BAB VI STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH, TUJUAN, PERAN DAN
C. K EDUDUKAN DAN P ERAN K EPALA S EKOLAH DALAM S TRUKTUR
C. Kedudukan dan Peran Kepala Sekolah dalam
Kurikuler (TK); dan (4) Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran.
Tujuan pendidikan nasional merupakan sasaran akhir yang harus dicapai oleh setiap proses pendidikan dan dijadikan pedoman oleh setiap institusi pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Artinya, setiap lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan non-formal dalam menyelenggarakan proses pendidikan harus senantiasa berorientasi pada tujuan pendidikan nasional sebagaimana dimuat dalam undang-undang pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku ideal sesuai falsafah hidup suatu bangsa yang dirumuskan oleh sebuah negara dalam bentuk undang- undang.
Selanjutnya tujuan institusional adalah tujuan kelembagaan, yakni tujuan yang ingin dicapai oleh setiap lembaga (institusi) pendidikan. Atau dapat pula dikatakan bahwa tujuan institusional adalah kualifikasi yang harus dimiliki oleh seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan di sebuah lembaga pendidikan tertentu. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa tujuan institusional ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, seperti lembaga pendidikan dasar, menengah, dan lembaga pendidikan tinggi.
Tujuan kurikuler merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap bidang studi atau tujuan yang hendak dicapai oleh setiap mata pelajaran. Misalanya, mata pelajaran Pancasila tentu memiliki tujuan kurikuler yang berbeda dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan berbeda pula dengan tujuan mata pelajaran Sejarah, dan begitu seterusnya. Berangkat dari pemahaman tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa tujuan kurikuler merupakan kualifikasi yang
harus dimiliki oleh seorang siswa setelah mereka selesai mempelajari suatu mata pelajaran tertentu.
Sementara tujuan instruksional merupakan tujuan yang paling khusus, di antara tujuan-tujuan pendidikan yang lain, yakni tujuan yang hendak dicapai oleh setiap satu kali tatap muka (setiap satu unit lesson). Atau dengan bahasa lainnya dapat dikatakan bahwa tujuan isntruksional adalah kualifikasi yang hendak dimiliki oleh setiap siswa setelah selesai mempelajari satu pokok bahasan tertentu dalam satu kali pertemuan. Tujuan ini biasanya dirumuskan oleh guru pengajar masing-masing bidang studi, dengan alasan karena guru yang paling memahami atmosfir akademik yang ada di lingkungan sekolah bersangkutan, termasuk karakteristik para siswanya. Untuk memahami lebih jelas tentang hubungan setiap klasifikasi tujuan pendidikan dari tujuan pendidikan nasional sampai tujuan instruksional dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Bagan 5.1
Arah Penjabaran dan Pencapaian Tujuan Pendidikan
Dengan mengacu pada gambar bagan di atas dapat dinarasikan bahwa tujuan pendidikan nasional yang masih bersifat sangat umum dalam praktik pembelajaran harus dijabarkan ke dalam tujuan pendidikan yang lebih spesifik, yakni ke dalam tujuan institusional atau tujuan kelembagaan. Selanjutnya, tujun institusional dijabarkan lagi ke dalam tujuan yang lebih spesifik, yakni ke dalam tujuan kurikuler, yakni tujuan yang hendak dicapai oleh setiap mata pelajaran. Demikian pula tujuan kurikuler harus dijabarkan lebih lanjut ke dalam tujuan pembelajaran atau ke dalam tujuan instruksional, sehingga dengan mudah dapat diukur dan dievaluasi tahap pencapaiannya. Berdasarkan uraian tentang kedudukan kepala sekolah dan upaya pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana dijelaskan pada uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa tugas seorang kepala sekolah sangatlah berat. Oleh karena itu seorang kepala sekolah sebelum ditetapkan sebagai kepala sekolah haruslah memenuhi persyaratan tertentu, sebagaimana diatur dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007 sebagai berikut.
Kepala sekolah/Madrasah harus memiliki kualifikasi umum sebagai berikut. (1) memilikikualifikasi akademik sarjana strata satu (S-1) atau diploma empat (D-4) kependidikan atau non- kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi; (2) pada saat diangkat menjadi kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 57 tahun;
(3) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing, kecuali di Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) harus memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan (4) memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan
kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.
Selain kualifikasi umum, seseorang yang akan diangkat menjadi Kepala Sekolah/Madrasah juga dituntut memiliki kualifikasi khusus sebagai berikut.
1. Kepala TK/RA harus memiliki kualifikasi khusus antara lain: (1) Berstatus sebagai guru TK/RA; (2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/RA; dan (3) Memiliki sertifikat kapala TK/RA yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
2. Kepala Sekolah Dasar/Madrasah Iptidayah (SD/MI) harus memiliki kualifikasi khusus sebagai berikut. (1) Berstatus sebagai guru SD/MI; (2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI; dan (3) Memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
3. Kepala Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) harus memiliki kualifikasi khusus sebagai berikut. (1) Berstatus sebagai guru SMP/MTs; (2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs; dan (3) Memiliki sertifikat sebagai kepala SMP/MTs yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
4. Kepala sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) harus memiliki kualifikasi khusus sebagai berikut. (1) Berstatus sebagai guru SMA/MA; (2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMA/MA; dan (3) Memiliki sertifikat pendidik sebagai Kepala SMA/MA yang diterbitkan oleh lembaga yan ditetapkan pemerntah.
5. Kepala Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) harus memiliki kualifikasi khusus
sebagai berikut. (1) Berstatus sebagai guru SMK/MAK; (2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK; dan (3) Memliki sertifikat sebagai Kepala SMK/MAK yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
6. Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SDLB, SMPLB, dan SMALB) harus memiliki kualifikasi khusus sebagai berikut. (1) Berstatus sebagai guru pada satuan pendidikan SDLB/SMPLB/SMALB; (2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru SDLB/SMPLB/SMALB;
dan (3) Memiliki sertifikat kepala SDLB/SMPLB/SMALB.
7. Kepala Sekolah Indonesia Luar Negeri harus memiliki kualifikasi khusus sebagai berikut. (1) Memiliki pengalaman sekurang-kurangnya tiga tahun sebagai kepala sekolah; (2) Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru pada salah satu satuan pendidikan; dan (3) Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
D. Kedudukan dan Peran Guru dalam Struktur