• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Asuhan Keperawatan

4. Intervensi

Perencanaan (intervensi) keperawatan merupakan langkah dari seluruh proses keperawatan yang telah dirumuskan dalam sebuah asuhan keperawatan. Perencanaan keperawatan merupakan tahap ke tiga dari sebuah proses keperawatan. Bermacam tahapan disusun dan direncanakan agar dapat membantu pasien dalam mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak dari respon yang diakibatkan dari masalah kesehatan (Andriyani , et al., 2021).

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan No. Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan

Tujuan Intervensi Rasional 1. Bersihan jalan napas

tidak efektif

berhubungan dengan mukus berlebih

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama … jam diharapkan bersihan jalan napas meningkat.

Dengan kriteria hasil:

1) Produksi sputum menurun 2) Dipsnea

menurun 3) Frekuensi

napas membaik

Observasi 1) Monitor

kecepatan, irama, dan frekuensi pernapasan 2) Monitor bunyi

napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,

weezing, ronkhi kering)

Observasi

1) untuk mengetahui ada tidaknya suara nafas tambahan 2) Penurunan bunyi

napas indikasi atelaksis, ronki indikasi akumulasi sekret atau ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat

3) Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronkhial yang memerlukan

evaluasi/intervensi lanjut

Terapeutik 1) Meningkankan

ekspansi paru dan memudahkan

pernapasan 2) Memberikan

kelembaban pada membrane mukosa, dan membantu pengenceran sekret 3) Inhalasi sederhana

untuk meleberkan jalan napas

3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Kaji keadaan umum pasien

Terapeutik 1) Posisikan semi-

fowler atau fowler

2) Berikan minum hangat

3) Lakukan

fisioterapi dada, jika perlu

4) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

5) Berikan oksigen jika perlu

Edukasi 1) Anjurkan

asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi 2) Ajarkan teknik

batuk efektif jika perlu

4) Menurunkan

kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial berguna jika terjadi hipoksia pada kavitas yang luas

5) Membantu

memenuhi kebutuhan oksigen dan meringankan sesak napas

Edukasi

1) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan 2) Membantu

mengeluarkan dahak yang tertahan Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu

Kolaborasi

1) Memperlancar aliran udara dari dan ke paru-paru sehingga membuat pernapasan lebih mudah

2. Pola napas tidak efektif behubungan dengan hambatan upaya napas

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama … jam pola napas membaik.

Dengan kriteria hasil:

1) Penggunaan otot bantu napas menurun 2) Pernapasan

cuping hidung menurun

Observasi

1) Monitor pola napas

(frekuensi, usaha napas)

Observasi

1) Penurunan bunyi napas indikasi atelaksis, ronki indikasi akumulasi sekret atau ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat

2) Ronkhi dan wheezing menyertai obstruksi jalan 2) Monitor bunyi

napas tambahan (mis, gurgling,

3) Frekuensi napas membaik

mengi, wheezing, ronkhi basah) 3) Monitor sputum

(jumlah, warna, aroma)

napas/kegagalan pernapasan

3) Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronkhial yang memerlukan

evaluasi/intervensi lanjut

Terapeutik 1) Meningkankan

ekspansi paru dan memudahkan

pernapasan 2) Memberikan

kelembaban pada membrane mukosa, dan membantu pengenceran sekret 3) Memaksimalkan

bernapas dan menurunkan kerja napas

Edukasi

1) Mempertahankan kebutuhan cairan pasien sehingga mencegah terjadinya dehidrasi

Kolaborasi 1) Menurunkan

kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen

trakeabronkial berguna jika terjadi hipoksia pada kavitas yang luas Terapeutik

1) Posisikan semi fowler atau fowler

2) Berikan minum hangat

3) Berikan

oksigen, jika perlu

Edukasi 1) Anjurkan

asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama … jam pertukaran gas meningkat.

Dengan kriteria hasil:

1) Dipsnea menurun 2) Bunyi napas

tambahan menurun 3) Gelisah

menurun

Observasi 1) Monitor

kecepatan aliran oksigen

2) Monitor posisi alat terapi oksigen 3) Monitor aliran

oksigen secara periodic

Observasi

1) Untuk mendeteksi tanda-tanda bahaya 2) Posisi membantu

memaksimalkan udara yang dihirup 3) Untuk mengetahui ada atau tidaknya aliran oksigen yang masuk

4) Menurunnya saturasi oksigen (PaO₂) atau meningkatnya PCO₂ menunjukan perlunyapenanganan yang lebih adekuat atau perubahanterapi 5) untuk melindungi

tenaga kesehatan dan pasien dari

penyebaran infeksi dan pasien safety Terapeutik

1) Untuk menjaga kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi

2) Untuk membantu menurunkan distress pernapasan yang disebabkan oleh hipoksemia 3) Membantu

memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

4) Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru-paru untuk kebutuhan sirkulasi 4) Monitor

efektifitas terapi oksigen (mis.

oksimetri, AGD) 5) Monitor

integritas mukosa hidung akibat

pemasangan oksigen Terapeutik 1) Bersihkan

sekret pada mulut, hidung, dan trachea jika perlu

2) Pertahankan kepatenan jalan napas

3) Berikan oksigen tambahan jika perlu

4) Berikan perangkat oksigen yang

sesuai dengan tingkat

mobilisasi Edukasi

1) Ajarkan pasien dan keluarga cara

menggunakan oksigen dirumah

Edukasi 1) Membantu

penanganan segera ketika

membutuhkan oksigen

Kolaborasi 1) Kolaborasi

penentuan dosis oksigen

Kolaborasi

1) Memaksimalkan kebutuhan oksigen untuk pertukaran gas 4. Hipovolemia

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama … jam status cairan membaik. Dengan kriteria hasil:

1) Turgor kulit meningkat 2) Keluhan haus

menurun 3) Frekuensi nadi,

TD membaik

Observasi

1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis, frekuensi nadi meningkat, nadi terasa lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus lemah)

2) Monitor intake dan output cairan

Observasi

1) Membantu dalam memberikan

tindakan

keperawatan yang tepat

2) Membantu dalam memberikan

tindakan selanjutnya dalam mengontrol intake dan output cairan

Terapeutik 1) Berikan asupan

cairan oral

Terapeutik

1) Untuk menghindari dehidrasi

Edukasi 1) Anjurkan

memperbanyak asupan cairan oral

Edukasi

1) Untuk menghindari dehidrasi

Kolaborasi Kolaborasi pemberian cairan IV

Kolaborasi

Mempertahankan kebutuhan cairan pasien sehingga mencegah terjadinya dehidrasi

5. Hipertermi

berhubungan dengan proses penyakit

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …. jam termoregulasi membaik. Dengan kriteria hasil:

1) Suhu tubuh membaik (36,5º-37,5º C)

2) Pucat menurun

Observasi 1) Identifikasi

penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar

lingkungan panas, penggunaan incubator) 2) Monitor suhu

tubuh

3) Monitor kadar elektrolit

4) Monitor haluaran urine

Observasi

1) Sebagai indikator dalam memberikan Intervensi yang sesuai.

2) Membantu dalam memberikan

Intervensi selanjutnya

3) Gangguan elektrolit adalah kondisi ketika kadar elektrolit di dalam tubuh tidak seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah

4) Monitoring

keseimbangan cairan dan tingkatan dehidrasi

Terapeutik 1) Sediakan

lingkungan yang dingin 2) Longgarkan

atau lepaskan pakaian

3) Berikan cairan oral

4) Lakukan pendinginan eksternal (mis, kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

5) Berikan

oksigen, jika perlu

Terapeutik 1) Meminimalisir

peningkatan suhu tubuh

2) Membantu proses penguapan suhu tubuh

3) Untuk menghindari dehidrasi

4) Membantu proses penguapan suhu tubuh

5) Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

Edukasi

1) Mencegah kelelahan Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

Kolaborasi

1) Mempertahankan kebutuhan cairan pasien sehingga mencegah terjadinya dehidrasi 6. Defisit nutrisi

berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama …. jam status nutrisi membaik. Dengan kriteria hasil

1) Nafsu makan membaik 2) Frekuensi

makan membaik

Observasi 1) Identifikasi

status nutrisi 2) Identifikasi

alergi dan intoleransi makanan 3) Identifikasi

makanan yang disukai

Observasi 1) Menentukan

intervensi yang harus diberikan terhadap defisit nutrisi

2) Menghindari

makanan alergi pasien

3) Memenuhi

kebutuhan makan sesuai faktor penentu pola makan

4) Monitor asupan makan

4) Mengetahui asupan makanan yang dikonsumsi pasien agar terkontrol 5) Mengetahui

peningkatan/

penurunan BB pasien

6) Menjaga hasil uji lab pasien dalam keadaan normal Terapeutik

1) Salah satu cara untuk menghindari susah buang air besar (BAB) alias sembelit adalah dengan mengonsumsi

makanan yang tinggi serat

2) Mengonsumsi makanan tinggi

kalori bisa

menambah berat badan, menambah energi pada tubuh dan makanan yang mengandung protein tinggi berfungsi untuk menjaga sistem kekebalan tubuh, membantu pertumbuhan sel-sel serta menjaga daya tahan tubuh

3) Suplemen membantu terpenuhinya

nutrien-nutrien penting yang diperlukan agar

tubuh dapat

berfungsi dengan baik

5) Monitor berat badan

6) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik 1) Berikan

makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

2) Berikan

makanan tinggi kalori dan tinggi protein

3) Berikan suplemen makanan, jika perlu

Edukasi

1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu

2) Ajarkan diet yang

diprogramkan

Kolaborasi 1) Kolaborasi

pemberian medikasi sebelum makan (mis, Pereda nyeri,

antiemetik), jika perlu

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

Edukasi

1) Makan sambil duduk dengan benar bisa mengurangi tekanan pada perut sehingga mengurangi

kemungkinan terjadinya refluks 2) Untuk menjaga

kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Selain itu, diet juga bertujuan untuk mencapai atau menjaga berat badan yang terkontrol Kolaborasi

1) Antimuntah atau antiemetik adalah obat yang dapat mengatasi muntah dan mual

2) Agar kebutuhan gizi pasien dapat terpenuhi

(PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan , 2018)

(PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hail Keperawatan , 2019)

Dokumen terkait