ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MEMBERIKAN FISIOTERAPI PAYUDARA PADA HEWAN YANG BERMASALAH PERNAPASAN ALAMI TIDAK EFEKTIF DALAM DIAGNOSA MEDIS. Asuhan keperawatan melalui fisioterapi dada kepada An. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MEMBERIKAN FISIOTERAPI PAYUDARA PADA AN.K DENGAN MASALAH PERNAPASAN YANG JELAS TIDAK EFEKTIF DALAM DIAGNOSIS MEDIS BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG KUTILANG RSAU dr.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengatasi penyakit bronkopneumonia pada anak khususnya dalam mengurangi sesak nafas dan mencegah penimbunan sputum maka peneliti tertarik dengan topik “Pelayanan keperawatan dengan memberikan fisioterapi dada pada An.K dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif. dengan diagnosa medis bronkopneumonia di ruang Kutilang RSAU Dr. Pemaparan hasil analisis inovasi dengan memberikan fisioterapi dada pada An.K dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan diagnosa medis bronkopneumonia.
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Bronchopneumonia
Etiologi
Klasifikasi
Contoh fisioterapi dada adalah drainase postural, vibrasi, flap dan nebulizer atau inhalasi (Sudarsini, 2017) dalam (Firmansyah, dkk., 2021). Pemberian fisioterapi dada pada anak dilakukan jika anak atau bayi mempunyai rhonki yang cukup banyak (Ain, 2019) dalam (Firmansyah, dkk., 2021). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maidartati (2016) mengenai pengaruh fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas pada anak usia 1-5 tahun menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan frekuensi bersihan jalan nafas sebelum dan sesudah fisioterapi dada (Andriyani, dkk. , 2021).
Desain penelitian ini digunakan untuk melaksanakan fisioterapi dada pada anak penderita bronkopneumonia di RSAU Dr. RSUD. Keluarga klien menyatakan bersedia An.K menjalani fisioterapi dada. Keluarga klien mengatakan An.K mengalami batuk berdahak dan sulit mengeluarkan dahak. Keluarga klien mengatakan An.K hari ini tidak menggosok gigi, keluarga klien mengatakan klien dapat melakukannya setelah dilakukan fisioterapi dada dan nebulizer.
Hasil pelaksanaan fisioterapi dada pada penelitian ini menunjukkan bahwa An.K dengan diagnosis bersihan jalan napas tidak efektif dapat diselamatkan setelah dilakukan 2 sesi fisioterapi dada. Fisioterapi dada (tepuk tangan) merupakan tindakan drainase postural, positioning, serta perkusi dan getaran dada, yang merupakan metode untuk meningkatkan usaha klien dan meningkatkan fungsi paru (Jauhar 2015) dalam (Sukma, Puji, & Ningtyas, 2020) . Menurut (Firmansyah, dkk., 2021), beberapa literatur menunjukkan bahwa penggunaan teknik fisioterapi dada mempunyai efek meningkatkan kemampuan bernapas saluran pernafasan pada anak dengan penyakit pada sistem pernafasan.
Pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak gangguan pernafasan di poliklinik anak rawat jalan RSUD Kota Depok. Pengaruh fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas pada anak usia 1-5 tahun yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas di Puskesmas Moch.Ramadhan Bandung. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas menggunakan fisioterapi dada pada anak penderita bronkopneumonia di RSU UKI Jakarta: Studi kasus.
Faktor Risiko
Manifestasi
Keluarga klien mengatakan setelah fisioterapi dada dan nebulizer, klien sudah bisa mengeluarkan lendir disertai muntah dan feses yang berlendir.
Patifisiologi
Pathway
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan
Penderita bronkopneumonia mengalami asidosis, peningkatan keasaman darah akibat kurangnya asupan makanan dan hipoksia, dapat dilakukan koreksi sesuai hasil analisa gas darah arteri. Terapi inhalasi dapat diberikan jika sekresi mukus berlebihan, misalnya terapi nebulizer dengan flexotide dan bentolin.
Komplikasi
Selain mempermudah pengeluaran lendir juga dapat merelaksasi otot-otot saluran nafas (Riyadi & Sukarmin, 2016) dalam (Andriyani, dkk., 2021). Ini adalah infeksi yang terjadi pada lapisan dalam jantung (endokardium) yang disebabkan oleh masuknya bakteri ke dalam aliran darah. Merupakan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Wulandari & Erawati, 2016) dalam (Andriyani, dkk., 2021).
Konsep Dasar Fisioterapi Dada
- Definisi Fisioterapi Dada
 - Tujuan Fisioterapi Dada
 - Teknik Fisioterapi Dada
 - Stnadar Operasional Prosedur (SOP)
 
Fisioterapi dada merupakan terapi non farmakologi yang dapat dipilih untuk mengatasi permasalahan keperawatan bersihan jalan nafas pada pasien yang menderita penyakit pernafasan (Pangseti &. Setyaningrum, 2020) dalam (Firmansyah, dkk., 2021). Menurut Aryani & Siregar 2015 dalam (Firmansyah, dkk., 2021) mendefinisikan fisioterapi dada sebagai suatu kombinasi kegiatan pengeluaran dahak yang dapat dilakukan secara mandiri atau campuran untuk mengatasi tidak menumpuknya dahak yang dapat mengakibatkan tersumbatnya saluran pernafasan. Manfaat dari kegiatan perkusi ini antara lain menyebabkan sekret yang menempel dan menumpuk pada dinding bronkiolus dan bronkus menjadi keluar dan dapat dikeluarkan dari paru-paru (Rakhman, 2016) dalam (Firmansyah, dkk., 2021).
Konsep Dasar Masalah Keperawatan
- Definisi Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
 - Data Mayor dan Data Minor
 - Faktor Penyebab
 - Penatalaksanaan
 
Dengan teknik drainase postural, perkusi dada dan getaran pada permukaan dinding dada akan mengirimkan gelombang amplitudo sehingga dapat mengubah konsistensi dan lokasi sekret (Hidayat, 2019) dalam (Andriyani, dkk., 2021). Teknik satu tangan dapat dijadikan salah satu pilihan untuk melakukan ketukan dan tepukan sendiri.
Asuhan Keperawatan
- Fokus Pengkajian
 - Analisa Data
 - Diagnosa Keperawatan
 - Intervensi
 - Implementasi
 - Evaluasi
 
Anak penderita bronkopneumonia rentan terhadap berkurangnya aktivitas karena kelemahan fisik, anak lebih sering digendong dan dibaringkan oleh orang tuanya (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani, dkk., 2021). Melalui imunisasi, tubuh akan terlindungi dari infeksi bakteri dan virus dan orang lain tidak akan tertular (Marni & Rhardjo, 2018) dalam (Andriyani, dkk., 2021). Meliputi pengkajian yang mencakup permasalahan psikologis yang dialami pasien atau keluarga pasien terkait dengan kondisi sosial dan keluarga (Hidayat, 2015) dalam (Andriyani, dkk., 2021).
Kesadaran normal, lategia, stupor, koma, apatis tergantung berat ringannya penyakit (Riyadi & Sukarmin, 2015) pada (Andriyani, dkk., 2021). Anak penderita bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani, dkk., 2021). Anak dengan masalah bronkopneumonia ditemukan bernapas melalui hidung dalam (Wulandari & Erawati, 2016). f) Leher.
Anak penderita bronkopneumonia tidak mempunyai masalah pada organ tersebut (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani, dkk., 2021). h) Dada. Bunyi nafas tambahan terdapat pada bunyi nafas pada sepertiga terakhir inspirasi (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani, dkk., 2021). i) Perut. Kulit tampak sianotik, panas dan turgor berkurang akibat dehidrasi (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani, dkk., 2021).
Risiko merupakan diagnosa keperawatan yang mengungkapkan kondisi klinis pasien dan memerlukan data tambahan untuk mendukungnya secara akurat (Hrayani, Hardani, & Thoyibh, 2020) dalam (Andriyani, et al., 2021).
Evidence Base Practice
- Review Method
 - Result
 
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Denver Developmental Screening Test (DDST) didapatkan tidak adanya keterlambatan pada An.K. Ibu klien mengatakan, sebelum An.K sakit, ia buang air kecil sekitar 4-5 kali sehari dengan urin berwarna kuning jernih. Dalam pelaksanaannya, An.K agak pilih-pilih karena merasa gugup untuk bertemu dengan tenaga kesehatan, namun dengan bantuan keluarganya, fisioterapi dapat dilakukan pada bagian dada.
Hasil tindakan menunjukkan setelah dilakukan fisioterapi dada untuk mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan nafas selama dua kali pertemuan di ruang perawatan, klien dapat kembali tenang. Fisioterapi dada dilakukan di An.K yang melibatkan ayah dan ibu. An.K digendong oleh ibunya agar fisioterapi dada dapat dilakukan dengan baik. Hasil fisioterapi dada di An.K adalah frekuensi pernapasan sebelum fisioterapi dada 27x/menit dan setelah fisioterapi dada frekuensi pernapasan 24x/menit.
Studi kasus pasien Bronkopneumonia di An.A dengan gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif di ruang Cempaka RSUD Dr. RSUD.
Kerangka Konsep
METODE PENELITAN
Subjek Studi Kasus
Subyek studi kasus dalam penelitian ini adalah 1 orang anak perempuan usia 1 tahun 8 bulan balita yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Fokus Studi Kasus
Definisi Operasional
Instrumen Studi Kasus
Ibu klien mengatakan An.K takut disuntik dan trauma dengan infus sehingga sering menangis saat petugas kesehatan datang. Ibu klien mengatakan bahwa An.K sangat dekat dengan dirinya dan ayahnya. Selama dirawat di rumah sakit, An.K didampingi ayah dan ibunya bersama-sama. Selain melakukan tindakan keperawatan untuk diagnosis utama, terdapat dua permasalahan keperawatan lain pada An.K yaitu pola nafas tidak efektif dan hipertermia.
Pengumpulan Data
Analaisis Data dan Penyajian Data
- Etik Studi
 
Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan
Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan
Untuk masalah keperawatan, pola pernafasan yang tidak efektif setelah melakukan tindakan keperawatan menunjukkan tidak adanya pernafasan hidung.
Pembahasan
Bersihan jalan napas yang tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau sumbatan jalan napas untuk mempertahankan patensi jalan napas (PPNI, 2017). Menurut Ginting, (2015) dalam (Sukma, Puji, & Ningtyas, 2020) menjelaskan bahwa proses inflamasi pada bronkopneumonia menyebabkan produksi sekret meningkat hingga menimbulkan manifestasi klinis sehingga muncul masalah dan salah satu masalah tersebut menjadi tidak efektif. . membersihkan saluran udara. Dampak yang dapat terjadi bila tidak segera diatasinya bersihan jalan nafas yang tidak efektif adalah dapat menimbulkan hipoksia.
Pada anak dengan gangguan pada sistem pernapasan, sering terjadi produksi sekret yang berlebihan dan membuat sulit bernapas. Gejala yang muncul pada penderita gangguan bersihan jalan napas antara lain sesak napas, produksi dahak meningkat, dan keterbatasan aktivitas. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada anak dengan diagnosa medis bronkopneumonia adalah terapi farmakologis dan nonfarmakologis.
Untuk mencapai kesembuhan yang optimal, penanganan pada pasien dengan bersihan jalan nafas tidak efektif adalah kombinasi antara inhalasi dan penatalaksanaan nonfarmakologis seperti fisioterapi dada yang dapat dilakukan oleh perawat dan diajarkan kepada keluarga sehingga dapat dilakukan secara mandiri di rumah. Fisioterapi dada pada anak bertujuan untuk membantu membersihkan sekret sehingga menurunkan resistensi saluran napas, meningkatkan pertukaran gas, dan menurunkan kerja pernapasan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maidartati (2016) dalam (Sukma, Puji, & Ningtyas, 2020) menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi pernafasan sebelum fisioterapi dada adalah 30-20 menit. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata laju pernapasan dan dengan kata lain fisioterapi dada dapat menurunkan laju pernapasan secara signifikan.
Keterbatasan penelitian ini adalah fisioterapi dilakukan pada anak usia 1 tahun 8 bulan sehingga anak diam dan tidak mau melakukan fisioterapi.
Saran
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan evaluasi dalam pelaksanaan pelayanan pada anak dengan izin jalan napas tidak efektif. Faktor risiko terjadinya bronkopneumonia pada balita yang dirawat di RSUD Dr.H.Abdoel Moeloek Provinsi Lampung pada tahun 2015. Pengertian fisioterapi dada adalah suatu tindakan untuk mengeluarkan sekret yang menumpuk dan mengganggu pada saluran pernafasan bagian bawah. Bayi dan anak yang punya banyak rinci.
Indikasi : Klien dengan penumpukan sekret pada saluran pernafasan bagian bawah. Jam Dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari bila sudah menjadi 30-40. Letakkan tangan Anda, telapak tangan menghadap ke bawah pada area yang dikeringkan, satu tangan di atas tangan lainnya dengan jari ditekan dan direntangkan. Untuk paru-paru kanan atas dan kiri sisi depan, anak diposisikan tidur telentang dan ditopang (45 derajat) di atas bantal/posisi seperti pada gambar.
Untuk paru kanan dan kiri pada punggung atas, anak dibaringkan duduk dengan memeluk guling/bantal dengan sudut 45 derajat seperti pada contoh gambar. Paru-paru kanan dan kiri berada di tengah depan, pada posisi ini anak cukup tidur telentang. Pada bagian tengah belakang paru-paru, anak dibaringkan untuk tidur tengkurap di atas bantal atau guling seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Paru-paru bagian atas di punggung sebelah kanan, anak diposisikan tidur tengkurap dengan kerah agak miring ke kanan atau ke kiri, dimana paru-paru yang terdapat lendir berada di atas, sedangkan untuk melakukan drainase postural pada paru-paru bagian bawah, dilakukan anak diposisikan kepala menunduk dan hati-hati agar tidak terjadi keluhan.