambil pada pagi hari setelah membilas organ genital eksterna dan daerah sekitar lubang uretra sebanyak 2-3 kali.13
Skrining dan tatalaksana infeksi saluran kemih
Pemeriksaan kultur urin pada seluruh kehamilan masih menjadi perdebatan di dunia. Rekomendasi dilakukan pemeriksaan urin pada kehamilan awal karena adanya risiko bakteriuri asimptomatik menjadi sistitis akut atau pielonefritis akut. Kultur urin direkomendasikan oleh Organisasi dokter kandungan Amerika saat usia kehamilan 12-16 minggu pada seluruh pasien
hamil.6 Organisasi lain belum merekomendasikan kultur urin sebagai pemeriksaan rutin pada seluruh kehamilan. Namun pemeriksaan kultur urin sebaiknya dilakukan pada pasien dengan riwayat infeksi saluran kemih berulang atau dengan kelainan traktus urinarius.5
Jenis antibiotik yang dipilih dalam tatalaksana infeksi saluran kemih pada kehamilan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain dari pola kuman penyebab infeksi saluran kemih di suatu daerah, perlu dipikirkan juga efek dari kehamilan terhadap metabolisme obat, trimester kehamilan, distribusi obat transplasental, dan kemungkinan pengaruh obat terhadap janin. Sampai sekarang belum ada konsensus pemilihan antibiotik jenis tertentu untuk tatalaksana utama infeksi saluran kemih pada kehamilan.5
Rekomendasi antibiotik dalam penanganan infeksi saluran kemih pada kehamilan berbeda-beda di berbagai negara. Nitrofurantoin, sefalosporin, turunan penisilin, dan fosfomisin merupakan obat-obatan lini pertama yang aman dan efektif
PID X UKRIDA 55
dalam mengatasi infeksi saluran kemih pada kehamilan.14
Untuk follow up, direkomendasikan dilakukan pemeriksaan kultur urin 1-2 minggu pasca pemberian antibiotik selama 3 hari.4 Terapi antibiotik lini pertama bisa diteruskan pada bakteriuria persisten atau berulang sampai diperoleh hasil kultur yang bebas kuman. Beberapa wanita dengan imunodefisiensi atau dengan infeksi saluran kemih berulang membuuhkan antibiotik profilaksis sampai akhir kehamilan seperti nitrofurantoin 50-100mg.9
Kesimpulan
Infeksi saluran kemih masih menjadi salah satu masalah yang paling umum terjadi pada kehamilan dengan angka kejadiannya belum menunjukkan trend penurunan. Gejala bisa tidak spesifik dan dapat terjadi pada wanita hamil yang tampak sehat. Tidak seperti dalam populasi umum, pada kehamilan infeksi bakteriuri asimptomatik memerlukan terapi. Diagnosis dan terapi infeksi saluran kemih pada kehamilan yang adekuat menurukan risiko komplikas ibu dan janin secara signifikan.
Dalam menurunkan berbagai komplikasi, kultur urin seharusnya diperiksa pada trimester pertama kehamilan, tetapi penting juga untuk disesuaikan dengan keadaan ekonomi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amiri M, Lavasani Z, Norouzirad R, Najibpour R, Mohamadpour M, Nikpoor AR, Raeisi M, Zare Marzouni H. Prevalence of urinary tract infection among pregnant women and its complications in their newborns during the birth in the hospitals of Dezful City, Iran, 2012”2013. Iran Red Crescent Med J. 2015; 17.
2. Souza RB, Trevisol DJ, Schuelter-Trevisol F. Bacterial sensitivity to fosfomycin in pregnant women with urinary infection. Braz J Infect Dis, 2015; 19: 319-23.
3. Cheung KL, Lafayette RA. Renal physiology of pregnancy. Adv Chronic Kidney Dis. 2013; 20(3): 209”21.
4. Matuszkiewicz-Rowińska J, Małyszko J, Wieliczko M. Urinary tract infections in pregnancy: old and new unresolved diagnostic and therapeutic problems. Arch Med Sci, 2015; 11: 67-77.
5. Schnarr J, Smaill F. Asymptomatic bacteriuria and symptomatic urinary tract infections in pregnancy. Eur J Clin Invest, 2008; 38: 50-7.
6. Glaser AP, Schaefer AJ. Urinary tract infection and bacteriuria in pregnancy.
Urol Clin North Am, 2015; 42: 547-60.
7. Centers for Disease Control and Prevention: Prevention of Perinatal Group B Streptococcal Disease: Revised Guidelines from CDC, 2010. Recommendations and Reports, 2010; 59: 1-32.
8. Delzell JE, Lefevre ML. Urinary tract infections during pregnancy. Am Fam Physician, 2000; 61: 713-20.
9. Thomas AA, Thomas AZ, Campbell SC, Palmer JS. Urologic emergencies in pregnancy. Urology 2010; 76: 453-60.
10. Wing DA, Fassett MJ, Getahun D. Acute pyelonephritis in pregnancy: an 18- year retrospective analysis. Am J Obstet Gynecol, 2014; 210: 219.e1-219.e6.
PID X UKRIDA 56
11. Artero A, Alberola J, Eiros JM, Nogueira JM, Cano A. Pyelonephritis in pregnancy. How adequate is empirical treatment? Rev Esp Quimioter, 2013; 26:
30-3.
12. Wing DA, Park AS, Debuque L, Millar LK. Limited clinical utility of blood and urine cultures in the treatment of acute pyelonephritis during pregnancy. Am J Obstet Gynecol, 2000; 182: 1437-40.
13. Teppa RJ, Roberts JM. $e Uriscreen Test to detect significant asymptomatic bacteriuria during pregnancy. J Soc Gynecol Investig, 2005; 12: 50-3.
14. Salvatore S, Salvatore S, Cattoni E, Siesto G, Serati M, Sorice P, Torella M.
Urinary tract infections in women. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol, 2011; 156:
131-6.
PID X UKRIDA 57