• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

a. Pengertian Metode Tahfidz

Metode berasal dari bahasa yunani “methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi ilmu yang bersangkutan.16 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikir baik- baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu penegtahuan dan lain sebagainya), cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna untuk mencapai tujuan yang ditentukan.17

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Menurut J.R David dalam Teaching strategies for Collage Class Room (1976) meyebutkan bahwa methode is a way in something (cara untuk mencapai sesuatu). Artinya metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang sudah ditetapkan.18 Menurut Kamus Besar Indonesia,

16 Oemar Hamalik, Proses Belajar menngajar, (Jakarta:Bumi Askara, 2001), 47.

17 Pusat Pemebinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka, 1998), 581.

18 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), 193.

Pengertian Tahfidz (hafalan) adalah berusaha merupakan kedalam fikiran agar selalu ingat. Sedangkan menurut Zuhairini Dan Ghofir yang dikutip oleh kamil Hakimin Ridwal Kamil dalam Bukunya yang berjudul Mengapa Kita Menghafal (Tahfidz) Al quran istilah menghafal adalah suatu metode yang digunakan untuk mengingat kembali suatu yang pernah dibaca secara benar seperti apa adanya.

Metode tersebut banyak yang digunakan dalam usaha menghafal Al quran dan Hadits.

b. Macam-Macam Metode Tahfidz

Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Alquran dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal Alquran. Metode-metode diantranya:

1) Metode Wahdah

Metode wahdah adalah metode menghafal Alquran dengan cara menghafal satu persatu ayat yang hendak dihafalkannya.

Dimana setiap ayat dibaca sebanyak sepuluh kali atau lebih.

Sehingga mampu membentuk pola dalam bayangannya.dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang akan dihafalkannya bukan saja dalam banyanganya, akan tetapi benar-benar membentuk gerak reflek pada lisannya. Setelah benar-

benar hafal baru dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama hingga mencapai satu halaman (muka). 19

Metode ini adalah mendahulukan proses menghafal dengan langkah-langkah berikut:

a) Membaca ayat-ayat yang akan dihafal.

b) Membaca sambil dihafal

c) Setelah hafalan lancar maka ditambah dengan merangkai dengan kalimat berikutnya sehingga sempurna menjadi satu ayat.

d) Menambah materi atau hafalan baru seperti pada langkah- langkah sebelumnya dan diulang-ulang tanpa melihat al- qur’an.

e) Materi baru dirangkai dengan materi yang terdahulu dan diulang-ulang sampai waktu dan materi yang ditargetkan selesai.

f) Menyetor atau memperdengarkan hafalan kepada ustadz/ustdzah atau kyai.

g) Berikutnya penghafal menyetorkan hafalan baru dengan terlebih dahulu memperdengarkan materi-materi sebelumnya.

2) Metode Kitabah

Kitabah artinya menulis, yaitu penghafal menulis terdahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya pada secarik kertas. Kemudian

19 Ahsin Wijaya Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al Quran, (Jakarta: Bumi Askara, 2009), 63.

ayat-ayat tersebut dibaca hingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkan. Menghafalnya bisa menggunakan metode wahdah, atau dengan menuliskannya berkali-kali sambil memperhatikannya dan sambil menghafalkannya dalam hati. Metode ini cukup praktis dan baik, karena disamping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam banyangannya.20

3) Metode Sima’i

Sima’ artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode sima’i adalah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya.

Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat yang ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak- anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal baca tulis Al quran. Metode ini dapat dilakukan melalui dua alternatif yaitu:

a) Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak. Dalam hal ini guru dituntut untuk berperan aktif, sabar dan teliti dalam membacakan dan membimbingnya, karena ia harus membacakan satu persatu ayat untuk dihafalkannya sehingga penghafal mampu menghafal secara sempurna.

b) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya kedalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan

20 Ahsin Wijaya Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al Quran, (Jakarta: Bumi Askara,

2009), 64.

kemampuannya. Kemudian kaset diputar dan didengar secara seksama sambil mengikutinya secara perlahan-lahan. Kemudian diulang sehingga ayat-ayat tersebut benar-benar hafal diluar kepala.21

4) Metode Gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan metode kedua yaitu metode wahdah dan metode kitabah.

Dalam hal ini penghafal menghafal ayat-ayat sampai benar-benar hafal, kemudian setelah selesai menghafal penghafal mencoba menuliskan ayat-ayat yang dihafal diatas kertas. Jika ia mampu mereproduksi kembali ayat-ayat yang dihafalkanya dalam bentuk tulisan, maka ia dapat melanjutkan lagi untuk menghafal dan menuliskan hafalan selanjutnya. Kelebihan metode ini adalah memiliki fungsi ganda, yakni berfungsi untuk menghafal dan sekaligus memantabkan hafalan.22

5) Metode Jama’

Metode jama’ adalah cara menghafal yang dilukakan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau secara bersamaan, dipimpin oleh seorang instruktur, pertama instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti

21 Ibid, 64

22 Ibid, 65

bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf dan seterusnya hingga ayat yang dihafalkan benar-banar sepenuhnya hafal. Cara ini termasuk metode yang baik untuk.23 6) Metode juz’i

Metode juz’i yaitu cara menghafal alquran secara berangsur-angsur atau sebagian demi sebagian dan menghubungkan antar bagian satu dengan bagian lainnya dalam satu kesatuan materi yang dihafal. hal ini dapat dikaji dari pernyataan berikut ini, “untuk memperingan beban, materi yang akan dihafalkan hendaknya dibatasi. Umpamanya menghafal sebanyak tujuh baris, sepuluh baris, satu halaman atau satu hizb.

Apabila telah selesai, berpindahlah ke hafalan berikutnya.

Kemudian gabungkan semua hafalan yang telah dihafal. Sebagai contoh, seorang anak menghafal surah Al-Hujurat menjadi dua atau tiga tahap atau surah Al-Kahfi dihafal menjadi empat atau lima tahap.” 24

7) Metode Kulli

Metode Kulli adalah metode menghaflakan Alquran dengan cara menghafalkan keseluruhan materi hafalan yang dihafalkan, tidak dengan cara bertahap atau sebagian-sebagian. Jadi keseluruhan materi ayat yang ada dihafal tanpa memilih-milihnya, baru kemudian diulang terus sampai benar-benar hafal. Penjelasan

23 Ibid, 66

24 Nurul Qomariyah dan Mohammmad Irsyad, Metode Cepat dan mudah agar anak Hafal Alquran, (Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016), 41-42

tersebut bersal dari pernyataan berikut,” hendaknya seorang penghafal mengulang-ulang apa yang pernah dihaflakannya meskiupun hal itu merupakan satu kesatuan tanpa memilah- milahnya. Misalnya, dalam menghafal surah An-nur, di sana ada tiga hizb, kurang lebih ada delapan halaman yang dapat dihaflakn oleh seorang anak sekaligus dengan cara banyak membaca dan mengulang”.

8) Metode Talaqqi

Metode Talaqqi berasal dari kata laqia yang berarti berjumpa. Yang di maksud berjumpa disini adalah bertemunya antara murid dengan guru. Maksud metode talaqqi disini adalah menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafalkannya kepada seorang guru atau isntruktur. Proses talaqqi ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan seorang hafidz dan menadapatkan bimbingan seperlunya.25

9) Metode (Muraja’ah)/pengulangan

Hambatan terbesar dalam menghafal adalah cepat lupa dengan hafalan. Musababnya, akal manusia itu memiliki daya ingat jangka pendek dan daya ingat jangka panjang. Ketika proses menghafal, materi hafalan berada di dalam memori jangka pendek, namun dengan adanya pengulangan yang terus-menerus, materi hafalan akan berpindah ke dalam memori jangka panjang. Yang

25 Ahmad Zaenal Abidin, Kilat dan Mudah Hafal Juz Amma, (Yogyakarta: Sabil, 2015), 37

terpenting adalah Muraja’ah harus dilkukan secara berkelanjutan dan mencukupi. Jangan pula kita lupa untuk menjadikan shalat- shalat sunah sperti shalat malam sebagai sarana untuk mengulang hafalan, yang terpenting, kita harus mengetahui sebuah kaidah yang menyatakan bahwa seorang hafiz tidak boleh menghabiskan waktu lebih dari setengah jam untuk menyelesaikan muraja’ah satu juz.

Badawilah mengatakan, “Sekalipun anda telah mengatur dan membuat perencanaan untuk menghafal Alquran, tentu akan tetap ada kekurangan. Namun, hal itu lebih daripada orang yang tidak pernah membuat target dan perencanaan sama sekali”.26

Teknik ber-Muraja’ah (mengulangi) pertama-tama kami akan menjelaskan tentang cara yang tepat untuk mengulangi hafalan Alquran yaitu cara yang dipraktekkan oleh nabi dan para sahabatnya. Kemudian akan menjelaskan kepada orang yang merasa kesulitan untuk memulai dengan cara ini, yaitu tentang tahap demi tahap untuk mencapai derajat yang tinggi ini. Cara mengulangi hafalan yang tepat adalah dengan membagi-bagi Al quran menjadi beberapa hizb (tahzib).27

Berdasarkan temuan penelitian, terdapat metode tahfidz Alquran di MAN 2 Jember yaitu :

a) Metode wahdah (menghafal) dilaksanakan dengan cara membaca secara berulang-ulang sampai menghafalnya.

26 Ahmad bin Salim Baduwailan, Tips dan Motivasi Menghafal Alquran (Solo: PT. Aqwam Media Profetika, 2017), 52-53

27 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Alquran (Surakarta: Ihsan Kamil, 2018), 105

b) Metode sorogan (Talaqqi) dilaksanakan dengan cara menyetorkan hafalan kepada ustdaz-ustadzah.

c) Metode muraja’ah dilaksanakan mengulang-ulang hafalan yang telah diperoleh sebelum melanjutkan ke hafalan berikutnya, dan d) Metode mendengarkan dilaksanakan dengan cara mendengarkan

suatu bacaan yang dihafalkannya.

c. Faktor Pendukung dan Penghambat Tahfidz

Ada beberapa faktor yang dianggap penting sebagai pendukung keberhasilan menghafal Al-Quran diantaranya:

1) Usia yang ideal

Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak dalam menghafal Alquran, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat usia seseorang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal al-qur’an. Sesorang penghafal yang berusia relatif masih muda akan relatif lebih potensial daya serap dan resapnya terhadap materi-materi yang dibaca atau dihafal, didengarnya dibanding dengan meraka yang berusia lanjut. 28

2) Management waktu

Diantara para penghafal Alquran ada yang proses mengahafalnya secara spesifik (khusus), yakni tidak ada kesibukan lain kecuali menghafalAlquran saja. Tetapi ada pula yang menghafal disamping juga melakukan kegiatan-kegiatan lain

28Ahsin Wijaya Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al Quran, (Jakarta: Bumi Askara, 2009), 56

seperti sekolah dan bekerja. Alokasi waktu yang ideal untuk ukuran sedang dengan target harian satu halaman adalah 4 (empat) jam, dengan rincian dua jam untuk menghafal, ayat-ayat baru, dan dua jam untuk muroja’ah ayat-ayat yang dihafalkanya. Penggunaan waktu tersebut dapat disesuaikan dengan managemnt waktu yang diperlukan oleh masing-masing penghafal.29

Ada beberapa waktu yang dianggap sesuai dan baik untuk melakukan halafalan diantaranya:

a) Waktu sebelum terbit fajar

Waktu sebelum terbit fajar adalah waktu yang sangat bai untuk menghafal ayat-ayat suci Alquran, karena disamping memberikan ketenangan juga waktu fajar merupakan waktu yang memiliki banyak keutamaan.30

b) Setelah fajar hingga terbinya matahari

Waktu pagi juga merupakan waktu yang baik untuk menghafal, karena pada saat itu seseorang belum terlibat dari berbagai kesibukan, disamping baru bangun tidur dari istirahat yang panjang sehinggafikirannya masih segar dan bebas dari beban mental dan fikiran yang memberankat.

c) Setelah bangun dari tidur siang

Faktor psikis dari tidur siang adalah untuk mengembalikan kesegaran jasmani dan menetralisir otak dari

29 Ibid, 58

30 Ibid, 59

kelesuan dan kejenuhan setelah sepanjang hari berkerja keras. Oleh karena itu setelah bangun siang hendaknya dimanfaatkan untuk menghafal walaupun hanya sedikit, atau hanya sekedar muroja’ah.

d) Setelah sholat

Dalam hadist Rosulullah pernah mengatakan bahwa diantara waktu yang mustajabah adalah setelah mengerjakan sholat fardu, terutama bagi orang yang mengerjakan dengan khusu’ sehingga ia mampu menetralisir jiwanya dari kekalutan.

e) Waktu diantara magrib dan isya’

Waktu ini sangat lazim sekali digunakan oleh kaum muslimin untuk membaca Alquran.Atau bagi penghafal waktu ini lazim digunakan untuk menghafal atau mengulang kembali ayat-ayat yang telah dihafalnya.31

3) Tempat menghafal

Situasi dan kondisi suatu tempat juga mendukung tercapainya keberhasilan programTahfidz Alquran. Suasana yang bising, kondisi lingkungan yang tak enak dipandang mata, penerangan yang tidak sempurna dan polusi udara yang tidak nyaman akan menjadi kendala terberat terciptanya konsentrasi.

Oleh karena itu, untuk menghafal diperlukan tempat yang ideal

31Ibid, 60

untuk terciptanya konsentrasi.32 Tempat yang ideal untuk menghafal adalah tempat yang memiliki kreteria sebagai berikut:

a) Jauh dari kebisingan b) Bersih dan suci dari najis c) Ventilasi yang cukup

d) Ruangan tidak terlalu sempit e) Penerangan yang cukup

f) Tidak memungkinkan timbulnya ganguan-ganguan.

4) Latar Belakang Pendidikan Orang Tua

Sukses tidaknya seorang anak juga turut di pengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua. Karena, pendidikan yang mereka peroleh akan memengaruhi cara mereka mendidikan anak, sehingga mereka mempunyai modal dalam mendidik anak dalam menghafal Alquran, terutama ilmu tentang Alquran ketika masih mengenyam pendidikan, yang mana sang ayah saat kuliah memiliki hafalan 5 juz, sedangkan sang ibu saat dimadrasah aliyah telah hafal 17 juz. Meskipun saat ini jumlah hafalan tersebut berkurang karena mereka kurang memerhatikannya sebab kesibukan yang dimiliki. 33

5) Keteladanan orang tua

Mempelajari ilmu Alquran, khususnya ilmu tadwid tidak hanya berhenti saat mereka dipondok pesantren tetapi mereka

32 Ibid, 61

33 Nurul Qomariyah dan Mohammmad Irsyad, Metode Cepat dan mudah agar anak Hafal Alquran(Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016), 134-141

mendalami kembali setelah menikah. Selain itu mengajarkan Alquran juga mereka teladankan bagi anak bahwa Alquran harus menjadi bagian dalam hidup mereka. Tidak hanya itu setiap ucapan dan sikap mereka, mereka upayakan menjadi contoh bagi anak.

Terlebih lagi akhlak baik yang harus mereka utamakan dalam mendukung anak menghafal Alquran sejak usia dini.

6) Peran Lembaga Pengajian

Dalam mendidik anak menghafal Al quran, lembaga pengajian turut memberi peran.Lemabga pengajian disini adalah Rumah Tahfidz Quran.Dengan adanya lembaga tersebut di rumah mereka, menambah nuansa Alquran dan dilingkungan mereka.

Oleh sebab itu, keberadaan rumah tahfidz quran yang mereka dirikan turut mendukung proses anak-anak mereka untuk menghafal Alquran sejak usia dini.34

7) Pemanfaatan media

Dalam hal apa pun, media selalu menjadi faktor pendukung jika dimanfaatkan dengan tepat termasuk dalam mendidik anak menghafal Alquran sejak usia dini. Media yang digunakan dalam hal ini adalah VCD dan MP3 murattal yang selalu mereka putar di waktu istirahat anak atau saat anak akan tidur. Selain itu, ada buku- buku yang turut mendukung anak dalam menanamkan rasa cinta

34Ibid, 135

anak terhadap Alquran melalui kisah-kisah yang terdapat di dalam buku.35

8) Lingkungan yang Kondusif

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan disekitar rumah mereka. Rumah mereka terletak diujung gang, sehingga jauh dari keramaian jalan raya. Letak rumah mereka tersebut sangat mendukung anak daam proses menghafal Alquran yang mana tidak ada suara riuh kendaraan bersahut-sahutan yang akan mengganggu konsentrasi anak-anak dalam menghafal Alquran sehingga anak-anak bisa fokus belajar maupun bermain.

9) Orang Tua yang Saling Mendukung

Hal terpenting yang sangat mmendukung dalam mendidik anak menghafal Alquran sejak usia dini adalah mereka saling memotivasi dan menguatkan. Meraka saling mengingatkan tentang azam yang telah mereka tanamkan san harapan bagi anak-anak mereka dikemudian hari.Dengan demikian mereka saling bergandengan dalam mendidk anak mereka menghafal Alquran hingga berhasil sebagaimana yang diharapkan.36

Adapun faktor penghambat dalam metode tahfidz Alquran diantaranya yaitu :

35 Ibid, 136

36Nurul Qomariyah dan Mohammmad Irsyad, Metode Cepat dan mudah agar anak Hafal Alquran(Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016), 137

a) Tidak menguasai mahhorijul huruf dan tajwid

Salah satu faktor kesulitan menghafal alqur’an adalah karena bacaanya yang tidak bagus, baik dari segi mahhoriju huruf maupun tajwidnya. Untuk menguasai al-qur’an dengan baik maka ia harus mampu menguasai mahhorijul huruf dan tajwid dengan baik. Karena pada dasarnya orang yang tidak menguasai mahhorijul huruf dan memahami ilmu tajwid maka kesulitan dalam menghafal akan benar-benar terasa. Dan masa menghafal akan semakin lama. Dan tanpa menguasai keduanya bacaan Alquran akan kaku, tidak lancar dan banyak yang salah.

Padahal, orang yang hendak menghafal Alquran, bacaannya terlebih dahulu harus lancar dan benar, sehinga memudahkan dalam menjalani proses hafalan.37

b) Tidak sabar

Sabar merupakan kunci kesussesan untuk meraih cita- cita, termasuk cita-cita dalam menghafal Alquran. Karena pada dasarnya sesorang yang Menghafal Alquran akan memperoleh kesulitan maupun hambatan jika tidak memiliki sifat sabar.

Kesabaran sangat dibutuhkan kareana menghafal Alquran memerlukan waktu yang relatif lama dan konsentrasi yang penuh.38

37 Ibid, 62

38 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Menghafal Al Quran (Jogjakarya: Diva Press,2014), 15

c) Tidak sungguh-sungguh

Seorang yang menghafal Alquran akan menemui kesulitan jika tidak kerja keras dan sungguh-sungguh.

Sebenarnya kesulitan itu muncul karena sifat malas dan ketidaktekunan dalam menghafal. Apabila seseorang ingin berhasil menjadi hafidz maka ia harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam menghafal Alquran.39

d) Berganti-ganti mushaf Alquran

Berganti-ganti dalam menggunakan mushaf Alquran juga akan menyulitkan dalam proses hafalan da mentakrir Alquran dan dapat melemahkan hafalan. Sebab setiap alquran mempunyai posisi ayat dan bentuk tulisan yang berbeda-beda.

Hal ini akan menyebabkan kesulitan untuk membanyangkan posisi ayat. Akibatnya dapat timbul keraguan pada saat melanjutkan ayat yang berada diawal halaman selanjutnya setelah selasai membaca ayat pada akhir halaman sebelumnya.40

e) Tidak Mampu Membaca Al-Qur’an dengan Baik

Penghafal yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan belum lancar, akan mengalami hambatan dalam menghafal. Hal tersebut karena penghafal akan merasakan dua beban ketika menghafal yaitu beban membaca

39 Ibid, 16

40 Ibid, 17

dan beban menghafal. Agar tidak mengalami kesulitan menghadapi beban ini, ciptakan kemampuan membaca.41

f) Tidak Mampu Mengatur Waktu

Bagi penghafal Al-Qur’an yang tidak mampu mengatur waktunya akan mengalami hambatan dalam menyelesaikan hafalannya. Hal itu terjadi karena dia akan merasakan seakan- akan tidak memiliki waktu yang cukup untuk menghafal, karena itu penghafal harus disiplin dengan waktu. Pada hakikatnya, hanya orang disiplinlah yang mampu mengatur waktu.42

g) Adanya Ayat-ayat yang serupa

Ayat-ayat mutasyabihat banyak sekali terdapat dalam Al-Qur’an, kalau penghafal tidak betul-betul teliti dalam permasalahan ini bisa mengalami kesulitan dalam menghafal, karena bisa pindah dari surat satu ke surat yang lainnya.

h) Pengulangan yang Sedikit

Jika penghafal dalam proses menghafal Al-Qur’an merasakesusahan dalam merekam ayat-ayat yang sedang dihafal. Atau ketika menyetor hafalan tiba-tiba bacaannya tidak lancar padahal sebelumnya merasa sudah lancar dan betul-betul

41 Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Quran Da’iyah (Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2004), 84

42 Ibid, 85

hafal. Hal itumenandakan pengulangan terhadap ayat yang dihafalnya masih kurang.43

i) Tempat dan Lingkungan Kurang Kondusif

Tempat dan lingkungan menghafal yang tidak kondusip seperti tempat kerja, tempat keramaian dan sebagainya, akan memecahkan konsentrasi penghafal sehingga akan mengalami hambatan dalam menghafal Al-Qur’an. Maka tempat yang bisa membantu konsentrasi menghafal hendaknya dipilih oleh para penghafal Al-Qur’an.44

j) Tidak Ada Pembimbing

Keberadaan seorang pembimbing dalam menghafal Al- Qur’an sangat penting. Pembimbing akan selalu memberikan semangat kepada para penghafal. Jadi para penghafal yang tanpa pembimbing akan mengalami hambatan dalam menghafal Al-Qur’an yang cukup patal.45

d. Hasil Penerapan Metode Tahfidz

Ada beberapa hasil Penerapan metode tahfidz yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Alquran dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal Alquran.

tingkatan-tingkatan tersebut ada lima sebagai berikut:

43 Ibid, 87

44 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Alquran (Surakarta: Ihsan Kamil, 2010), 78

45 Ibid, 89

1) Tingkat hafalan

Murabbi membuat daftar muraja’ah dari yang paling rendah kekuatan hafalannya hingga yang tertinggi:

a) Tingkatan pertama

Muraja’ah hafalan seluruh Alquran untuk tahap awal dan menylesaikan dalam jangka waktu tiga bulan.

b) Tingkatan kedua

Muraja’ah hafalan seluruh Alquran untuk tahap kedua dan menyelesaikan dalam jangka waktu satu setengah bulan.

c) Tingkatan ketiga

Muraja’ah hafalan seluruh Alquran untuk tahap ketiga dan menyelesaikan dalam jangka waktu satu bulan.

d) Tingkatan keempat

Muraja’ah hafalan seluruh Alquran untuk tahap keempat dan menyelesaikan dalam jangka waktu setengah bulan.

e) Tingkatan kelima

Muraja’ah hafalan seluruh Alquran untuk tahap kelima dan menyelesaikan dalam jangka waktu tujuh hari.46

Berdasarkan penelitian ini dalam tingkatan pertama sampai kelima siswa-siswi penghafal Alquran yang ada di asrama tahfidz memiliki daya ingat dan daya kemampuan berbeda-beda sehingga sekolah memiliki target atau tingkat

46 Yahya Abdul Fatah Az-Zamawi, Revolusi Menghafal Alquran, (Surakarta: Ihsan Kamil, 2010), 94-95

Dokumen terkait