BAB III. METODE PENELITIAN
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data merupakan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif (Darmawan & Hamid, 2015:73).
Dalam melaksanakan penelitian ini jenis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, berupa data yang diperoleh dari PT. Bank Syariah Mandiri KC Makassar mengenai Revenue sharing (bagi hasil) Mudharabah data tersebut diperoleh dari hasil wawancara yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Sumber Data
Sumber data merupakan data yang bersumber dari mana data itu diperoleh (Darmawan & Hamid, 2015:73). Sumber data dalam penelitian ini yaitudata primer dan data sekunder berupa data yang diperoleh dari lembaga dan referensi berbagai macam sumber yang berhubungan
dengan objek penelitian mengenai data tentang prinsip revenue sharing (bagi hasil) mudharabah yang telah diolah dan didapatkan lewat dokumen- dokumen.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam memperoleh data penelitian, yaitu:
1. Penelitian kepustakaan
Metode ini merupakan suatu bentuk penelitian yang dilakukan penulis dengan cara memperoleh data dari pihak perusahaan dengan langsung ke pihak perusahaan atau berbagai literature, surat kabar, dan buku-buku dapat digunakan sebagai landasan teoritis.
2. Wawancara
Suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara mengunjungi langsung perusahaan tersebut, untuk mendapatkan data dan informasi lengkap sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis. Teknik dokumentasi dilakukan dengan carapengumpulan data melalui peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
F. METODE ANALISIS
Metode yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data-data yang telah diperoleh, dihimpun dan diolah dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif merupakan metode
analisis dengan membandingkan keadaan dan data-data perusahaan yang ada baik itu berupa data primer yaitu data yang berasal dari wawancara dan pengamatan langsung ke lapangan atau perusahaan dan data sekunder yaitu data-data yang berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi, laporan keuangan dan data pendukung lainnya.
31 A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
1. Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri
Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak aawal pendiriannya.
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang di domoinasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan merestrukturisasi dan merekapitalisme sebagian bank-bank di Indonesia.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, Dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah dikelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respons atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Tim pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris : Sutjipto,SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia Melalui SK Gubernur BI No. 1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.
1/1/KEP.DSG/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan niai-nilai rohani, inilah yang melandasi kegiatan operasionalnya,. Harmoni ini antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank
Syariah Mandiri dalam kiprahnya diperbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia yang lebih baik.
2. Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri a. Visi
1) Untuk Nasabah
BSM merupakan bank pilihan yang memberikan manfaat, menenteramkan dan memakmurkan.
2) Untuk Pegawai
BSM merupakan bank yang menyediakan kesempatan untuk beramanah sekaligus berkarir profesional.
3) Untuk Investor
Institusi keuangan syariah Indonesia yang terpecaya yang terus memberikan value berkesenimbungan.
b. Misi
1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesenimbungan.
2) Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang melampaui harapan nasabah.
3) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen ritel.
4) Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.
5) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat.
6) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.
3. Produk PT. Bank Mandiri Syariah
Setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan atau pembiayaan pasti memiliki produk-produk atau jenis layanan yang bisa ditawarkan ke nasabahnya. Dalam hal ini bank mandiri syariah sebagai perbankan yang berlandaskan syariah memiliki produk-produk yang notabenenya sesuai dengan asas-asas dan hukum syariah. Berikut ini merupakan produk-produk yang ditawarkan bank mandiri syariah yang ditawarkan kepada nasabah berdasarkan yang diperoleh dari proses wawancara kepada informan yakni ibu berinisial M :
a. Produk Pembiayaan
Sistem pembiayaan BSM menempatkan nasabah sebagai mitra BSM dalam berwirausaha, sehingga posisi bank sebagai pemilik dana dan nasabah sebagai peminjam adalah sejajar. BSM menyediakan beberapa produk-produk pembiayaan yang digunakan dalam bank syariah mandiri yaitu:
BSM Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh pihak bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.
BSM Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan khusus untuk modal kerja, di mana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.
BSM Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara antara bank dan
nasabah. Bank memiliki barang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Dapat dipergunakan untuk keperluan usaha (investasi, modal kerja) dan pembiayaan konsumer.
BSM Pembiayaan Istishna
Pembiayaan pengadaan barang dengan skema istishna adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, dan panjang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan barang (obyek istishna), dimana masa angsuran melebihi periode pengadaan barang (goods in process fi) dan bank mengakui pendapatan yang menjadi haknya pada periode ansuran, baik pada saat pengadaan berdasarkan persentase penyerahan barang, maupun setelah barang selesai dikerjakan.
b. Produk Jasa
Dalam bank syariah mandiri terdapat beberapa produk-produk jasa yang disediakan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan transaksi jasa perbankan yang dibutuhkan dan dapat mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi. Berikut produk-produk yang ditawarkan oleh bank syariah mandiri:
1) BSM Net Banking
BSM Net Banking adalah Layanan transaksi perbankan (Non Tunai) melalui internet dengan menggunakan perangkat lunak browser pada komputer atau perangkat lainnya yang memungkinkan untuk mengakses internet. Nasabah dapat
melakukan transaksi seperti cek saldo, cek mutasi transaksi BSM Net, transfer antar rekening BSM, transfer antar Bank secara online dan real time, transfer tunai (PT Pos), pembayaran tagihan dan pembelian isi ulang pulsa handphone dan pembelian token serta transaksi lainnya.
2) BSM Mobile Banking
BSM Mobile Banking merupakan produk layanan perbankan melalu saluran distribusi elektronik Bank untuk mengakses rekening yang dimiliki nasabah di bank melalui jaringan komunikasi dengan sarana telpon seluler (ponsel) yang memberikan kemudahan untuk melakukan berbagai transaksi perbankan dimana saja dan kapan saja. Dalam Mobile Banking nasabah dapat melakukan transaksi seperti Informasi rekening, transaksi transfer, transaksi pembayaran, transaksi pembelian, Ziswaf, buka rekening, tarik tunai dan transaksi lainnya.
3) BSM Card
BSM Card merupakan untuk melakukan transaksi penarikan, pembayaran, dan pemindah bukuan dana pada ATM BSM, ATM Mandiri ATM bersama, maupun ATM Bank Card. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai kartu debit yang dapat digunakan untuk transaksi belanja dan merchant-merchant yang berlogokan “gunakan BSM Card Anda Disini”
c. Produk Pendanaan 1) Tabungan BSM
Tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan setorannya
dapat dilakukan setiap saat jam kas dibuka pada counter atau melalui ATM.
2) BSM Tabungan Simpatik
Tabungan menggunakan akad wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yag telah disepakati keduanya.
3) BSM Tabungan Berencana
Tabungan berjangka yang memberikan bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan.
4) BSM Tabunganku
Tabungan perorangan dengan syarat mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia yang bertujuan untuk menghidupkan budaya gemar menabung demi mensejahterakan masyarakat.
5) BSM Deposito
Investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah.
6) BSM Giro
Sarana pemyimpanan dana dalam mata uang rupiah untuk untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad-dhamanah.
4. Tata nilai PT. Bank Syariah Mandiri
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi BSM, insan-insa BSM perlu menerapkan nilai-nilai yang relatif seragam. Insan-insan BSM telah menemukan dan menyepakati nilai-nilai dimaksud, yang kemudian
disebut BSM Shared values. Nilai bersama BSM tersebut adalah AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) a. Amanah
Memegang teguh kepercayaan yang diberikan.
b. Kompeten
Cakap, terus belajar dang mengembangkan kapabilitas.
c. Harmonis
Keserasian, saling peduli dan menghargai perbedaan.
d. Loyal
Berdedikasi setia dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
e. Adaptif
Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan maupun menghadapi perubahan.
f. Kolaboratif
Membangun kerja sama yang sinergis
5. Struktur organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Marketing
Pembiayaan Funding Pawning
RBRM(Retail Banking Relationship
Manager
FTS (Funding and
Transaction Staf
Pawning Officer
Pawning Administrasion Staf
Operation
BOSM (Branch Office Service
Manager
CSO(Customer Service Officer Head Teller
RBR (Retail Banking Representation
CSR (Customer Service Representative)
Teller Branch Manager
B. DESKRIPSI INFORMAN
Tabel 4.1
DESKRIPSI INFORMAN
No Nama Usia Jabatan Lama
Bekerja
Peran
1 Mentari 28 Customer
Service
3 Tahun Informan
Sumber: Data Diolah Penulis
C. HASIL PENELITIAN
1. Penerapan Prosedur Pembiayaan Mudharabah
Akad mudharabah merupakan salah satu produk bagi hasil yang terdapat perbankan syariah. Menurut Djoko Moljono (2015:67) Mudharabah adalah kerja sama antara dua atau lebih dari pihak pemilik modal (shahibul mal), yang mempercayakan sejumlah modal dengan kontribusi seratus persen modal kepada pengelola (mudharib). Sedangkan menurut informan pada saat wawancara mengatakan bahwa Mudharabah itu kerja sama antara dua orang atau lebih dimana pemilik modal ini mempercayakan modalnya untuk dikelolah oleh bank kemudian dana tersebut disalurkan kepada pemohon dana yang biasanya ada seorang pengusaha yang baru merintis usahanya mereka memohon dana untuk menjalankan usaha yang baru dirintis tersebut.
Akad mudharabah biasanya dipakai baik dalam pengumpulan dana (funding) maupun penyaluran dana (financing). Dari segi funding, akad mudharabah ini dapat berbentuk produk giro, tabungan, atau deposito.
Segi funding inilah yang akan muncul pada sisi liabilities neraca bank
dalam bentuk dana pihak ketiga. Sedangkan di sisi financing, bank syariah menyalurkan dana yang telah terkumpul dari dana pihak ketiga tersebut ke berbagai sektor usaha dalam berbagai bentuk produk pembiayaan (salah satunya adalah pembiayaan mudharabah). Segi financing inilah yang akan muncul pada sisi asset neraca bank dalam bentuk earning asset. Earning inilah yang menjadi sumber pendapatan bank, yang pada gilirannya akan dibagi hasil kan oleh bank kepada nasabah pihak ketiga (pemilik rekening giro, deposito, atau tabungan).
Dilansir dari laporan tahunan bank syariah mandiri 2019 apabila pembiayaan mudharabah mengalami penurunan nilai akibat hilang, rusak, atau faktor lain sebelum dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka rugi tersebut mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan diakui sebagai kerugian bank. Apabila pembiayaan mudharabah mengalami penurunan nilai akibat hilang, rusak, atau faktor lain setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana maka kerugian penurunan nilai tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. Kerugian pembiayaan mudharabah akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi pembiayaan mudharabah.
Berdasarkan hasil wawancara (tanggal 4 oktober) oleh informan yang berinisial M yang menjabat sebagai Customer Service mengatakan bahwa pembiayaan mudharabah dimulai ketika seorang nasabah yang bertindak sebagai pihak mudharib atau pemilik dana menyimpan dana di bank syariah mandiri lalu bank syariah mandiri sebagai shahibul mal atau
pengelola dana memutuskan untuk mengelola dana yang disimpan oleh nasabah tersebut, setelah itu ada nasabah yang bertindak sebagai pihak ketiga yang membutuhkan dana. Pihak ketiga disini biasanya adalah seorang pengusaha yang sedang merintis usahanya dan memerlukan dana untuk mengembangkan usahanya agar lebih maju. Setelah pihak ketiga mengajukan permohonan dana kepada bank syariah sebagai pihak kedua atau perantara, kemudian terjadilah akad atau perjanjian antara bank syariah mandiri sebagai pemberi dana dan pihak ketiga sebagai pemohon dana.
Setelah terjadi akad antara bank syariah sebagai pemberi dana dan pihak ketiga sebagai pemohon dana, dana kemudian dicairkan kepada pihak ketiga yang kemudian akan digunakan untuk membangun usahanya, tapi di sisi lain pihak bank mandiri syariah harus memastikan bahwa dana tersebut betul-betul digunakan untuk kepentingan usaha bukan untuk kepentingan lain, seperti contoh jika pengusaha atau pihak ketiga ingin membeli kendaraan demi menunjang kelancaran usahanya maka bank syariah akan memastikan bahwa dana yang dicairkan tersebut betul-betul digunakan untuk membeli kendaraan dan bank syariah sendiri yang akan membelikan secara langsung kendaraan tersebut dan pihak ketiga akan membayar secara bertahap atau angsuran sesuai dengan perjanjian dengan pihak bank syariah.
2. Penerapan Revenue Sharing Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri KC Makassar
Suatu bank yang menggunakan sistem bagi hasil berdasarkan revenue sharing ialah bagi hasil yang akan didistribusikan dihitung dari
total pendapatan bank sebelum dikurangi biaya bank, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana akan untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang nyatanya justru mampu memberikan hasil yang optimal, sehingga akan berdampak kepada. peningkatan total dana kepada pihak ketiga dengan cepat harus mampu diimbangi dengan penyalurannya dalam berbagai bentuk produk aset yang menarik, layak dan mampu memberikan profitabilitas yang maksimal (Meta Tridiana 2017:19).
Berdasarkan informasi yang didapat dari hasil wawancara informan yang berinisial M menyatakan bahwa Sistem revenue adalah sistem bagi hasil yang dihitung dari jumlah pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana. Revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank. Bank mandiri syariah mempublikasikan sistem pada masyarakat dengan istilah revenue sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari Jumlah pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana. Lebih jelasnya revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi
hasil untuk produk pendanaan bank.
Berdasarkan hasil wawancara oleh informan berinisial M mengatakan bahwa Revenue sharing ini dimulai Ketika nasabah yang bertindak sebagai shahibul mal menyimpan dana di bank, lalu pihak bank sebagai mudharib yang mengelola dana tersebut kemudian memberi pinjaman kepada nasabah yang membutuhkan dana yang biasanya adalah seorang pengusaha yang baru ingin merintis usahanya dan menggunakan dana tersebut sebagai modal usaha setelah pihak ketiga mengajukan permohonan dana kepada bank syariah sebagai pihak kedua atau perantara, kemudian terjadilah akad atau perjanjian antara bank syariah mandiri sebagai pemberi dana dan pihak ketiga sebagai pemohon dana.
Kemudian dari pelunasan yang dilakukan oleh nasabah yang meminjam dana tersebut baik itu pelunasan secara kredit maupun secara langsung akan menimbulkan margin atau pendapatan bagi bank atau pengelola dana. Disinilah proses pembagian hasil revenue sharing terjadi bank akan langsung membagi hasil pendapatan tersebut sebelum dikurangi beban operasional seperti beban pajak dan beban lainnya sesuai atas nisbah yang ditentukan.
Dilansir dari laporan tahunan 2019 bank mandiri syariah jumlah pendapatan marjin dan bagi hasil atas pembiayaan yang diberikan dana atas aset produktif lainnya akan dibagikan kepada nasabah penyimpan dana dan bank, dihitung secara proporsional sesuai dengan alokasi dana nasabah dan bank yang dipakai dalam pembiayaan yang diberikan dan aset produktif lainnya yang disalurkan. Selanjutnya, jumlah pendapatan marjin dan bagi hasil yang tersedia untuk nasabah tersebut kemudian
dibagi hasilkan ke nasabah penabung dan deposan sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib sesuai dengan porsi nisbah bagi hasil yang telah disepakati bersama sebelumnya. Pendapatan marjin dan bagi hasil dari pembiayaan dan aset produktif lainnya yang memakai dana bank, seluruhnya menjadi milik bank, termasuk pendapatan dari transaksi bank berbasis imbalan.
3. Perhitungan bagi hasil pada bank Mandiri Syariah KC makassar Dalam pembiayaan mudharabah di Bank syariah Mandiri menggunakan prinsip bagi hasil dalam pelaksanaanya. Langkah-langkah dalam perhitungan bagi hasil yaitu
a. Penentuan nisbah
Penetapan nisbah bagi hasil untuk tabungan Mudharabah dalam Bank Mandiri Syariah Kc Makassar adalah untuk nasabah dengan saldo dibawah Rp. 100.000.000,- maka nisbah bagi hasilnya 12:88, untuk nasabah 12% dan bank 88%, sedangkan nasabah dengan saldo di atas Rp 100.000.000,- maka nisbah bagi hasilnya 17:83, untuk nasabah 17% dan bank 83%.
b. Menghitung saldo rata-rata tabungan masing-masing nasabah
Penentuan nisbah dan perhitungan bagi hasil pada mudharabah didasarkan pada :
1) Besarnya nisbah didasarkan pada kesepakatan bersama
2) Perhitungan bagi hasil akan dilakukan atas dasar saldo rata-rata 3) Bagi hasil akan dibayarkan setiap bulan
Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan bagi hasil pada bank mandiri syariah KC Makassar :
X X =
Berikut ini perhitungan bagi hasil di bank mandiri syariah KC Makassar yang diberikan oleh informan ibu M pada saat proses wawancara:
Bapak Sarman menyimpan/menabung dana di PT. Bank Mandiri Syariah KC Makassar pada bulan Agustus 2019 saldo rata-rata tabungan sebesar Rp 1.000.000.- , nisbah bagi hasil (nisbah) antara bank dan nasabah adalah 83:17 , 83% untuk bank dan 17% untuk nasabah.
Adapun saldo rata-rata tabungan seluruh nasabah BSM pada bulan Agustus sebesar Rp 2.000.000.000.-, pendapatan bank yang dibagi hasilkan untuk nasabah tabungan Rp 200.000.000.-. Maka nasabah memperoleh bagi hasil:
Diketahui:
Saldo rata-rata simpan nasabah : Rp 1.000.000 Perbandingan bagi hasil (nisbah) : 83:17
Saldo rata-rata seluruh simpanan sejenis : Rp 2.000.000.000 Pendapatan bank yang yang dibagi hasilkan : Rp 200.000.000 Adapun perhitungan bagi hasil sebagai berikut:
Rp 1.000.000 X Rp 200.000.000 X 17%
Rp 2.000.000.000
= Rp 0,0005 X Rp 200.000.000 X 17%
= Rp 100.000 X 17% = 17.000 ( sebelum dipotong pajak)
Saldo rata-rata Simpanan nasabah
Saldo rata-rata seluruh simpanan sejenis
Total pendapatan distribusi bagi
hasil untuk simpanan sejenis
Nisbah bagi hasil
Keuntungan atas bagi hasil
Maka, bagi hasil yang diterima pak Sarman sebesar Rp. 17.000.
4. Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri
Adapun pembiayaan mudharabah bank syariah mandiri yang dikutip dari laporan tahunan 2019 sebagai berikut:
a. Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Sektor Ekonomi, Mata Uang, Dan Kolektibilitas
(Dinyatakan Dalam Bentuk Rupiah)
Tahun 2019
Rupiah
Lancar
Perhatian Khusus
Kurang
Lancar Diragukan Macet Jumlah
Perdagangan 62.613 - - - - 62.613
Jasa dunia usaha 943 - - - - 943
Konstruksi 5.630 - - - - 5.630
Pertanian 6.457 - - - - 6.457
Listrik, gas, dan air - - - -
Lain-lain 1.642.584 2.194 3.089 405 4.235 1.652.507 Jumlah pembiayaan
Mudharabah 1.718.227 2.194 3.089 405 4.235 1.728.150 Penyisihan kerugian (16.850) (99) (347) (203) (4.235) (21.734 ) Bersih 1.701.377 2.095 2.742 202 - 1.706.416
Tahun 2018
Rupiah
Lancar
Perhatian Khusus
Kurang
Lancar Diragukan Macet Jumlah
Perdagangan 183.915 - - 55 - 183.970
Jasa dunia usaha 744 - - - - 744
Konstruksi 6.271 - - - - 6.271
Pertanian 10.037 20 - - 20 10.077
Listrik, gas, dan air 1.091 - - - - 1.091
Lain-lain 3.038.823 7.717 2.301 14.958 7.078 3.070.877 Jumlah pembiayaan
Mudharabah 3.240.881 7.737 2.301 15.013 7.098 3.273.030 Penyisihan kerugian (31.790) (376) (247) (6.914) (7.098) (46.425) Bersih 3.209.091 7.361 2.054 8.099 - 3.226.605
b. Pembiayaan mudharabah Berdasarkan Jangka Waktu (Dinyatakan Dalam Bentuk Rupiah)
Rupiah
2019 2018
Sampai dengan 1 tahun 3.206 27.130
Lebih dari 1 - 2 tahun 95.246 137.885
Lebih dari 2 - 5 tahun 1.191.258 2.539.192
Lebih dari 5 tahun 438.440 568.823
Jumlah pembiayaan mudharabah 1.728.150 3.273.030
Penyisihan kerugian (21.734) (46.425)
Bersih 1.706.416 3.226.605
c. Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Sisa Umur Jatuh Tempo (Dinyatakan Dalam Bentuk Rupiah)
2019 2018 Rupiah
Sampai dengan 1 tahun 392.129 487.890
Lebih dari 1 - 2 tahun 896.807 1.029.946
Lebih dari 2 - 5 tahun 272.592 1.577.986
Lebih dari 5 tahun 166.622 177.208
Jumlah pembiayaan mudharabah 1.728.150 3.273.030