BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Konsep Dasar Fisioterapi Dada
3. Teknik Fisioterapi Dada
a. Posisioning (Postural Drainage)
Merupakan teknik yang digunakan dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi, dengan cara paru diposisikan sedemikain rupa untuk mengalirkan dahak dari saluran yang lebih kecil ke saluran yang lebih besar sehingga dahak lebih mudah saat dikeluarkan. Waktu yang digunakan untuk
melakukan teknik postural drainge ini adalah 20 – 30 menit/bagian paru.
Paru-paru memiliki banyak cabang perjalanan saluran udara sehingga memiliki banyak posisi dalam melakukan postural drainage. Peralatan yang digunakan pada teknik ini bisa menggunakan bantal dan atau guling.
b. Perkusi
Perkusi dengan kata lain clapping adalah kegiatan memukul atau menepuk di bagian dinding dada pasien dengan cara membentuk telapal tangan layaknya mangkuk serta melakukan gerakan dengan irama pada atas segmen paru yang diarahkan. Manfaat dari kegiatan perkusi ini antara lain membuat secret yang menempel dan menumpuk pada dinding bronkiolus dan bronkus akan terlepas dan bisa dikeluarkan dari paru-paru (Rakhman,2016) dalam (Firmansyah , et al., 2021).
c. Vibrasi
Vibrasi adalah kegiatan mengkomprosi dan menggetarkan dengan secara kuat menggunakan tangan yang diposisikan datar di dinding dada pasien pada tahapan pernapasan (ekhalasi). Waktu setelah kegiatan perkusi sangat baik jika dilakukan vibrasi agar terjadinya peningkatan turbulensi udara dan memicu pelepasan mucus yang kental yang sebelumnya menempel dengan kuat di bronkiolus dan bronkus.
Kegiatan perkusi dan vibrasi secara bergantian dapat dilaksanakan (Rakhman, dkk., 2015) dalam (Firmansyah , et al., 2021).
Langkah-langkah Fisioterapi dada:
Sudarsini (2017) dalam (Firmansyah , et al., 2021) menjelaskan bajwa intervensi untuk fisioterapi dimulai dengan
1) Mengetahui kondisi klinis yang akan diterapi menggukana berbagai pemeriksaan pendukung. Kegiatan ini dilakukan oleh dokter selanjutnya dapat dilaksanakan oleh perawat.
2) Diawali dengan melaksanakan auskultasi sebelum dilakukannya fisioterapi dada, hal ini dilakukan agar dapat mendengar suara napas dari klien agar mengetahui apakah ada sputum yang menumpuk di slauran pernapasan. Dengan diketahuinya hal-hal teresbut maka perawat bisa memposisikam pasien dengan posisi yang tepat.
3) Postural drainage yaitu diposisikan sedemikain rupa untuk mengalirkan dahak dari saluran yang lebih kecil ke saluran yang lebih besar sehingga dahak lebih mudah saat dikeluarkan. Waktu yang digunakan untuk melakukan teknik postural drainge ini adalah 20 – 30 menit/bagian paru. Paru-paru memiliki banyak cabang perjalanan saluran udara sehingga memiliki banyak posisi dalam melakukan postural drainage. Peralatan yang digunakan pada teknik ini bisa menggunakan bantal dan atau guling.
4) Apabila posisi pasien sudah tepat maka laukan perkusi dan vibrasi.
Perkusi dilaksanakan menggunakan tiga atau empat jari di satu tangan yang dilakukan perempatan hingga menjadi satu.
5) Menepuk daerah dada hingga punggung secara perlahan dari arah bawah ke atas.
6) Melaksanakan gerakan vibrasi memakai tiga atau empat jari lalu mengetarkannya secara lambat dimulai dengan bagian bawah menuju atas.
7) Apabila sudah selesai melakukan gerakan perkusi dan vibrasi, langkah terakhir yang bisa dilakukan yaitu mencondongkan tubuh pasien ke arah depan dari bentuk semifowler guna membuat pasien mengeluarkan sputum dari saluran napasnya.
8) Setelah itu perlu memposisikan dua jari di bagian bawah procexus xipoideus serta mendorong udara menggunakan jari.
4. Standar Operasional Prosedur (SOP) a. Pengertian
Fisoterapi dada merupakan suatu tindakan pengeluaran secret agar tidak terjadi penumpukan secret yang mengakibatkan tersumbatnya jalan napas dan komplikasi penyakit lain.
b. Indikasi
Bayi dan anak yang terdapat banyak ronchi c. Kontraindikasi
- Masalah pada jantung - Adanya luka bakar - Patah tulang
- Mengalami nyeri yang parah.
d. Tujuan
1) Mempertahankan ventilasi yang adekuat dan mencegah infeksi rongga dada pada pasien yang tidak atau kurang dapat bergerak 2) Merangsang terjadinya batuk dan mempertahankan kelancaran
sirkulasi darah
3) Mencegah kolap dari paru-paru yang disebabkan tersumbatnya secret yang keluar
e. Petugas 1) Perawat 2) Bidan
3) Mahasiswa praktek keperawatan
f. Pengkajian 1) Identitas:
a) Nama pasien dan orangtua b) Umur dan tanggal lahir c) Alamat
d) Pekerjaan orangtua 2) Riwayat kesehatan:
a) Penyakit yang pernah diderita
b) Tindakan dan pengobatan yang pernah diberikan g. Persiapan pasien
1) Memberitahu pada keluarga atau anak untuk tindakan yang akan dilakukan
2) Mengatur posisi bayi atau anak h. Persiapan alat
1) Handuk atau popok
2) Perkusor dengan ukuran yang tepat 3) Stetoskop
i. Prosedur Pelaksanaan:
1) Postural drainage
Diposisikan sedemikain rupa untuk mengalirkan dahak dari saluran yang lebih kecil ke saluran yang lebih besar sehingga dahak lebih mudah saat dikeluarkan. Waktu yang digunakan
untuk melakukan teknik postural drainge ini adalah 20 – 30 menit/bagian paru. Paru-paru memiliki banyak cabang perjalanan saluran udara sehingga memiliki banyak posisi dalam melakukan postural drainage. Peralatan yang digunakan pada teknik ini bisa menggunakan bantal dan atau guling. Berikut posisi postural drainage :
a) Untuk paru kanan dan kiri bagian atas sisi depan, anak diposisikan tidur terlentang dan bersandar (45 derajat) pada bantal/ dengan posisi seperti pada gambar.
b) Untuk paru kanan dan kiri bagian atas sisi belakang, anak diposisikan duduk dengan memeluk guling/ bantal membentuk sudut 45 derajat seperti pada contoh gambar.
c) Paru kana dan kiri bagian tengah sisi depan , pada posisi ini anak cukup dengan tidur terlentang.
d) Paru bagian tengah sisi belakang, anak diposisikan tidur tengkurap beralaskan bantal atau guling seperti gambar disamping
e) Paru bagian atas sisi kanan belakang, anak diposisikan tidur tengkura dengan sedikit dimiringkan kerah kanan atau kiri dimana paru yang ada dahaknya diposisikan diatas, sedangkan untuk melakukan postural drainage untuk paru bagian bawah anak diposisikan kepala berada di bawah dan dilakukan secara hati hati agar tidak ada keluhan yang menyertai.
2) Melakukan perkusi atau penepukan:
a) Perawat mencuci tangan.
b) Mendengarkan dengan stetoskop setiap lobus paru.
c) Menutup daerah dada atau punggung dengan kain popok yang tipis atau handuk untuk melindungi kulit.
d) Melakukan tepukan secara Bersama pada dinding torak bayi atau anak dengan berirama menggunakan telapak tangan yang dicembungkan atau menggunakan perkusor dengan ukuran yang tepat, harus ditepuk selama 1-2menit.
e) Melakukan tepukan tanpa menyebabkan rasa sakit pada bayi atau anak.
f) Mengobservasi tanda-tanda vital pasien.
3). Melakukan vibrasi (memberi getaran)
a) Melakukan vibrasi pada setiap daerah yang akan dilakukan perkusi selama 1-2 menit.
b) Memerintahkan anak untuk bernapas panjang dan melakukan vibrasi pada waktu exhalasi.
c) Melakukan vibrasi dengan tangan pada bayi atau anak, hal ini dilakukan 6-7 kali pernapasan pada setiap daerah (Ain, 2019).
C. Konsep Dasar Masalah Keperawatan
1. Definisi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah adanya suatu benda asing di saluran pernapasan segingga jalan napas akan tersumbat. Adanya penumpukan secret di saluran pernapasan bisa membuat obstruksi sehingga tidak cukupnya ventilasi. Dengan adanya hal ini sangat dibutuhkan perawatan yang tepat untuk pengeluaran tumpukan sputum atau secret. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan fisio terapi dada (Tahir,2019) dalam (Firmansyah , et al., 2021).
2. Data Mayor dan Data Minor a. Data Mayor
1) Subjektif
a) Batuk tidak efektif b) Tidak mampu batuk c) Sputum berlebih
d) Mengi, wheezing, dan atau ronchi kering e) Meconium di jalan napas (pada neonatus) b. Data Minor
1) Subjektif a) Dipsnea b) Sulit bicara c) Ortopnea
2) Objektif a) Gelisah b) Sianosis
c) Bunyi napas menurun d) Frekuensi napas berubah
e) Pola napas berubah (PPNI, 2018).
3. Faktor Penyebab a. Fisiologi
1) Spasme jalan napas 2) Hipersekresi jalan napas 3) Disfungsi neuromuskuler 4) Benda asing dalam jalan napas 5) Adanya jalan napas buatan 6) Sekresi yang tertahan
7) Hyperplasia dinding jalan napas 8) Proses infeksi
9) Respon alergi
10) Efek agen farmakologi (anastesi) c. Situasional
1) Merokok aktif 2) Merokok pasif
3) Terpajan polutan (PPNI, 2018).
4. Penatalaksanaan
Fisioterapi dadasangat efektif bagi penderita penyakit respirasi.
Dengan teknik postural drainage, perkusi dada dan vibrasi padapermukaan dinding dada akan mengirimkan gelombang amplitude sehingga dapat mengubah konsistensi dan lokasi secret (Hidayat,2019) dalam (Andriyani , et al., 2021). Fisioterapi dada dilakukan dengan teknik Tapping dan Clapping. Teknik ini adalah suatu bentuk terapi dengan menggunakan tangan, dalam posisi telungkup serta dengan gerakan fleksi dan ekstensi secara ritmis. Teknik ini sering digunakan dengan dua tanga. Pada anak- anak tapping dan clapping dapat dilakukan dengan dua atau tiga jari. Teknik dengan satu tangan dapat digunakan sebagai pilihan pada tapping dan clapping yang dilakukan sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan Maidartati (2016) tentang pengaruh Fisioterapi dada terhadap bersihan jalan napas pada anak usia 1-5 tahun bahwa terdapat perbedaan bermakna terhadap frekuensi bersihan jalan napas sebekum dan sesudah fisioterapi dada (Andriyani , et al., 2021).
D. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori 1. Fokus Pengkajian
a. Identitas
Berisi data pribadi pasien serta penanggung jawab pasien meliputi nama, umu, jenis kelamin, agama, pendidikan, status perkawinan, alamat, dan tanggal masuk rumah sakit (Haryani, Hardani, &
Thoyibah,2020) dalam (Andriyani , et al., 2021).
b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama yang diraskan pasien dengan bronkopneumonia adalah sesak napas sakit (Haryani, Hardani, &
Thoyibah,2020) dalam (Andriyani , et al., 2021).
c. Riwayat kesehatan sekarang 1) Alasan masuk rumah sakit
Alasan masuk rumah sakit merupakan alasan dari perkembangan kondisi awal sampai perkembangan saati ini. Terdiri dari empat komponen yaitu rincian awitan, riwayat interval yang lengkap, alasan mencari bantuan saat ini (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani , et al., 2021).
2) Keluhan saat di kaji
Bronkopneumonia diawali oleh infeksi saluran pernapasan selama beberapa hari. Suhu tubuh mendadak naik kisaran 39-40ºC terkadang disertai kejang. Anak tampak gelisah, dipsnea, pernapasan cepat dan dangkal, terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat retraksi dinding dada, terdapat sianosis sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak terjadi pada awal terinfeksi penyakit, tetapi setelah beberapa hari menjadi produktif dan kering. Pada pemeriksaan perkusi tidak terdapat kesenjangan dan pada saat auskultasi kemungkinan terdengar bunyi ronchi basah nyaring halus atau sedang (Riyadi & Sukarmin, 2016) dalam (Andriyani , et al., 2021).
3) Riwayat kesehatan lalu
Pengkajian mengenai riwayat kesehatan masa lalu mengenai pengalaman sakit yang pernah di alami, riwayat masuk rumah sakit, pemakaian obat, dosis yang digunakan serta cara pemakaian obat.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian mengenai riwayat kesehatan yang dimiliki oleh anggota keluarga, apakah mempunyai penyakit yang sama seperti yang di derita oleh pasien, riwayat penyakit degenerative dan menular (Hidayat,2016) dalam (Andriyani , et al., 2021).
d. Pemeriksaan Pola Gordon
1) Pola presepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Presepsi yang sering diungkapkan oleh orang tua yang beranggapan walaupun anaknya batuk masih menganggap belum terjadi masalah serius, biasanya orangtua baru menganggap anaknya terkena masalah serius ketika disertai sesak napas (Riyadi &
Sukarmin,2015) dalam (Andriyani , et al., 2021).
2) Pola metabolik nutrisi
Anak dengan masalah bronkopneumonia rentan mengalami penurunan nafsu makan, anoreksia, mual, dan muntah akibat dari peningkatan agen toksik.
3) Pola eliminasi
Anak dengan bronkopneumonia rentan mengalami defisiensi volume urine karena perpindahan cairan atau karena evaporasi akibat demam.
4) Pola istirahat dan tidur
Anak dengan bronkopneumonia mengalami gangguan tidur akibat sesak napas. Keadaan umum anak tampak lemah, kerap kali menguap, mata tampak merah dan sering gelisah pada malam hari.
5) Pola aktivitas Latihan
Anak dengan bronkopneumonia rentan mengalami penurunan aktivitas akibat kelemahan fisik, anak lebih sering digendong orangtua dan bedrest (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani , et al., 2021).
6) Pola kognitif-presepsi
Anak dengan masalah bronkopneumonia mengalami penurunan fungsi kognitif karena penurunan intake nutrisi dan oksigen ke otak.
7) Pola prespsi diri-konsep diri
Anak dengan bronkopneumonia mengalami ansietas terhadap kehadiran orang lain, anak tampak kurang bersahabat dengan lingkungan sekitar dan enggan bermain.
8) Pola peran hubungan
Anak dengan masalah bronkopneumonia akan lebih sering berdiam diri, enggan bersosialisasi dan lebih banyak beinteraksi dengan orangtuanya.
9) Pola toleransi stress-koping
Anak dengan bronkopneumonia dalam mengalami stress akan lebih sering menangis dan gelisah.
10) Pola nilai keyakinan
Nilai keyakinan meningkat setelah anak sembuh dan mendapatkan sumber kesehatan.
e. Pertumbuhan dan perkembangan 1) Pertumbuhan
a) Berat badan b) Panjang badan 2) Perkembangan
a) Perkembangan motorik halus b) Perkembangan motoik kasar c) Perkembangan bahasa
d) Perkembangan emosi dan hubungan sosial f. Riwayat imunisasi
Imunisasi merupakan sebuah metode meningkatkan kekebalan tubuh terhadap invasi bakteri dan virus yang mengakibatkan infeksi sebelum bakteri dan virus tersebut mempunyai kesempatan menyerang tubuh kita. Melalui imunisasi, tubuh akan terlindungi dari infeksi bakteri dan virus begitupun orang lain tidak akan tertular (Marni & Rhardjo, 2018) dalam (Andriyani , et al., 2021).
g. Data psikososial
Berisi pengkajian yang meliputi masalah psikologis yang di alami pasien atau keluarga pasien yang berhubungan dengan keadaan sosial maupun keluarga (Hidayat, 2015) dalam (Andriyani , et al., 2021).
35
e. Pemeriksaan fisik 1) Keadaam umum
Anak dengan bronkopneumonia tampak sesak (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani , et al., 2021).
2) Tingkat kesadaran
Kesadaran normal, latergi, stupor, koma, apatis tergantung keparahan penyakit (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani , et al., 2021).
3) Tanda-tanda vital
a) Frekuensi nadi dan tekanan darah: Takikardi dan hipertensi.
b) Frekuensi pernapasan: Takipnea, dipsnea, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan dan pelebaran nasal.
c) Suhu tubuh: hipertermi akibat reaksi toksik mikroorganisme (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani , et al., 2021).
4) Pemeriksaan Head To Toe a) Kepala
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan, palpasi tengkorak, periksa kebersihan kulit kepala, lesi, kerontokan, dan perubahan warna. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani , et al., 2021).
b) Wajah
Pemeriksaan wajah yang dilakukan dapat dilihat adanya asimetris atau tidak, kemudian menilai adanya pembengkakan daerah wajah. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut.
c) Mata
Kaji bentuk mata dan kesimtersian mata, pemeriksaan pada konjungtiva dan sklera, reflek pupil terhadap cahaya, pengeluaran air mata, struktur kelopak mata, tidak ada keluhan pada mata. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut.
d) Telinga
Kaji bentuk telinga, letak pina, kebersihan, fungsi pendengaran, lesi ataupun edema. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut.
e) Hidung
Pemeriksaan hidung untuk menilai adanya kelainan bentuk, kebersihan, distribusi bulu hidung, pernapasan cuping hidung, ada tidaknya epitkais. Anak dengan masalah bronkopneumonia ditemukan pernapasan cuping hidung (Wulandari & Erawati, 2016) dalam (Andriyani , et al., 2021).
f) Leher
Kaji bentuk leher, letak trachea, peningkatan jugularis vena pressure (JVP), pembesaran kelenjar getah bening, reflek menelan. Anak dengan bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut.
g) Mulut dan kerongkongan
Kaji bentuk bibir, warna, mukosa bibir, warna bibir, ada tidaknya labiopalatoskizis, kebersihan mulut, keadaan lidah, pembengkakan tonsil, lesi. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani , et al., 2021).
h) Dada
• Inspeksi
Frekuensi napas, kedalaman dan kesulitan bernapas meliputi takipnea, pernapasan dangkal, rektraksi dinding dada, pectus ekskavatun (dada corong), paktus karinatum (dada burung), barrel chest.
• Paplasi
Adanya nyeri tekan, massa, vocal premitus
• Perkusi
Pekak akibat penumpukan cairan, normalnya timpani
(terisi udara) resonasi.
• Auskultasi
Ditemukan suara pernapasan tambahan ronci pernapasan pada sepertiga akhir inspirasi (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani , et al., 2021).
i) Perut
Kaji bentuk perut, warna, struktur dan tekstur perut, ada tidaknya hernia umbilicalis, pengeluaran cairan, frekuensi bising usus, massa, pembesaran hati dan ginjal, nyeri tekan.
Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut.
j) Punggung
Kaji bentuk punggung, lesi, kelainan pada tulang. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut.
k) Genetalia
Pemeriksaan ukuran penis, testis, letak uretra, ada atau tidaknya lesi dan inflamasi. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut.
l) Anus
Kaji lubang anus, ada tidaknya benjolan, kondisi kulit perianal, lesi. Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada organ tersebut.
m) Ekstremitas
Anak dengan masalah bronkopneumonia tidak mengalami masalah pada ekstremitas.
n) Kuku dan kulit
Kulit tampak sianosis, teraba panas dan turgor menurun akibat dehidrasi (Riyadi & Sukarmin, 2015) dalam (Andriyani , et al., 2021).
2. Analisa Data
Tabel 2.1 Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS:
- Dipsnea - Sulit bicara - Ortopnea DO:
- Tidak mampu batuk - Sputum berlebih - Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering
- Frekuensi napas berubah
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilius Influenzae Saluran pernapasan atas
Bersihan jalan napas tidak efektif
Kuman berlebih dibonkus
Proses Inflamasi
Akumulasi secret dibronkus Bersihan jalan napas
tidak efektif 2. DS:
- Dipsnea - Ortopnea
Infeksi saluran pernapasan atas
Pola napas tidak efektif
DO:
- Penggunaan otot bantu napas - Pola napas
abnormal (takipnea, bradypnea,
hiperventilasi) - Pernapasan cuping
hidung
Edema antara kapiler dan alveoli
Iritasi, eritrosit pecah Edema paru Pengerasan dinding paru
41 Complinance paru ↓
Suplai O2 ↓
Hiperventilasi Dipsneu Retraksi dada/ PCH
Pola napas tidak efektif 3 DS:
- Dipsnea - Pusing
- Penglihatan kabur DO:
- PCO₂
meningkat/menurun - PO₂ menurun - Bunyi napas
tambahan - Gelisah
- Kesadaran menurun - sianosis
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilius Influenzae
Gangguan pertukaran gas
Saluran pernapasan atas
Infeksi saluran pernapasan atas
Dilatasi PD
Eksudat plasma masuk ke alveoli
Gangguan difusi dalam plasma
Gangguan pertukaran gas
4. DS:
- Merasa lemas - Mengeluh haus DO:
- Frekuensi nadi meningkat - Nadi teraba
melemah
- Membrane mukosa kering
- Volume urine menurun
Bakteri Stafilokokus aureus
Bakteri Haemofilius Influenzae
Hipovolemia
Saluran pernapasan atas Kuman terbawa ke
sal.pencernaan Infeksi sal.pencernaan Eksudat plasma masuk ke
alveoli Peristaltik usus ↑
Malabsorbsi Diare Hipovolemia 5. DS: -
DO:
- Suhu tubuh diatas nilai normal - Kulit merah - Kejang - Takikardi - Takipnea
- Kulit terasa hangat
Suhu ↑ Hipertemia
Septikemia Metabolisme ↑
Evavorasi ↑
Hipertemia
6. DS:
- Cepat kenyang setelah makan - Nafsu makan
menurun Kulit terasa hangat DO:
- Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal - Bising usus
hiperaktif - Diare
- Membrane mukosa pucat
Akumulasi secret dibronkus
Defisit Nutrisi
Mucus bronkus meningkat
Bau mulut tidak sedap
Anoreksia
Intake kurang Defisit Nutrisi
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang individu sebagai sebab dan masalah kesehatan. Diagnosa keperawatan dapat dilihat dari pekemabangan status kesehatan pasien, diagnose dapat dikategorikan menjadi actual, potensial, resiko, dan kemungkinan. Aktual adalah diagnose keperawatan yang mengutamakan penilaian klinik yang harus di identifikasi karena terdapat Batasan karakteristik mayor. Potensial adalah diagnose keperawatan yang menggambarkan keadaan pasien kearah kekuatan pasien. Resiko merupakan diagnose keperawatan yang mengemukakan keadaan klinis pasien yang memerlukan data tambahan sebagai penunjang yang akurat (Hrayani,Hardani, & Thoyibh, 2020) dalam (Andriyani , et al., 2021).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan masalah bronkopneumonia menurut (PPNI, 2018).
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus berlebih b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
d. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif e. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
f. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
4. Intervensi Keperawatan
Perencanaan (intervensi) keperawatan merupakan langkah dari seluruh proses keperawatan yang telah dirumuskan dalam sebuah asuhan keperawatan. Perencanaan keperawatan merupakan tahap ke tiga dari sebuah proses keperawatan. Bermacam tahapan disusun dan direncanakan agar dapat membantu pasien dalam mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak dari respon yang diakibatkan dari masalah kesehatan (Andriyani , et al., 2021).
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan No. Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional 1. Bersihan jalan napas
tidak efektif
berhubungan dengan mukus berlebih
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … jam diharapkan bersihan jalan napas meningkat.
Dengan kriteria hasil:
1) Produksi sputum menurun 2) Dipsnea
menurun 3) Frekuensi
napas membaik
Observasi 1) Monitor
kecepatan, irama, dan frekuensi pernapasan 2) Monitor bunyi
napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
weezing, ronkhi kering)
Observasi
1) untuk mengetahui ada tidaknya suara nafas tambahan 2) Penurunan bunyi
napas indikasi atelaksis, ronki indikasi akumulasi sekret atau ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat
3) Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronkhial yang memerlukan
evaluasi/intervensi lanjut
Terapeutik 1) Meningkankan
ekspansi paru dan memudahkan
pernapasan 2) Memberikan
kelembaban pada membrane mukosa, dan membantu pengenceran sekret 3) Inhalasi sederhana
untuk meleberkan jalan napas
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Kaji keadaan umum pasien
Terapeutik 1) Posisikan semi-
fowler atau fowler
2) Berikan minum hangat
3) Lakukan
fisioterapi dada, jika perlu
4) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
5) Berikan oksigen jika perlu
Edukasi 1) Anjurkan
asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi 2) Ajarkan teknik
batuk efektif jika perlu
4) Menurunkan
kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial berguna jika terjadi hipoksia pada kavitas yang luas
5) Membantu
memenuhi kebutuhan oksigen dan meringankan sesak napas
Edukasi
1) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan 2) Membantu
mengeluarkan dahak yang tertahan Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu
Kolaborasi
1) Memperlancar aliran udara dari dan ke paru-paru sehingga membuat pernapasan lebih mudah
2. Pola napas tidak efektif behubungan dengan hambatan upaya napas
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama … jam pola napas membaik.
Dengan kriteria hasil:
1) Penggunaan otot bantu napas menurun 2) Pernapasan
cuping hidung menurun
Observasi
1) Monitor pola napas
(frekuensi, usaha napas)
Observasi
1) Penurunan bunyi napas indikasi atelaksis, ronki indikasi akumulasi sekret atau ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat
2) Ronkhi dan wheezing menyertai obstruksi jalan 2) Monitor bunyi
napas tambahan (mis, gurgling,