• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Evidence Base Practice

2. Result

Tabel 2.3 Hasil Literature Review No Judul/ peneliti/

tahun publikasi

Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

Hasil Kesimpulan

1. Judul:

Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas pada anak usia 1-5 Tahun Yang Mengalami

Gangguan Bersihan Jalan Nafas Di Puskesmas Moch.Ramdhan Bandung

Peneliti:

Maidartati

Tahun Publikasi:

2015

Untuk mengetahui pengaruh

fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas pada anak usia 1-5 tahun yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas di Puskesmas Moch.

Ramdhan Bandung

Quasi Eksperiment dengan jenis One Group Pretest- Posttes

Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa rata- rata frekuensi nafas

responden sebelum dan setelah dilakukan fisioterapi dada di Puskesmas Moch.

Ramdhan menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna

Penelitian ini membuktikan bahwa fisioterapi dada mempunyai pengaruh terhadap bersihan jalan nafas, dimana dapat memperbaiki status frekuensi nafas sesudah fisioterapi dada.

Fisioterapi dada dapat diterapkan didalam pemberian asuhan

keperawatan pada anak terutama dalam kondisi keterbatasan penyediaan alat nebulizer di puskesmas 2. Judul: Studi kasus ini Desain Studi Hasil studi Fisioterapi dada

Studi Kasus Pasien menggambarkan Kasus kasus terbukti efektif Bronkopneumonia asuhan Deskriptif menunjukan untuk

pada An. A dengan keperawatan pada Yaitu masalah meningkatkan Gangguan anak menggambar ketidakefektifa kepatenan jalan Ketidakefektifan bronkopneumonia kan asuhan n bersihan nafas. Fisioterapi Bersihan Jalan dengan masalah keperawatan jalan nafas dada dapat Nafas di Ruang ketidakefektifan Yang pada pasien dijadikan sebagai Cempaka RSUD bersihan jalan nafas Diberikan salah satu prosedur

Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Peneliti:

Ahmad Suhandi, Roro Lintang Suryani, Murniati Tahun:

2021

kepada pasien mulai dari

pengkajian, perumusan diagnosa, rencana intervensi, implementasi dan evaluasi.

teratasi sebagian

di Rumah Sakit dalam terapi pada anak yang

mengalami ketidakefektifan bersihan jalan nafas akibat

bronkopneumonia.

3. Judul:

Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Anak Dengan Penyakit Gangguan

Pernafasaan Di Poli Anak RSUD Kota Depok

Peneliti:

Chella Aryayuni Tatiana Siregar Tahun:

2015

Untuk mengetahui pengaruh

fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak di RSUD Kota Depok

Metode penelitian menggunaka n quasi experimental design dengan pendekatan one group pretest posttest Pemilihan responden dilakukan dengan teknik purposive sampling

Sampel penelitian sebanyak 11 anak didapat rata-rata usia anak 6 tahun sebanyak 3 orang Anak yang

mengeluarkan sputum sebelum fisioterapi dada sebanyak 8 orang, dan setelah fisioterapi dada pengeluran sputum terjadi pada 11 anak

Ada pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak di Poli Anak RSUD Kota Depok dan Ada perbedaan yang bermakna antara pengeluaran sputum sebelum dan sesudah di lakukan fisioterapi dada pada anak dengan gangguan pernafasan di Poli Anak RSUD Kota Depok

4. Judul: Untuk Metode yang Dari tindakan Fisioterapi dada Ketidakefektifan mendeskripsikan Digunakan fisioterapi Mempunyai Bersihan Jalan Penerapan yaitu studi dada secara pengaruh besar Napas dengan pengetahuan dan kasus dengan subyektif terhadap perbaikan

Tindakan Praktik Pendekatan orangtua klinis anak yang

Fisioterapi Dada keperawatan pada pasien dirawat karena

pada Anak yang Mengalami Bronkopneumoni Di RSU UKI Jakarta: Case Study Peneliti:

Gloria Albertina Tehupeiory Erita Sitorus Tahun:

2022

pasien dengan bronkopneumonia

asuhan keperawatan.

mengatakan anaknya sudah tidak batuk lagi, produksi dahak sudah tidak ada.

Berdasarkan data obyektif : kesadaran compos mentis, dahak sudah tidak ada, pasien tidur dengan posisi semi fowler, pilek sudah tidak ada, ronki tidak ada di kedua paru, batuk sudah tidak terdengar lagi dan pergerakan dada simetris.

bronchopneumonia Perbaikan klinis yang dialami responden dimanifestasikan dalam bentuk frekuensi pernapasan

kembali ke rentang normal, frekwensi nadi kembali ke rentang normal, peningkatan saturasi oksigen dan peningkatan kemampuan pengeluaran sputum sehingga jalan napas menjadi bersih

5. Judul:

Penerapan Fisioterapi Dada Terhadap Status Respirasi Pada An.

A Dengan

Bronkopneumonia Peneliti:

Wahyu Tri Astuti Sapta Sari Dewi

Untuk mengetahui status respirasi dan pengeluaran sputum sebelum dan sesudah tindakan

Metode yang digunakan yaitu Case study reseach (kualitatif)

Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada selama 3 hari

didapatkan hasil terjadi pengeluaran sputum dan respirasi rate menurun.

Pemberian

tindakan fisioterapi dada pada hari pertama sudah menunjukan penurunan respirasi dari 56 menjadi 50 kali per menit dan keluarnya sputum kental putih kekuningan

Tahun:

2019 6. Judul:

Pengaruh Chest Therapy Dan Infra Red Pada

Bronchopneumonia Peneliti:

Akhmad Alfajri Amin, Kuswardani, Welly Setiawan Tahun:

2018

Mengetahui pengaruh terapi dengan

menggunakan Infra Red dan Chest Physiotherapy (deep breathing, postural drainage, clapping, vibrasi, dan batuk efektif) pada kondisi

Bronchopneumonia

Metode pretest- posttest dengan quasi eksperimen.

Terjadi perbaikan frekuensi napas pasien per menit yang signifikan antara sebelum dengan

sesudah terapi

Penggunaan infra red dan chest therapy dapat memperbaiki frekuensi

pernapasan pasien per menit dan mengurangi sesak napas pada kasus Bronchopneumonia

7. Judul:

Studi Kasus:

Penanganan Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Dengan

Bronchopneumonia Di Rsu. Dr.

Wahidin Sudirohusodo Mojokerto Peneliti:

Dwiharini

Puspitaningsih, Siti Rachma, Kartini Tahun:

2019

Menerapkan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada kasus

bronkopneumonia dengan intervensi mandiri fisioterapi dada (clapping).

Metode yang digunakan yaitu studi kasus untuk mengeksplor asi masalah asuhan keperawatan

Hasil evaluasi yang dilakukan selama 3x24 jam pada klien 1 dan 2

menunjukkan bahwa klien 1 teratasi karena keadaan membaik, suara nafas tambahan ronki pada paru sudah tidak ada.

sedangkan klien 2 teratasi sebagian, karena klien masih batuk, terdapat suara nafas

tambahan ronki pada

Pasien dengan bronkopneumonia dapat mengalami sesak yang disebabkan oleh sekret yang berlebihan.

salah satu tindakan mandiri yang bisa dilakukan pada klien dengan bronkopneumonia yang mengalami sesak akibat

penumpukan sekret yaitu dengan fisioterapi dada (clapping)

paru kanan dan pada klien 2 pengkajian dilakukan pada hari pertama saat pasien masuk ruangan.

61

Anak usia 1-5 tahun

Fisioterapi Dada:

Perkusi Vibrasi Bronkopneumonia 3. Kerangka Konsep

Sumber: (Sinaga, 2019), (Firmansyah , et al., 2021)

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Frekuensi Nafas Normal 20-30x/menit

Faktor Risiko Bronchopenumonia:

1. Usia 2. Status Gizi

3. Kurangnya ASI Eksklusif 4. Orang tua yang merokok 5. Polusi luar rumah udara di luar

rumah

62 A. Desain Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan yaitu studi kasus terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Desain penelitian ini digunakan untuk mengaplikasikan fisioterapi dada pada anak yang mengalami bronchopneumonia di Rumah Sakit RSAU dr. M. Salamun.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus dalam penelitian ini yaitu 1 orang anak denganjenis kelamin perempuan usia balita 1 tahun 8 bulan yang dirawat di rumah sakit.

Pasien anak mengalami gangguan sistem pernapasan yang sulit mengeluarkan dahak (sputum). Penelitian ini dilakukan berdasarkan persetujuan pasien dan orang tua pasien,

C. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus dilakukan di ruang perawatan anak, Ruang Kutilang RSAU dr. M. Salamun, dari tanggal 20-22 Desesmber 2022.

D. Fokus Studi Kasus

Fokus studi yang dijadikan sebagai acuan dari kasus ini yaitu:

1. Bersihan jalan napas menjadi efektif

Tindakan yang akan diberikan untuk menangani masalah tersebut adalah dengan melakukan fisioterapi dada (postural drainage, perkusi (clapping), vibrasi).

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel, sehingga peneliti dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut (Siyoto & Sodik, 2015).

Table 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasioanal Alat Ukur Hasil Ukur Bersihan jalan napas

tidak efektif

Terjadiya obstruksi di jalan napas karena penumpukan dahak atau sekret pada saluran napas

-Stetoskop -Oximeter

-Lembar Observasi

-RR dalam rentang normal (24- 40X/menit).

- Suara nafas vasikuler

Fisioterapi dada Kumpulan teknik terapi SOP -

atau tindakan

pengeluaran sekret agar tidak terjadi

penumpukan sekret

F. Instrumen Studi Kasus

Instrumen yang diguankan untuk mengumpulkan data yaitu Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Anak, dan Standar Operasional Prosedur (SOP).

G. Metode Pengumpulan Data

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien anak yang mengalami Bronchopneumonia, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan pada orangtua klien, untuk menggali informasi meliputi: identitas klien, riwayat kesehatan klien, riwayat kesehatan dahulu, tumbuh kembang, mental, sosial, spiritual, kebutuhan dasar, dan data psikologis.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan umum pasien dan pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe meliputi ispeksi, auskultasi palpasi, perkusi.

3. Implementasi Fisioterapi Dada

Implementasi fisioterapi dada dilakukan selama 2 hari. Sebelum dilakukan fisioterapi dada anak di posisikan dengan posisi telungkup dan didampingi oleh orangtua selama tindakan dilakukan.

4. Evaluasi

Evalusai yang dilakukan yaitu menanyakan perasaan klien setelah dilakukan fisioterapi dada, mengukur TTV dan melakukan auskultasi pada bagian dada pasien.

5. Studi Dokumen

Studi dokemen dilakukan untuk melengkapi data-data klien dengan melihat rekam medis yang tersedia di ruangan.

H. Analisis Data dan Penyajian Data

Penyajian data dilakukan secara deskriptif berupa narasi disertai ungkapan verbal dan hasil observasi dari subjek studi kasus yang merupakan data pendukung.

I. Etik Studi Kasus

a. Keikhlasan (Voluntary), keikhlasan adalah dimana ketika seseorang bersedia menjadi subyek penelitian tanpa adanya suatu ancaman dan tanpa paksaan. Subyek dapat mengundurkan diri kapan saja, peneliti tidak dapat memaksa atau membujuk mengikuti penelitian atau menjadi subyek penelitian yang bertentangan dengan keinginan.

b. Kerahasiaan (Confidentially), peneliti harus menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya menggunakan informasi tersebut untuk kegiatan penelitian. Peneliti harus mampu meyakinkan subyek penelitian bahwa semua hasil tidak akan dihubungkan dengan mereka.

c. Tanpa Nama (Anonimity), selama kegiatan penelitian dilakukan nama subyek penelitian tidak digunakan atau dicantumkan tetapi hanya menggunakan kode partisipan pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

d. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent), Pada informed consent subjek penelitian harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan dan mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Selain itu, juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu (Nursalam , 2015). Dalam studi kasus ini penulis menjelaskan kepada responden dan mengenai judul studi kasus, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, serta kesediaannya menjadi subjek penelitian secara sukarela tanpa adanya unsur paksaan dan berhak untuk menolak jika tidak bekenan. Informed consent dilakukan secara lisan kepada pasien, orang tua dan keluarga pasien.

67 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profile Lahan Praktik

1. Visi dan Misi RSAU dr. M. Salamun a. Visi

Menjadi Rumah Sakit Rujukan TNI Terbaik di Jawa Barat Dan RS Pendidikan yang Berkualitas.

b. Misi

1) Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan dalam setiap operasi dan latihan TNI/TNI AU.

2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU berikut keluarganya serta masyarakat umum yang terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.

3) Meningkatkan kemampuan profesionalisme personel secara berkesinambungan.

2. Gambaran Ruang Kutilang

Ruang rawat inap kutilang merupakan ruang perawatan anak yang terdiri dari pavilion, kelas I, kelas II, serta kelas III di RSAU dr. M.

Salamun yang memberikan asuhan keperawatan kepada satuan dan personel TNI AU, PNS, dan keluarganya serta masyarakat umum. Ruang Rawat Inap Kutilang memiliki kapasitas 12 kamar yang terdiri dari 40 tempat tidur. Tenaga keperawatan di Ruang Kutilang berjumlah 21 orang.

Tenaga non keperawatan berjumlah 13 orang. Pasien yang dirawat di Ruang Kutilang terdiri dari pasien umum, pasien BPJS, pasien jamsostek, dan pasien jamkesmas. Persentase pemakaian tempat tidur pada bulan Desember 2022 di Ruang Kutilang mencapai 100% atas nilai ideal atau overload. Anak-anak yang dirawat di Ruang Kutilang biasanya mengalami gangguan pernapasan, demam, kejang demam maupun gangguan sistem pencernaan.

3. Jumlah Kasus Di Ruangan

Anak-anak yang menajalani perawatan di Ruang Kutilang sebagian besar mengalami Bronchopneumonia, ISPA, dan DBD. Pada kasus sistem pernapasan rata-rata anak mengalami sesak napas karena terjadi penumpukan sekret yang sulit untuk dikeluarkan secara mandiri.

4. Upaya Pelayanan dan Penanganan Yang Dilakukan Di Ruangan Pelayanan yang diberikan tidak hanya untuk mengatasi keluhan fisiknya saja. Ruangan perawatan dilengkapi dengan suasana seperti tempat bermain anak, dinding ruangan disertai dengan gambar-gambar yang disukai anak, linen yang digunakan disesuaikan dengan gambar-gambar kartun serta warna yang menarik untuk anak-anak. Ketika perawat mengunjungi atau akan melakukan tindakan keperawatan perawat menyapa pasien terlebih dahulu, mengajak pasien bercakap-cakap dan menjelaskan maksud tujuan serta tindakan yang akan dilakukan dengan bahasa yang dimengerti pasien.Untuk pelayanan yang dilakukan dengan pasien yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien bronchopneumonia, dilakukan terapi farmakologi dan non farmakologi.

Terapi farmakologi yaitu obat yang diberikan oleh dokter seperti inhalasi untuk membantu pengeluaran sekret. Setelah pemberian terapi inhalasi diberikan, lakukankan terapi non farmakologi seperti fisioterapi dada (postural drainage, perkusi (clapping), vibrasi) yang dilakukan menggunakan metode khusus untuk anak dengan didampingi oleh orang tua.

B. Hasil

Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan 1. Ringkasan Proses Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari selasa 20 Desember 2022. Sumber data didapatkan dari keluarga pasien, petugas kesehatan dan rekam medis.

Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara, studi dokumen, dan observasi langsung untuk mengetahui kondisi pasien. Data yang diperoleh sebagai berikut:

a. Pengkajian Keperawatan :

Tanggal Pengkajian : 20 Desember 2022

No RM : 404282

Diagnosa Medis : Bronchopneumonia b. Identitas Klien

1) Nama : An. K

2) Jenis Kelamin : Perempuan

3) Tempat/tanggal lahir : Bandung, 19 April 2021

4) Umur : 1 tahun 8 tahun

5) Pendidikan : Belum sekolah 6) Nama ayah/ibu : Tn. R/Ny.D 7) Pekerjaan ayah : PNS

8) Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga

9) Agama : Islam

10) Alamat : Jl. Ciumbuleuit Hegarmanah kec.

Cidadap, RT 04/RW 04 Kota Bandung 11) Suku Bangsa : Sunda c. Riwayat Kesehatan Klien

Keluhan utama, saat pengkajian ibu klien mengatakan An,K mengalami demam disertai batuk sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Di rumah hanya diberikan kompres saja ketika demam. Bantuk tidak berhenti bahkan sempat mengalami sesak napas pada saat di rumah. Saat dilakukan pengkajian ibu klien mengatakanAn.K masih mengalami demam dan sulit mengeluarkan dahak ketika batuk.

Riwayat kesehatan masa lalu, ibu klien mengatakan pada saat mengandung An.K mengalami mual di trimester awal saja, tidak mengalami penyakit saat hamil, mengkonsumsi vitamin dan sudah melakukan imunisasi TT 2 kali. An.K lahir saat usia kandungan 39 minggu dengan Section Caesar. An.K lahir dengan berat badan 2,8 Kg dan panjang badan 49 cm, kondisi saat lahir langsung menangis. Ibu klien mengatakan An.K diberikn ASI Eksklusif selama 6 bulan.

Membrikan MPASI dari 6-12 bulan.

Riwayat alaergi, An.K tidak memiliki riwayat alergi makanan, minuman, obat-obatan, maupun debu. An.K sudah mendapatkan imunisasi dasar sudah lengkap.

d. Riwayat Pertumbuhan

Riwayat perkembangan dan pertumbuhan pada An.K ibu klien mengatakan An.K sudah bisa melempar dan menendang bola, menaiki anak tangga, udah bisa belajar berjalan tanpa dipegang, sudah bisa bicara dengan 2 kata, sudah bisa mengenal dan menyebutkan gambar di buku. Berat badan An.K saat ini 9.1 kg. saat di rawat di rumah sakit bertemu dengan petugas kesehatan dan orang yang tidak dikenal An.K terlihat takut. Kegiatannya selama di rawat hanya di tempat tidur dan sesekali keliling ruangan digendong oleh ayahnya.

e. Riwayat Sosial

Ibu klien mengatakan An.K setiap hari di asuh oleh ibunya di rumah. Sesekali An.K sering diajak main di sekitar rumah dengan teman-teman seusianya dan ditemani oleh ibunya. Ibu klien mengatakan An.K baru pertama kali di rawat di rumah sakit. Ibu klien mengatakan merasa khawatir terhadap kesehatan anaknya karena melihat anak nya batuk bahkan sampai muntah disertai demam yang naik turun terus.

Klien berpakaian rapih dan bersih ketika dilakukan pengkajian klien tampak nangis dan takut harus selalu digendong oleh ayah atau ibunya.

f. Riwayat Keluarga

Ibu klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang pernahmengalami penyakit seperti klien, dan tidak ada riwayat penyaki menurun seperti

DM, hipertensi maupun stroke.

g. Tingkat Perkembangan Saat ini

Berdasarkan hasil pengkajian menggunakan Denver Developmental Screening Test (DDST) didapatkan bahwa An.K normal tidak ada keterlambatan. Berdasarkan informasi dari Ibu klien, motorik kasarnya An.K sudah berusaha dan belajar unuk melompat, melemparkan bola keatas. Untuk motorik halus An.K sudah mampu menyusun Menara 4 kubus dan 6 kubus. Untuk bicara dan bahasa An.K sudah mampu menunjukan 2 gamabar, menyebutkan 1 gambar, menyebutkan bagian badan, dan berbicara sudah mulai dimengerti.

Untuk perkembangan sosial dan kemandirian An.K sudah mampu belajar mencuci dan mengeringkan tangan.

h. Aspek Fisik-Biologis 1) Nutrisi

Sebelum sakit nafsu makan An.K baik, makan 3 kali sehari. Sering diberikan cemilan, menu makanan terdiri dari protein seperti telur, sayur-sayuran dan buah-buahan. Saat sakit nafsu makan An.K berkurang, An.K hanya bisa makan 2-5 sendok saja. Selain makan makanan yang disediakan oleh rumah sakit An.K terkadang diberikan bsikuit sebagai cemilan. Tidak ada kesulitan dalam mengunyah, ada sedikit mual dan muntah.

2) Cairan

Ibu klien mengatakan sebelum sakit An.K minum air putih ± 4-5 gelas perhari. Namun, saat sakit klien jarang minum ± 2 gelas perhari.

3) Aktivitas

Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien biasanya bermain di lingkungan rumah. saat sakit klien hanya di tempat tidur, rewel, dan menangis minta pulang. An.K di rumah sakit deitemani oleh ibu dan ayahnya.

4) Eliminasi

Ibu klien mengatakan sebelum sakit An.K BAK dalam sehari sekitar 4-5 kali dengan warna urine kuning jernih. BAB dalam sehari 1 kali sehari. tidak ada masalah dalam BAB maupun BAK Saat di rumah sakit An.K BAK sekitar 4-5 kali harus digendong ke kamar mandi dengan warna BAK kuning jernih dan BAB 1 kali.

Tidak ada kesulitan BAK maupun BAB.

5) Tidur dan Istirahat

Ibu klien mengatakan An.K tidur malam sekitar pukul 20.30 dan bangun pukul 06.00. baisanya tidur siang pada pukul 13.00 sampai pukul 15.00. sebelum tidur biasanya An.K bermain HP. Saat di rumah sakit, An.K biasanya tidur pukul 19.30 sampai 05.30 dan tidur siang pukul 13.30 sampai pukul 15.00. Tidak ada kesulitan dalam tidur dan tidak sering terbangun.

6) Personal Hygiene

Ibu klien mengatakan sebelum sakit An.K mandi dua kali sehari, sikat gigi dua kali sehari, keramas dua kali dalam seminggu, dan potong kuku 2 minggu sekali. Saat di rumah sakit, An.K hanya di seka satu kali sehari, sikat gigi satu kali sehari, tidak keramas maupun potong kuku.

7) Emosi

Ibu klien mengatakan An.K ketika di rumah sakit sering merengek minta ingin pulang ke rumah, An.K ketika dilakukan pemeriksaan oleh dokter maupun saat dilakukan tindakan perawat selalu menangis. Ibu klien mengatakan An.K takut disuntik dan trauma di infus sehingga sering menangis ketika ada tenaga kesehatan yang datang. An.k juga sering memalingkan wajah ketika disapa oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya.

8) Sosial

Ibu klien mengatakan An.K sangat dekat dengan beliau dan ayahnya. saat di rawat dirumah sakit An.K ditemani oelh ayah dan ibunya secara bersama-sama.

9) Spiritual

Ibu klien mengatakan selalu membiasakan An.K untuk berucap bismillah saat perawat melakukan tindakan dan mendampingi anaknya untuk berdoa agar cepat sembuh dan pulang ke rumah.

i. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum

keadaan umu klien:

keadaan umum klien: lemah, tingkat kesadaran: compos mentis, nadi: 100x/menit, RR: 38x/menit, suhu 38,6C, tidak ada nyeri, BB:

9.1 kg.

2) Kulit

Kulit berwarna putih, tidak terdapat hiperpigmentasi, tidak terdapat lesi, tidak terdapat jejas, tidak ada edema, turgor kulit elastis, dan kulit teraba hangat.

3) Rambut

Rambut berwarna hitam, dalam keadaan bersih, rambut diikat dalam keadaan rapih, penyebaran rambut merata.

4) Kepala

Wajah simetris, bentuk kepala normal, tidak terdapat luka, tidak ada benjolan.

5) Mata

Konjungtiva merah muda, mata simetris, skrela tidak ikterik, mata kiri dan kanan simetris, tidak terdapat kotoran pada mata dan tidak ada kelainan pada mata.

6) Telinga

Bentuk telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada serumen,

pendengaran jelas, tidak ada kelainan pada telengia, dan telinga dalam keadaan bersih.

7) Hidung

Bentuk hidung simetris, tidak ada polip, terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada pembengkakan, dapat membedakan bau 8) Mulut

Bentuk mulut simetris, warna bibir merah muda, tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir kering, gigi nampak bersih

9) Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan, ROM normal.

10) Dada

- Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak ada nyeri dada, tidak ada jejas

- Palpasi: tidak ada nyeri tekan, pergerakan dada simetris, tidak ada benjolan pada area ketiak

- Perkusi: sonor diseluruh lapang paru, dullnes pada area jantung

- Auskultasi: terdapat suara ronchi 11) Abdomen

- Inspeksi: Bentuk abdomen simetris, tidak ada lesi, tidak ada jejas

- Auskultasi: Bising usus 12x/menit - Perkusi: Timpani

- Paplapsi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan 12) Ekstremitas Atas dan Bawah

Kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, kekuatan otot ekstremitas bawah 5/5, akral hangat, terpasang infus pada lengan sebelah kiri, ROM dapat menggerakan secara normal.

13) Genetalia Tidak terkaji

j. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium tanggal 20 Desember 2022 Table 4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan HEMATOLOGI

Hemoglobin 12.0 g/dl 10.8-12.8 Normal

Eritrosit 4.7 10^6 uL 4.0-5.5 Normal

Leukosit 10.37 10^3 uL 6.00-17.00 Normal

Hematokrit 35.3 % 35.0-43.0 Normal

Trombosit 227 10^6 uL 229-553 Normal

MCV MCH MCHC

MCV 74.8 fL 74.0-102.0 Normal

MCH 25.4 Pq 23.0-31.0 Normal

MCHC 34.0 g/dL 26.0-34.0 Normal

RSW 17.4 % 10.0-16.0 Tinggi

HITUNG JENIS

Dokumen terkait