• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Kajian Pustaka a. Persepsi

1) Pengertian Persepsi

Manusia ketika dilahirkan sudah bersinggungan dengan hal- hal di luar dirinya. Stimulus seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaannya menjadi informasi baru dalam proses penginterpretasian di dalam dirinya. Rangsangan yang diterimanya dapat di olah menjadi sebuah persepsi tergantung pada objek yang diterimanya. Pada awalnya, informasi awal di dapat oleh panca inderanya.24

Persepsi adalah gejolak perasaan seseorang yang paling mendasar, muncul dalam bidang pendidikan, selain ingatan, pikiran, pengetahuan, dan keinginannya. selain memori, berfikir, inteligensi, emosi, dan motivasi. Sugihartono, menyebutkan bahwa:

“…perilaku manusia diawali dengan adanya pengindraan atau sensasi. Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus atau rangasngan kedalam alat indra manusia. Setelah stimulus masuk ke alat indra manusia, maka otak akan menerjemahkan stimulus tersebut.

Kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus disebut

24 Bimo, Walgito, Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta: C.V Andi, 2010), h. 99.

17 dengan persepsi.”25

Adapun persepsi adalah suatu proses pemikiran yang ada dalam otak manusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan hal yang berkenaan pada proses penerimaan individu di dalam proses berpikirnya terhadap kondisi yang terjadi dan ditransformasikan sebagai wujud sebuah peristiwa melewati sebuah penglihatan dengan memakai indra-indra yang ada pada dirinya. Hal tersebut merupakan proses penginterpretasian, penggambaran, terhadap objek yang amati.26

Selanjutnya, dipaparkan sebelumnya bahwa proses persepsi biasanya di awali oleh panca indera yakni penerimaan rangsangan melalui penglihatan, dan pendengaran yang akhirnya dilanjutkan ke syaraf penerima dan diteruskan ke otak sebagai pembaca dan penginterpretasian stimulus yang nanti outputnya memberikan sebuah individu tersebut pemahaman atas apa yang terjadi pada dirinya melalui alat indra yang digunakan di awal.27

Kesimpulannya adalah persepsi merupakan sebuah rangsangan individu ketika mendapatkan suatu objek yang dibantu oleh alat inderanya lalu menyesuaikan dengan keadaan yang dialami oleh individu tersebut. Dapat diartikan bahwa persepsi

25 Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: UNY PERS, 2007), H. 7-8.

26 Slameto, B., Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 104.

27 Thoha, M., Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan ke- 21, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 141.

18

yakni suatu tanggapan seseorang terhadap suatu objek dengan bantuan alat indranya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh masing-masing individu. Adanya persepsi ini dapat memberian tanggapan yang berbeda-beda.

2) Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi biasanya tidak terjadi begitu saja terhadap individu melainkan harus dengan proses yang memang harus dilalui.

Adapun Menurut Bimo, bahwa individu dapat memberikan persepsi, tetapi harus melewati beberapa kriteria yang harus dilalui, yaitu sebagi berikut:

a) Harus ada objek persepsi

Objek ini akan memberikan ransangan maupun stimulus yang bisa mengenai alat indra, sehingga stimulus dapat memberikan ransangan dari luar indra ataupun ransangan dari luar indra yang mengenai saraf sehngga bisa bekerja seperti reseptor.

b) Alat indra (reseptor)

Alat supaya bisa mendapatkan stimulus atau ransangan.

Selain itu harus mempunyai alat sensoris sebgai alat yang digunakan unruk meneruskan stimulus yang diterima reseptor sehingga bisa langsung menegenai saraf.

b) Harus adanya perhatian

Perhatian adalah suatu langkah yang harus ada untuk sebuah persepsi. Karena tanpa ada perhatian maka persepsi itu tidak aka nada pada individu.28

Dalam kehidupan multikompleks seperti saat ini, terdapat banyak faktor yang mendororong seseorang dalam menginterpretasikan suatu peristiwa, salah satunya adalah

28 Bimo, W., Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: C.V Andi, 2010), h. 101.

19

lingkungan. Akan tetapi tidak semua hal yang dapat diberikan persepsi oleh individu, karena setiap individu akan memberikan persepsi apabila ada suatu hal yang dirasakan sehingga ada persesuaian pada sarafnya. Oleh sebab itu, persepsi erat kaitannya dengan rangsangan yang diterima yang berhubungan dengan kondisi seseorang tersebut. Beberapa faktor yang bisa membuat individu menampilkan persepsi yang berbeda, diantaranya yakni perhatian.

3) Indikator Persepsi

Seperti pemaparan sebelumnya, bahwa persepsi seseorang bukan saja disebabkan oleh satu rangsangan saja, namun dikenal juga denngan banyak stimulus yang dipengaruhi oleh lingkungannya. Sehingga individu dapat memberikan persepsi apabila ada suatu hal yang mengenak terhadap stimulus yang langsung ke sarafnya. Bimo Walgito menerangkan bahwa factor- faktor yang berpengaruh terhadap persepsi seseorang adalah :

a) Penerimaan stimulus dari eksternal seseorang

Stimulus yang dihasilkan dari eksternal diri seseorang akan dimasukkan baik secara pribadi ataupun berkelompok. Organ tubuh yang menerima rangsangan tertentu akan memberikan kesan berupa penjelasan terhadap sesuatu, respon, atau bayangan di dalam pikiran seseorang.

b) Definisi atau penjelasan terhadap fakta yang sebenarnya Selanjutnya, hal yang terjadi ketika sudah mendapatkan bayangan terhadap suatu rangsangan adalah pikiran akan berupaya mencocokkan dengan memberikan pengertian serta pemahaman terkait hal tersebut.

20

c) Kesimpulan terhadap hal yang di persepsikan

Selanjutnya, akumulasi dari definisi dan penjelasan tersebut, nantinya akan berakhir pada sebuah kesimpulan.

Disini terdapat proses menyamakan pengertian yang telah diperoleh dengan bayangan terhadap suatu hal yang pernah terjadi sebelumnya.29

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ada 3 indikator untuk sebuah persepsi, diantaranya adalah penyerapan objek yang didapatkan dari eksternal seseorang, pemberian arti maupun pemahaman terhadap peristiwa, dan penilian setiap orang pada sebuah peristiwa tersebut. Pada aspek pertama akan memberikan tanggapan yang diperoleh oleh panca indera sehingga dapat memberikan pemahaman, pada aspek kedua, pemahaman di dalam pikiran di interpretasikan yang efeknya dapat memberikan pemahaman kepada individu, dan pada aspek yang ketiga ini selanjutnya dari dalam pikiran tersebut akan muncul penilaian atau evaluasi.

4) Faktor Yang Bisa Mempengaruhi Persepsi

Proses terjadinya persepsi yang terjadi pada setiap individu dapat dipengaruhi oleh stimulus yang diterina oleh panca indra sehingga dapat memberikan sudut pandang seorang individu kepada sebuah objek yang dilihatnya. Adapun menurut Thoha, faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang berbeda antara satu dengan yang lainnya yaitu sebagai berikut:

29 Ibid, h. 102-104.

21 a) Faktor Eksternal

Faktor internal ini terdiri atas intensitas, ukuran, pengulangan Gerakan, hal yang baru, familiar, dan informasi yang diperoleh dari kedaan kebudayaan di sekitarnya.

b) Faktor Internal

Dilihat dari proses memahami, kejiwaan, perilaku, kepribadian, personal, pendugaan, harapan, fokus, kondisi fisik, gangguan mental, nilai, dan keperluan, dan motivasi dari dalam.30

Dapat disebutkan bahwa ada beberapa aspek yang dapat menyebabkan persepsi menurut Fatah Syukur, yaitu:

a) Faktor Internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri seseorang baik faktor fisiologis (ciri-ciri tubuh) dan faktor psikologis yang tampak seperti perilaku dan mental seseorang.

b) Faktor Eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri seseorang yang diisi oleh lingkungan tempat seseorang tersebut tinggal baik berupa pendidikan, budaya, dan lain sebagainya.

c) Satu hal lagi yang merupakan faktor penting adanya persepsi adalah informasi, merupakan sekumpulan data atau fakta yang didapatkan dari luar individu.31

Hal tersebut di dukung oleh penelitian Pakde Sofa, yaitu dua faktor yang ikut andil dalam proses pembentukan persepsi yaitu faktor eksternal yang merupakan faktor yang dapat di amati secara langsung dalam bentuk fisik seperti kata-kata yang dikeluarkan secara lisan maupun tidak langsung atau tertulis.

Sedangkan, faktor selanjutnya yaitu faktor personal yang terdapat

30 Thoha, M., Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan ke 21, (Jakarta. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 149.

31 Syukur, Fatah, Manajemen Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah dan PMDC, 2006).

22

di dalam diri seseorang seperti hal-hal yang pernah di alami, dorongan yang timul, dan karakter dari seseorang tersebut.32

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang lebih menekankan untuk membentuk persepsi individu adalah faktor internal, sedangkan dari faktor ekternal dapat memberikan objek kepada individu yang dipemgaruhi oleh lingkungan dimana tempat seorang individu itu berada. Dari kedua faktor inilah yang bisa memberikan objek yang akan tetapi dapat memberikan persepsi yang berbeda dari setiap individu.

Adapun menurut Djaali, minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan terhadap suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang berada diluar diri akan menjadi semakin kuat.33 Sedangkan menurut Bimo Walgito, perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu maupun sekumpulan objek.34

32 Sofia, Pakde, “Pendekatan Inquiry dalam Mengajar (Online)”, dalam http://massofa.wordpress.com, diakses tanggal 12 Februari 2021, (2008).

33 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007).

34 Bimo, Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: C.V Andi. 2010), h. 108.

23 b. Pembelajaran Daring

Untuk mencegah penyebaran Covid-19, WHO memberikan himbauan untuk menghentikan acara-acara yang dapat menyebabkan massa berkerumun. Maka dari itu, pembelajaran tatap muka yang mengumpulkan banyak mahasiswa di dalam kelas ditinjau ulang pelaksanaannya. Perkuliahan harus diselenggarakan dengan skenario yang mampu mencegah berhubungan secara fisik antara mahasiswa dengan dosen maupun mahasiswa dengan mahasiswa.35 Penggunaan teknologi digital dapat memungkinkan mahasiswa dan dosen melaksanakan proses pembelajaran walaupun mereka ditempat yang berbeda.36

Bentuk perkuliahan yang dapat dijadikan solusi dalam masa pandemi covid-19 adalah pembelajaran daring. Menurut Moore, et.

al.,pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran.37 Penelitian yang dikakukan oleh Zhang menunjukkan bahwa penggunaan internet dan teknologi multimedia mampu merombak cara penyampaian pengetahuan dan dapat menjadi

35 Firman, F., & Rahayu, S., “Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid19”

Indonesian Journal of Educational Science (IJES), Vol. 2, No. 2, (2020), h. 81-89.

36 Milman, N. B., ”Distance Education. In International Encyclopedia of the Social &

Behavioral Sciences: Second Edition,” (2015), h. 567-570, https://doi.org/10.1016/B978-0-08- 097086- 8.92001-4

37 Moore, J. L., Dickson-Deane, C., & Galyen, K., “E-Learning, online learning, and distance learning environments: Are they the same?” Internet and Higher Education, (2011).

24

alt ernatif pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas tradisional.38 Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan bantuan internet.39

Penggunaan teknologi mobile mempunyai sumbangan besar dalam lembaga pendidikan, termasuk di dalamnya adalah pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh. Berbagai media juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran secara daring. Misalnya kelas-kelas virtual menggunakan layanan Google Classroom, Edmodo, dan Schoology40 dan aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, pembelajaran secara daring bahkan dapat dilakukan melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram.41 Pembelajaran daring menghubungkan mahasiswa dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi,

38 Zhang, D., Zhao, J. L., Zhou, L., & Nunamaker, J. F., Can e-learning replace classroom learning? Communications of the ACM, (2004), https://doi.org/10.1145/986213.986216

39 Kuntarto, E., “Keefektifan Model Pembelajaran Daring dalam Perkuliahan Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Indonesian Language Education and Literature”, Vol. 3, No. 1, (2017), h. 9-110.

40 Enriquez, M. A. S. “Student’s Perception on the Effectiveness of the Use of Edmodo as a Supplementary Tool for Learning.” DLSU Research Congress. Vol. 2. No. 6. (2014)

41 Kumar, Vikas, and Pooja Nanda. “Social media in higher education. A framework for continuous engagement.” International Journal and Communication Technology Education (IJICTE) Vol. 15. No. 1. (2019). H. 97-108

25

berinteraksi atau berkolaborasi (secara langsung/synchronous dan secara tidak langsung/asynchronous).42

Dengan pembelajaran daring, mahasiswa tidak terkendala waktu dan tempat dimana mereka dapat mengikuti perkuliahan dari rumah masing-masing maupun dari tempat dimana saja. Dengan pembelajaran daring, dosen memberikan perkuliahan melalui kelas- kelas virtual yang dapat diakses di mana pun dan kapan pun tidak terikat ruang dan waktu. Kondisi ini membuat mahasiswa dapat secara bebas memilih mata kuliah yang dikuti dan tugas mana yang harus dikerjakan lebih dahulu. Penelitian Sun, menginformasikan bahwa fleksibilitas waktu, metode pembelajaran, dan tempat dalam pembelajaran daring berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran.43

Beberapa penelitian telah dilaksanakan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terkait pelaksanaan pembelajaran daring, khususnya semasa perkuliahan daring di masa pandemi Covid-19.

Beberapa penelitian sebelumya yang dimaksud adalah sebagai berikut:

42 Molinda, Michael, "Instructional Technology and Media for Learning New Jersey Colombus", (2005).

43 Sun, Pei-Chen, et al., "What drives a successful e-Learning? An empirical investigation of the critical factors influencing learner satisfaction", Computers & education, Vol. 50, No. 4 (2008), h. 1183-1202.

26

1) Penelitian yang dilakukan oleh Idad Suhada, Tuti Kurniati, Ading Pramadi dan Milla Listiawati berjudul “Pembelajaran Daring Berbasis Google Classroom Mahasiswa Pendidikan Biologi Pada Masa Wabah COVID-19.” Beberapa tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini yaitu : (1) Melihat reaksi mahasiswa ketika mengakses google classroom; (2) memahami kedalaman bahan ajar dalam penggunaannya; (3) menampilkan keberhasilan dalam menggunakan aplikasi tersebut; serta (4) keefektifan penggunaan aplikasi tersebut ketika diterapkan pada uji pengamatan dan percobaan yang dilaksanan di luat ataupun di laboratorium. Untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa lampau ataupun saat ini, dalam hal ini peneliti menggunakan teknik survey serta untuk memberikan gambaran jelas tentang hasil penelitian, maka peneliti menggunakan metode deskriptif. Pengunaan google classroom dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang memuaskan, hanya saja perlu adanya kombinasi dari platform digital lainnya agar hasil pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai dengan maksimal.44

2) Penelitian yang dilakukan oleh Mojibur Rohman, Marji, Swi Agus Sudjimat, R. Machmud Sugandi, dan Didik Nurhadi,

44 Suhada, Idad, et al., "Pembelajaran daring berbasis Google Classroom mahasiswa pendidikan biologi pada masa wabah Covid-19", Digital Library UIN Sunan Gunung Djati, (2020), h. 1-10.

27

berjudul “Online Leraning in Higher Education Daring COVID- 19 Pandemic: Student’s Perceptions.” Sama halnya dengan penelitian penulis, penelitian ini berfokus pada persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran daring di masa pandemi covid-19. Sama dengan hasil penelitian yang pertama, metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey dengan menyajikan gambaran lengkap (pendekatan deskriptif).

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan instrument berupa angket berbasis internet yang dilakukkan lewat google form dengan mahasiswa sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini, terlihat mahasiswa kurang menikmati pembelajaran online. Aspek-asepek yang dilihat yaitu : (1) Kenyamanan; serta (2) keterlibatan dan keefektivitasan pembelajaran daring. Solusi yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah cara mengelola (manajemen), desain pembelajaran, serta tenaga pendidik yang harus memperhatikan cara efektiv agar pembelajaran daring dapat berlangsung secara interaktif dan tidak membosankan.45

3) Penelitian oleh La Ode Anhusadar dengan judul “Persepsi Mahasiswa PIAUD terhadap Kuliah Online di Masa Pandemi Covid-19.” Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ; persepsi

45 Rohman, Mojibur, et al., "Online learning in higher education during covid-19 pandemic:

students’ perceptions", Journal of Talent Development and Excellence, Vol 12, No. 2, (2020), h.

3644-3651.

28

mahasiswa, aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran daring, serta sebab-sebab penunjang serta masalah-masalah dalam pembelajaran berbasis internet.

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan penjelasan deskriptif. Kesimpulannya adalah mahasiswa menyatakan lebih baik pembelajaran dilakukan dengan sistem kuliah tatap muka dibandingkan kuliah online. Mahasiswa berpendapat bahwa beberapa tujuan dalam perkuliahan daring tidak dapat menggantikan interaksi langsung di dalam kelas yang selama ini telah dilaksanakan.46

Melihat hasil penelitian-penelitian sebelumnya, tentu memiliki kesamanaan yang dikaji dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini, yaitu sama-sama meneliti tentang pembelajaran daring sehingga menghasilkan persepsi yang berbeda di setiap indvidu. Selain itu, kesamaan yang dimiliki yaitu berupa sisi pendekatan yang digunakan. Namun, yang membedakannya adalah, penelitian ini lebih menjurus dan berfokus pada sampel yang diteliti yakni berupa Mahasiswa Tadris IPA Biologi yang membutuhkan praktikum di dalam pembelajarannya.

46 Anhusadar, Laode, "Persepsi mahasiswa PIAUD terhadap kuliah online di masa pandemi Covid 19", KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early Childhood Education, Vol. 3, No. 1 (2020): 44-58.

29

Dokumen terkait