Martin Luter Purba, SE, M.Si Universitas HKBP Nommensen
Defenisi Inflasi
Inflasi adalah peningkatan umum dan berkelanjutan dalam harga barang dan jasa di suatu negara selama periode waktu tertentu yang mengakibatkan penurunan daya beli uang, atau nilai uang. Inflasi dapat diukur dengan melacak perubahan indeks harga konsumen (CPI) atau indeks harga produsen (PPI) dari waktu ke waktu, Inflasi biasanya diukur dalam persentase tahunan. Tingkat inflasi adalah perubahan persentase dalam tingkat harga. (Boyes & Melvin, 2011)Inflasi adalah kenaikan harga secara keseluruhan yang berkelanjutan.
Penting untuk diingat bahwa inflasi tidak hanya mengacu pada kenaikan harga dalam jangka pendek, tetapi juga kenaikan harga yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Inflasi diukur dengan persentase perubahan harga.
Dalam ekonomi, inflasi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tingkat harga barang dan jasa di suatu negara secara umum dan berkelanjutan selama periode waktu tertentu. Fenomena ini berdampak langsung pada daya beli dan nilai uang masyarakat. Untuk mengukur inflasi, kita sering menggunakan indeks harga konsumen (CPI) atau indeks harga produsen (PPI) sebagai petunjuk perubahan harga dari waktu ke waktu. Inflasi biasanya diukur dalam bentuk persentase tahunan untuk memberikan gambaran tentang seberapa besar perubahan harga selama satu tahun.
120
Sangat penting untuk memahami konsep inflasi, berbagai aspek ekonomi dan kehidupan sehari-hari masyarakat dapat sangat dipengaruhi oleh peningkatan harga yang berkelanjutan. Penurunan daya beli uang adalah salah satu konsekuensi terbesar dari inflasi, yang berarti bahwa uang yang sama akan memiliki kekuatan pembelian yang lebih rendah daripada sebelumnya.
Sebagai contoh, orang mungkin memerlukan lebih banyak uang untuk membeli barang dan jasa yang sebelumnya dapat dibeli dengan sejumlah uang tertentu.
Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan menyulitkan orang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Sangat penting untuk memahami konsep inflasi.
Berbagai aspek ekonomi dan kehidupan sehari-hari masyarakat dapat sangat dipengaruhi oleh peningkatan harga yang berkelanjutan. Penurunan daya beli uang adalah salah satu konsekuensi terbesar dari inflasi, yang berarti bahwa uang yang sama akan memiliki kekuatan pembelian yang lebih rendah daripada sebelumnya.
Sebagai contoh, orang mungkin memerlukan lebih banyak uang untuk membeli barang dan jasa yang sebelumnya dapat dibeli dengan sejumlah uang tertentu.
Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan menyulitkan orang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
(Mankiw, 2007)menyatakan Inflasi yang tidak diantisipasi merusak lebih banyak orang daripada biaya inflasi yang diantisipasi. Ini karena inflasi yang tidak diantisipasi membagi kekayaan di antara orang.
Pentingnya memahami inflasi
Dalam konteks perekonomian, memahami inflasi sangat penting karena memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan ekonomi, keuangan, dan sosial masyarakat. Berikut adalah beberapa alasan mengapa memahami inflasi sangat penting:
121
1. Pengaruh terhadap Daya Beli: Inflasi berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Ketika tingkat inflasi tinggi, daya beli uang menurun, yang berarti orang tidak lagi dapat membeli uang sebanyak sebelumnya. Ini dapat berdampak pada kualitas hidup orang-orang dan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
2. Perencanaan Keuangan: Perencanaan keuangan individu, bisnis, dan pemerintah dipengaruhi oleh inflasi. Orang harus mempertimbangkan bagaimana mengelola tabungan, investasi, dan hutang mereka untuk menghindari kehilangan daya beli.
Perusahaan juga harus mempertimbangkan bagaimana menetapkan harga barang dan jasa mereka dalam lingkungan inflasi.
3. Kebijakan Moneter: Bank sentral seperti Bank Indonesia menggunakan kebijakan moneter untuk mengontrol tingkat inflasi. Pemerintah dan bank sentral perlu memahami inflasi untuk menentukan apakah mereka harus mengubah suku bunga atau menerapkan langkah-langkah lain untuk mengelola inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi.
4. Investasi dan Portofolio: Kinerja investasi dapat dipengaruhi oleh inflasi; investasi yang tidak menghasilkan pengembalian yang lebih besar dari tingkat inflasi dapat mengakibatkan kerugian nilai riil investasi. Oleh karena itu, penting untuk memahami inflasi saat mengelola portofolio investasi.
5. Keseimbangan Ekonomi: Inflasi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mengganggu keseimbangan ekonomi. Mereka yang memiliki aset atau investasi yang dapat melindungi mereka dari inflasi mungkin memiliki keunggulan. Pemahaman ini sangat penting untuk kebijakan sosial dan ekonomi.
122
6. Distribusi Pendapatan: Inflasi juga dapat memengaruhi distribusi pendapatan. Inflasi yang rendah atau deflasi, atau penurunan harga secara umum, dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sedangkan inflasi yang tinggi dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi.
7. Ketidakpastian Bisnis: Inflasi dapat menimbulkan ketidakpastian dalam perencanaan bisnis dan investasi jangka panjang, jadi bisnis harus memahami inflasi agar dapat merencanakan dengan baik.
Penyebab inflasi
1. Permintaan Agregat
Inflasi Dorongan Permintaan (Demand-Pull Inflation) terjadi Ketika total pengeluaran meningkat dan tidak diimbangi oleh peningkatan pasokan barang dan jasa. Hasilnya, tingkat harga rata-rata meningkat.
Inflasi dorongan permintaan terjadi ketika ekonomi bekerja sepenuhnya, sehingga tidak mungkin untuk meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan yang meningkat dalam jangka pendek, yang mengakibatkan peningkatan harga sebagai cara untuk mengatasi keterbatasan pasokan (Boyes &
Melvin, 2011). Ketika permintaan barang dan jasa lebih besar daripada ketersediaan yang tersedia, terjadi inflasi dari sisi permintaan agregat, yang juga disebut sebagai "inflasi pull-demand". Beberapa penyebab utama inflasi ini adalah sebagai berikut:
a. Kenaikan jumlah uang yang beredar:
ini adalah salah satu penyebab utama inflasi yang dipicu oleh permintaan. Dengan meningkatkan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian, pemerintah atau bank sentral
123
dapat meningkatkan daya beli konsumen dan perusahaan. Lebih banyak uang berarti lebih banyak uang yang dapat dihabiskan oleh individu dan perusahaan. Ini meningkatkan permintaan untuk barang dan jasa, yang pada gilirannya menyebabkan kenaikan harga. Situasi di mana kenaikan jumlah uang yang beredar dapat menyebabkan inflasi dapat dicontohkan dengan kebijakan moneter yang longgar atau pencetakan uang tambahan oleh bank sentral.
b. Kenaikan Belanja Pemerintah:
Pemerintah dapat mempengaruhi permintaan agregat dengan meningkatkan pengeluaran mereka untuk infrastruktur, program sosial, atau proyek lainnya. Peningkatan pengeluaran pemerintah dapat meningkatkan permintaan konsumen dan investasi, yang dapat menyebabkan harga barang dan jasa naik. Hal ini terutama terjadi ketika pemerintah melakukan penipuan.
c. Penurunan Tingkat Pajak:
Pengurangan tingkat pajak yang signifikan dapat meningkatkan kemampuan bisnis dan konsumen untuk membeli barang. Dengan membayar lebih sedikit pajak, individu dan bisnis memiliki lebih banyak uang untuk menghabiskan atau berinvestasi. Jika peningkatan permintaan tidak diimbangi dengan peningkatan penawaran barang dan jasa, ini dapat meningkatkan permintaan agregat dan mendorong harga naik.
124
d. Depresiasi Nilai Mata Uang Domestik:
Ketika nilai mata uang domestik turun, barang impor menjadi lebih mahal, sementara barang ekspor ke negara lain menjadi lebih murah. Hal ini dapat mendorong pelanggan dan bisnis untuk lebih memilih barang dan jasa domestik. Harga barang dan jasa domestik cenderung naik karena penawaran mungkin tidak dapat segera beradaptasi dengan meningkatnya permintaan.
2. Penawaran Agregat
Ketika biaya produksi meningkat, penawaran total atau penawaran agregat menurun, itu adalah inflasi dari sisi penawaran agregat. Inflasi dorongan biaya, terjadi ketika biaya produksi naik, mendorong perusahaan untuk menaikkan harga untuk mencegah kerugian. Inflasi dorongan biaya dapat terjadi di semua ekonomi, terlepas dari tingkat permintaan (Boyes & Melvin, 2011). Ini juga disebut sebagai inflasi beban biaya. Berikut adalah beberapa penyebab inflasi sisi penawaran:
a. Kenaikan Harga Bahan Baku:
Bahan baku adalah bagian penting dari produksi banyak barang dan jasa, dan perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli bahan baku ini ketika harganya meningkat secara signifikan. Jika harga bahan baku meningkat secara signifikan, perusahaan mungkin tidak dapat menaikkan harga jual produk mereka. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli bahan baku tersebut.
125 b. Kenaikan Upah:
Kenaikan upah adalah komponen penting dari inflasi sisi penawaran. Biaya tenaga kerja perusahaan meningkat ketika pekerja meminta atau mendapatkan kenaikan gaji yang signifikan.
Perusahaan mungkin menaikkan harga barang atau jasa mereka untuk menutupi kenaikan biaya upah, yang dapat menyebabkan kenaikan harga secara umum dalam ekonomi. Kenaikan upah dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti tekanan serikat pekerja, peningkatan produktivitas pekerja, atau ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.
c. Kenaikan Biaya Produksi:
Biaya produksi lainnya, selain bahan baku dan upah, dapat meningkat dan menyebabkan inflasi sisi penawaran. Biaya-biaya ini termasuk biaya energi, transportasi, pajak, dan biaya regulasi.
Perusahaan sering menaikkan harga produk mereka sebagai tanggapan atas kenaikan biaya produksi secara keseluruhan. Salah satu contoh kenaikan biaya produksi adalah kenaikan harga energi, yang dapat mempengaruhi harga barang dan jasa.
Dampak inflasi 1. Dampak Positif
Perekonomian mendapatkan beberapa manfaat dari inflasi, terutama ketika inflasi berada dalam kisaran yang moderat dan terkendali. Beberapa aspek ekonomi dapat mengalami dampak positif ini, termasuk yang berikut:
126
a. Mendorong Konsumsi dan Investasi: Inflasi yang rendah hingga sedang dapat meningkatkan konsumsi dan investasi. Ketika orang tahu bahwa nilai uang mereka akan menurun seiring waktu karena inflasi, mereka cenderung menghabiskan dan berinvestasi lebih daripada menyimpan uang di bawah kasur. Ini dapat memicu pertumbuhan ekonomi. Saat tingkat inflasi rendah hingga sedang, orang cenderung lebih suka menghabiskan daripada menyimpan uang. Ini karena inflasi mengurangi nilai uang secara bertahap. Oleh karena itu, konsumsi meningkat, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, inflasi yang moderat memiliki potensi untuk mendorong investasi.
Dalam jangka panjang, para investor mungkin menemukan bahwa meningkatnya harga aset dan barang modal dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar daripada menyimpan uang secara tunai.
b. Mendorong Utang dan Peminjaman: Inflasi yang rendah hingga sedang dapat menguntungkan peminjam, terutama mereka yang memiliki utang tetap dengan suku bunga tetap. Nilai utang riil, atau utang dalam mata uang setelah inflasi, cenderung menurun seiring inflasi, yang dapat membantu mengurangi utang individu dan bisnis. Peminjam dapat mendapat manfaat dari inflasi yang rendah hingga sedang. Jika seseorang atau perusahaan meminjam dengan suku bunga tetap, nilai utang riil mereka (nilai utang setelah memperhitungkan inflasi) akan menurun seiring inflasi. Dengan kata lain, orang dan perusahaan akan membayar kembali utang mereka dengan uang yang lebih rendah daripada saat mereka meminjamnya. Ini dapat membantu
127
mengurangi utang individu dan perusahaan, mendorong investasi dan pengeluaran lebih lanjut.
c. Mendorong Investasi dalam Aset Produktif:
Dengan inflasi yang terkendali, orang dapat berinvestasi dalam aset produktif seperti properti, saham, dan bisnis, yang memiliki potensi untuk memberikan pengembalian yang lebih besar daripada tingkat inflasi. Orang cenderung mencari cara untuk menginvestasikan uang mereka dalam aset yang memiliki potensi untuk memberikan pengembalian yang lebih besar daripada tingkat inflasi, seperti investasi dalam saham, properti, dan bisnis yang produktif. Investasi dalam aset-aset ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena mereka menciptakan peluang untuk menciptakan nilai tambah dan pekerjaan baru.
d. Mendorong Kreativitas dan Inovasi: Untuk mengatasi inflasi, bisnis harus mencari cara untuk meningkatkan efisiensi dan menawarkan produk yang lebih baik kepada konsumen dengan harga yang kompetitif. Hal ini dapat mendorong inovasi, kreativitas, dan peningkatan produktivitas ekonomi. Inflasi yang terkendali mendorong bisnis untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka dan menyediakan produk dan layanan yang lebih baik dan lebih efisien kepada konsumen. Hal ini dapat mendorong inovasi dalam produksi dan teknologi. Ketika bisnis harus bersaing untuk mempertahankan atau meningkatkan laba mereka di tengah inflasi, mereka sering mencari cara untuk menghemat biaya produksi, meningkatkan kualitas produk, atau mengembangkan produk baru yang lebih
128
baik. Hal ini dapat memberikan dorongan positif untuk produktivitas dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Namun, penting untuk diingat bahwa dampak positif inflasi ini terutama berlaku pada tingkat inflasi yang moderat dan terkendali. Inflasi tinggi atau tidak terkendali dapat memiliki efek negatif yang lebih besar, seperti penurunan daya beli, ketidakpastian ekonomi, dan ketidakstabilan sosial. Akibatnya, pemerintah dan bank sentral biasanya menggunakan kebijakan moneter dan fiskal untuk menjaga inflasi dalam kisaran yang aman dan stabil.
2. Dampak Negatif
Inflasi yang tinggi atau tidak terkendali dapat sangat membahayakan perekonomian. Dampak negatif dari inflasi yang tinggi adalah sebagai berikut:
a. Pengurangan Daya Beli: Inflasi tinggi menyebabkan daya beli uang menurun. Orang- orang harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli barang dan jasa yang sama, meningkatkan tingkat kemiskinan dan mengurangi kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar.
b. Ketidakpastian Ekonomi: Inflasi tinggi menimbulkan ketidakpastian ekonomi. Karena tidak dapat memperkirakan biaya produksi atau harga jual di masa depan, bisnis dan individu kesulitan merencanakan dengan baik. Ini berpotensi menghentikan investasi dan pertumbuhan ekonomi.
c. Kenaikan Suku Bunga: Bank sentral mungkin harus menaikkan suku bunga untuk mengontrol inflasi. Menaikkan suku bunga dapat membuat
129
pinjaman lebih mahal, mengurangi investasi bisnis dan pengeluaran konsumen, dan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
d. Menggerus Nilai Tabungan dan Investasi: Tingkat inflasi tinggi dapat mengurangi nilai uang yang ada dalam tabungan, investasi, dan pensiun.
Jika tingkat bunga investasi atau tabungan tidak sebanding dengan tingkat inflasi, maka nilai riil dari tabungan akan berkurang seiring waktu.
e. Distribusi Pendapatan yang Tidak Merata:
Dampak inflasi dapat berbeda-beda pada berbagai kelompok masyarakat. Individu yang memiliki aset atau investasi yang dapat melindungi mereka dari inflasi mungkin memiliki keuntungan yang lebih besar daripada individu yang tidak memiliki aset atau investasi tersebut.
Ini dapat menyebabkan ketidaksetaraan pendapatan menjadi lebih buruk.
f. Kerugian Pada Kreditor: Kreditor—individu atau organisasi yang memberikan pinjaman—merasa dirugikan jika inflasi tinggi karena mereka menerima pembayaran kembali dengan nilai riil yang lebih rendah, yang dapat menghambat pinjaman dan investasi.
g. Ketidakstabilan Sosial: Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial karena masyarakat merasa sulit memenuhi kebutuhan dasar mereka. Ini dapat menyebabkan protes, demonstrasi, dan ketidakpuasan sosial.
h. Pengaruh Terhadap Harga Barang Impor: Jika ada inflasi yang tinggi, harga barang impor dapat naik, yang dapat berdampak pada neraca perdagangan negara dan menyebabkan defisit perdagangan yang lebih besar.
130
Oleh karena itu, salah satu tujuan utama kebijakan moneter dan ekonomi adalah untuk menjaga inflasi dalam kisaran yang moderat dan terkendali. Pemerintah dan bank sentral bekerja sama untuk mengendalikan inflasi melalui kebijakan moneter, fiskal, dan regulasi untuk meningkatkan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Menurut (Arnold, 2008) ada dua tahap inflasi: "inflasi satu kali" (one-shot inflation) dan "inflasi berlanjut" (continued inflation). Inflasi satu kali dapat terjadi karena peningkatan permintaan agregat atau penurunan penawaran agregat jangka pendek. Namun, untuk inflasi satu kali berubah menjadi inflasi yang berkelanjutan, peningkatan terus menerus dalam permintaan agregat diperlukan dan cukup. Inflasi satu kali juga dapat terjadi karena dorongan sementara dalam permintaan agregat atau penurunan penawaran agregat jangka pendek. Misalnya, kenaikan harga mungkin terjadi karena peningkatan investasi atau pengeluaran konsumen, tetapi inflasi harus berlanjut jika permintaan agregat terus meningkat. Inflasi berlanjut dipicu oleh dua komponen utama: peningkatan terus menerus dalam permintaan agregat dan peningkatan terus menerus dalam penawaran uang oleh bank sentral. Dalam situasi ini, peningkatan terus menerus dalam penawaran uang oleh bank sentral dapat menghasilkan peningkatan terus menerus dalam permintaan agregat, yang pada gilirannya akan menyebabkan inflasi yang berkelanjutan.
Inflasi dan pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan produksi barang dan jasa dalam perekonomian selama jangka waktu tertentu, sedangkan inflasi adalah kenaikan umum dan berkelanjutan dalam harga barang dan jasa dalam perekonomian. Inflasi bisa bermanfaat dalam beberapa aspek ekonomi, tetapi juga bisa berbahaya jika
131
tidak terkendali. Banyak ekonomi memprioritaskan pertumbuhan ekonomi yang kuat karena dapat meningkatkan kualitas hidup, menciptakan lapangan kerja, dan memberikan peluang ekonomi yang lebih besar bagi warganya.
Bagaimana inflasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi:
1. Dampak Positif pada Pertumbuhan Ekonomi yang Sehat: Sebagian besar orang menganggap inflasi yang rendah hingga sedang sebagai tanda ekonomi yang sehat. Ini karena inflasi yang moderat dapat mendorong investasi dan konsumsi. Orang lebih cenderung berinvestasi daripada menyimpan uang di bawah kasur ketika mereka tahu bahwa nilai uang mereka akan menurun karena inflasi. Ini memiliki potensi untuk meningkatkan permintaan agregat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2. Kemudahan Utang dan Peminjaman: Inflasi yang terkendali dapat menguntungkan peminjam karena nilai utang riil (nilai utang setelah memperhitungkan inflasi) cenderung menurun seiring inflasi. Ini mendorong pelanggan dan perusahaan untuk meminjam dan berinvestasi lebih banyak, yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi.
3. Investasi dalam Aset Produktif: Saat inflasi turun, orang sering mencari cara untuk menginvestasikan uang mereka dalam aset produktif seperti saham, properti, dan bisnis produktif. Investasi ini memiliki potensi untuk menciptakan peluang ekonomi baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, penting untuk diingat bahwa inflasi juga memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama ketika inflasi tinggi atau tidak terkendali. Dampak negatif ini termasuk:
132
1. Mengurangi Daya Beli: Ketika inflasi tinggi, daya beli konsumen dapat menurun.
2. Ketidakpastian Ekonomi: Ketidakpastian di pasar dapat disebabkan oleh inflasi yang tidak terkendali, yang dapat menghambat investasi dan pengeluaran konsumen. Jika harga barang dan jasa naik terlalu cepat, ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
3. Peningkatan Biaya Peminjaman: Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan suku bunga naik, yang dapat menghambat investasi dan pengeluaran konsumen.
Bisnis dan konsumen dapat enggan untuk meminjam uang jika mereka tidak dapat merencanakan dengan baik karena fluktuasi harga yang besar.
Gambaran Inflasi di Indonesia
Gambar 1. Tingkat Inflasi di Indonesia tahun 2013 kuartil 1 sampai 2022 kuartil 4
Tingkat inflasi Indonesia cenderung relatif rendah pada kuartal pertama 2013, tetapi terus berubah sepanjang tahun. Pada akhir tahun 2013, tingkat inflasi pada kuartil empat sekitar 8,36%. Namun, pada tahun 2014, inflasi Indonesia sedikit menurun, dengan tingkat inflasi
0 2 4 6 8 10
2013Q1 2013Q3 2014Q1 2014Q3 2015Q1 2015Q3 2016Q1 2016Q3 2017Q1 2017Q3 2018Q1 2018Q3 2019Q1 2019Q3 2020Q1 2020Q3 2021Q1 2021Q3 2022Q1 2022Q3
Inflasi
133
pada kuartal empat sekitar 6,47%. Namun, pada tahun 2015 meskipun tangkat inflasi lebih baik dari tahun sebelumya tingkat inflasi masih dapat dikatakan relatif tinggi, dengan tingkat inflasi tahunan sekitar 4,83% pada kuartil empat.
Indonesia dan banyak negara lain mengalami dampak pandemi COVID-19 pada tahun 2020–2021. Pada awal kuartil satu tahun 2020 tingkat inflasi mencapai 2,87%
Karena rantai pasokan dan permintaan terganggu, pandemi ini mempengaruhi inflasi. Inflasi tahunan turun menjadi sekitar 1,57% pada kuartil empat tahun 2020. Tingkat inflasi mulai meningkat mulai dari kuartil satu 2022 yang mencapai angka 2,29% dan terus meningkat sampai kuartil empat tahun 2022 yang mencapai angka 5,54%.
(Haryono, 2022) Inflasi Indonesia pada tahun 2021 dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 dengan menjaga tingkat inflasi tetap rendah sepanjang tahun, terutama karena permintaan domestik belum pulih sepenuhnya.
Meskipun inflasi umumnya terkendali, pada akhir tahun terjadi peningkatan tekanan inflasi, terutama pada kelompok volatile food dan administered prices yang tidak stabil. Ini terjadi karena perubahan musiman dan peningkatan mobilitas masyarakat. Meskipun berbagai faktor memengaruhi dinamika inflasi selama pandemi, bank dan pemerintah terus berusaha menjaga stabilitas harga dan mencapai target inflasi sesuai sasaran.
Pengendalian inflasi 1. Kebijakan Moneter
Untuk mengontrol inflasi, Bank Indonesia (BI) memiliki berbagai instrumen kebijakan moneter. Sesuai dengan mandatnya, tujuannya adalah untuk mencapai target inflasi yang stabil. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi:
134
a. Penyesuaian Suku Bunga: Bank Indonesia dapat menaikkan suku bunga acuan, seperti suku bunga BI 7-day Reverse Repo Rate. Menaikkan suku bunga dapat membuat pinjaman lebih mahal bagi perbankan dan konsumen, mengurangi pengeluaran dan investasi, dan dengan demikian mengurangi permintaan agregat yang dapat menyebabkan inflasi.
Sebaliknya, jika Bank Indonesia ingin menaikkan suku bunga BI 7-day Reverse Repo Rate, mereka akan membuat pinjaman
b. Operasi Pasar Terbuka: Bank Indonesia dapat melakukan operasi pasar terbuka di pasar keuangan. Ini berarti mereka dapat membeli dan menjual surat berharga pemerintah atau surat berharga lainnya. Ini dapat digunakan untuk mengontrol jumlah uang yang beredar di ekonomi.
c. Giro Wajib Minimum (GWM): Sistem Informasi Manajemen (BI) dapat menetapkan GWM, yang merupakan bagian dari dana pihak ketiga yang harus disimpan oleh bank-bank di BI.
Menurunkan GWM dapat meningkatkan likuiditas di pasar, sedangkan menaikkan GWM dapat mengurangi likuiditas dan mengurangi kemampuan bank untuk memberikan pinjaman.
d. Operasi Pembiayaan Bank Indonesia (OBI): Salah satu alat yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengawasi likuiditas perbankan adalah OBI, di mana BI dapat memberikan pembiayaan kepada bank dengan syarat-syarat tertentu, seperti penentuan bunga tertentu atau batas waktu tertentu. Ini dapat membantu dalam pengawasan likuiditas perbankan dan suku bunga antarbank.