• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE TAHFIDZ DALAM PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS DI “RUMAH QURAN” MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 JEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENERAPAN METODE TAHFIDZ DALAM PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS DI “RUMAH QURAN” MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 JEMBER"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

AGUS GHOZALI NIM. T20151094

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

OKTOBER 2019

(2)
(3)
(4)































Artinya : “Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu, dan tidak ada yang mengingkari ayat- ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim”. (Q.S. Al-Ankabut:49)

Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Terjemah, (Surabaya: Duta Ilmu), 566

(5)

ini dengan penuh semangat perjuangan dan pengorbanan dalam pembuatannya serta tulus dari hati yang paling dalam, karya ini kupersembahkan untuk:

1. Bapak Ibuku tercinta: Bapak Jamak dan Ibu Toyyiba selaku panutan dalam setiap langkah kehidupanku, yang tiada henti selalu mendoakanku sepenuh hati, memberikan motivasi dan semangat yang tiada henti, memberikan dukungan moril dan materil sehingga saya dapat melaksanakan tugas akhir dan perkuliahan ini dengan baik dan kepada adikku Muhammad Alvin Rizal yang juga turut mendoakan dan memberikan motivasi kepada kakaknya.

2. Kepada teman-temanku kelas A3 (PAI angkatan 2015), semoga ilmu dan pengalaman kita bisa mengantarkan kita menuju gerbang kesuksesan dan kelak dapat menjadi guru PAI yang professional dan amanah.

3. Kepada sahabat-sahabatku tersayang yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, terima kasih atas kasih dan supportnya.

4. Kepada semua pihak yang telah bersedia memberikan informasi, pengalaman serta ilmunya dalam pencarian data dalam skripsi ini. Kepada Drs. H.

Anwaruddin, M.Si. selaku Plt. Kepala Sekolah serta Guru, Ustadz dan Ustadzah yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telah memberikan kemudahan akses dalam pengerjaan skripsi ini.

(6)

Segenap puji syukur sampaikan kepada Allah karena atas rahmat dan karunia-Nya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana, dapat terselesaikan dengan lancar.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor IAIN Jember.

2. Ibu Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I. S selaku Dekan Fakultas dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak Dr. H. Mashudi M.Pd.I selaku wakil dekan 1 Fakultas dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan Ilmu dan pengalaman.

4. Bapak Drs. H. D. Fajar Ahwa, M.Pd.I. selaku ketua Program Studi yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi.

5. Bapak Imron Fauzi, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan serta motivasi yang begitu maksimal kepada peneliti dalam proses mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen IAIN Jember yang telah memberikan ilmu, semoga ilmu yang diberikan mendapat keberkahan

(7)

Jember, 05 September 2019 Penulis,

AGUS GHOZALI NIM. T20151094

(8)

Penerapan Metode Tahfidz adalah suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Sehingga dalam menghafal Alquran yang ada di Asrama MAN 2 Jember telah menggunakan metode yang telah dijelaskan oleh guru atau ustadz/ustadzah. supaya metode yang digunakan dalam mengingat kembali suatu hafalan yang pernah dibaca menjadi benar seperti menghafal, menyetorkan, mengulang dan mendengarkan.

Fokus penelitian ini adalah 1) Bagaimana penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di rumah quran MAN 2 Jember? 2) Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di rumah quran MAN 2 Jember ? 3) Bagaimana hasil penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di rumah quran MAN 2 Jember?

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di rumah quran MAN 2 Jember, faktor pendukung dan penghambat serta hasil penerapan metode tahfidz.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian adalah fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin, observasi non partisipan dan dokumentasi.

Analisis data menggunakan pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian ini yaitu: 1) Penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di rumah quran MAN 2 Jember yaitu: a) metode wahdah (menghafal) yaitu metode menghafal Alquran dengan membaca b) metode sorogan (talaqqi) ialah suatu metode yang menyodorkan atau menyetorkan kepada ustadzah c) metode muraja’ah yaitu mengulang-ulang hasil hafalan yang sudah di hafalkan d) metode mendengarkan adalah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya 2) Faktor Pendukung dan penghambat penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di rumah quran MAN 2 Jember yaitu: a) Lingkungan madrasah yang memfasilitasi terhadap tercapainya program tahfidz b) wali murid ialah mereka yang ikut berpartisipasi terhadap program tahfidz c) lembaga lain yang bekerjasama d) tidak terbiasa pisah dari oarng tua e) sulit mencari ustadz dan ustadzah f) rasa jenuh dan malas dalam menghafal 3) Hasil penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di rumah quran MAN 2 Jember yaitu: a) mempunyai semangat tinggi dalam belajar alquran b) anak tahfidz lebih unggul dari pada anak yang bukan tahfidz Alquran c) anak tahfidz Alquran lebih lebih teliti dan memiliki ingat yang kuat d) ahlakul karimah ialah seseorang yang berperilaku baik.

Kata Kunci : Metode Tahfidz, Pembinaan, Karakter Religius

(9)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Definisi Istilah ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 14

A. Penelitian Terdahulu ... 14

B. Kajian Teori... 20

(10)

C. Subyek Penelitian ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 53

E. Analisis Data ... 57

F. Keabsahan Data ... 59

G. Tahap-Tahap Penelitian... 60

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 63

A. Gambaran Objek Penelitian ... 63

B. Penyajian Data dan Analisis ... 67

C. Pembahasan Temuan ... 82

BAB V PENUTUP ... 91

A. Kesimpulan... 91

B. Saran-Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(11)

2.1. Orisinalitas Penelitian Terdahulu ... 18 2.2. Daftar Nilai-Nilai Karakter berdasarkan Kemendiknas ... 42

(12)

4.1. Kegiatan Tahfidz Alquran di MAN 2 Jember ... 73 4.2. Fasilitas dan Sarana Prasarana Tahfidz MAN 2 Jember ... 77 4.3. Prestasi Tahfidz Alquran MAN 2 Jember ... 80

(13)

2. Matrik Penelitian

3. Surat Keterangan Izin Penelitian 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian 5. Jurnal Penelitian

6. Formulir Pengumpulan Data (Pedoman interview dan rekaman interview) 7. Profil Lembaga Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember

8. Dokumentasi Kegiatan Penelitian 9. Biodata Penulis

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Bagi seseorang yang memeluk agama Islam, pegangan agama yang harus menjadi pedoman adalah kitab suci Alquran sebagai satu-satunya tuntutan hidup. Alquran merupakan identitas umat muslim yang idealnya dikenal, dimengerti dan dihayati oleh setiap individu yang mengaku muslim.1 Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada dan rasul terakhir melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf dan sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, membacanya merupakan ibadah yang diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Alquran juga merupakan mu’jizat abadi yang menundukkan semua generasi dan bangsa sepanjang masa. Untuk itu belajar Alquran harus diajarkan sejak dini kepada anak sebagai bentuk mengenalkan kepada mereka pedoman untuk mengarungi kehidupan kelak, karena anak merupakan aset generasi penerus bangsa yang akan membela agama dan bangsa mereka. Mengajarkan anak-anak untuk menghafal Alquran adalah satu hal penting dan mulia. Al-hafidz as-Suyuti berkata bahwa pengajaran Alquran adalah dasar dari prinsip-prinsip Islam.

Anak-anak tumbuh diatas fitrahnya dan cahaya-cahaya hikmahnya yang

1 Lisya Chairoaini dan Subandi, Psikologi Santri Menghafal Alquran: Peran Regulasi Diri (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2010), 1

(15)

masuk dalam kalbu mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan cahaya hitamnya yang dilekati kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan.2

Alquran diturunkan oleh Allah ditengah-tengah bangsa arab yang pada waktu itu kebanyakan masih buta huruf. Meskipun begitu mereka memiliki banyak keistimewaan berupa ingatan yang sangat kuat. Melihat fenomena yang seperti itu maka disarankan suatu cara yang selaras dengan kondisi dalam menyiarkan dan memelihara Alquran. Nabi Muhammad saw menganjurkan dan memerintahkan untuk menghafal ayat-ayat Alquran setiap kali diturunkan dan memerintah para ahli untuk menulisnya. Dengan cara seperti itulah Alquran dapat senantiasa terpelihara dimasa Nabi Muhammad Saw. Usaha menghafal Alquran oleh sebagian umat Islam terus berlanjut dan hal ini merupakan salah satu cara untuk menjaga keorisinalitas Alquran.

Menjaga keorisinalitas bisa dilakukan dengan cara membaca, memahami dan menghafalkannya. Meskipun sebagian orang menganggap menghafal Alquran cenderung lebih sulit dari pada dari pada membaca dan memahaminya. Hal ini terjadi karena Alquran memilih lembaran lembaran yang sangat banyak sehingga menghabiskan banyak waktu, dan hal lainnya yang menghalangi seseorang untuk menghafal Alquran. akan tetapi selama kita mau menghafal pasti Allah akan membukakan jalan. Yang terpenting dalam menghafal Alquran adalah bagaimana meningkatkan kelancaran (menjaga) atau melestarikan Alquran agar tetap ada dalam dada.

2 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Alquran (Jogyakarta: Diva Press, 2009), 229-230.

(16)

Adapun faedah menghafal Alquran adalah: a) Kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat. b) Sakinah (Tenteram Jiwanya). c)Tajam Ingatan dan Bersih Intuisinya. d) Bahtera Ilmu. e) Memiliki Identitas yang Baik dan Berperilaku Jujur. f) Fasih dalam Berbicara. g) Memiliki Do’a yang Mustajab.3

Masalah Pendidikan adalah masalah semua umat. Pada bangsa yang primitif sekalipun, aktifitas pendidikan pasti terjadi. Karena sebenarnya pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dalam mempertahankan dan melangsungkannya kehidupannya. Dalam kehidupan manusia pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas, bertanggung jawab dan mampu mengantisipasi masa depan. Pendidikan dalam maknanya yang luas senantiasa menstimulir, menyertai perubahan-perubahan dan perkembangan umat manusia. Selain itu, upaya pendidikan senantiasa menghantar, membimbing perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.4

Maka salah satu bagian penting yang mendapatkan perhatian terkait dengan pendidikan adalah penguatan nilai karakter. Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang menyerupai binatang. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Mengingat begitu pentingnya karakter,

3 Ahsin W. Alhafidz,Bimbingan Praktis Menghafal Alquran( Jakarta: Bumi Aksara, 1994 ),35.

4 Abd Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta, Kalam Mulia, 2002),13.

(17)

maka instansi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran.

Karena keberhasilan suatu bangsa memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa

“Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas atau karakter bangsa (manusia) itu sendiri.5

Dengan adanya pendidikan karakter sesorang anak akan menjadi cerdas emosinya yang nantinya bisa dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.

sebagaimana tujuan pendidikan karakter adalah mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

Pendidikan karakter merupakan progam yang sudah dirancangkan sejak dahulu di era kepemimpinan presiden pertama Indonesia. Dunia pendidikan sekolah-sekolah harus lebih intens melaksanakan progam pendidikan karakter.

Karakter religius mempunyai watak yang erat kaitannya dengan agama dan bernuansa Islami seperti berakhlak yang baik. Sebuah karakter sangat identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan perwujudan dari nilai- nilai perilaku manusia yang menyeluruh yang meliputi seluruh aktivitas

5 Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 2

(18)

manusia, baik hubungan antar manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan.

Hal itu dikarenakan banyak siswa yang hanya pintar di kognitif tetapi karakternya rendah, kurang disiplin dan sebagainya. Kebanyakan praktisi pendidikan kita memang condong kepada dimensi pengetahuan, yang memegang asumsi jika aspek kognitif telah dikembangkan secara benar, maka aspek afektif akan ikut berkembang secara positif, padahal kenyataannya aspek afektif dan psikomotorik pun sangat berperan. Tentunya hal itu bisa dikembangkan diluar teori atau pelajaran, seperti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler salah satunya program tahfidzul qur’an. Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar, kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar peserta didik dapat mengembangkan kepribadian, minat dan kemampuannya diberbagai bidang diluar akademik. Ekstakurikuler wajib merupakan program ekstakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut.6

Program merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi dalam sebuah organisasi yang harus melibatkan sekelompok orang. Seperti halnya program tahfidz di Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember tersebut yang melibatkan banyak pihak yaitu, kepala Madrasah, guru tahfidz, ustadz/ustadzah serta siswa.

6 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 63 tahun 2014, Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Ekstrakulikuler Wajib.

(19)

Tujuan pelaksanaan program tahfidz Alquran di Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember adalah untuk meningkatkan Iman dan Taqwa, membentuk dan mewujudkan karakter peserta didik agar menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur dan ketika anak-anak dekat dengan Alquran maka diharapkan mereka bisa berkepribadian qurani, mencetak siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember sebagai siswa yang berakhlakul karimah, meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa. Selain alasan tersebut hal lain yang melatarbelakangi adanya program tahfidz di Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember adalah agar lulusan Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember yang mengikuti program tahfidz dapat diterima di perguruan tinggi favorit dengan beasiswa tahfidz.7

Keunikan Program Tahfidz di Rumah quran MAN 2 Jember merupakan program MAN 2 Jember yang mana memiliki pengawasan dan bimbingan khusus, ada 2 macam tahfidz yaitu tahfidz reguler dan tahfidz intensif. Tahfidz reguler merupakan program kelas X dan kelas XI, XII yang memiliki target yaitu juz 30. Sedangkan Tahfidz Intensif yang di tempatkan didalam Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember yaitu asrama Alquran. ini memang disedikan anak-anak yang menetap di asrama dengan hafalannya yang telah ditentukan sekolah yaitu 10 juz sampai lulus dari MAN 2 Jember. Jumlah yang mengikuti 40 peserta pada waktu itu setelah perkembangan zaman dan dukungan orang tua menginginkan anak yang bisa menghafal Alquran bertambah pula yang mengikuti rumah tahfidz Alquran. Serta kegiatannya

7 Kodariyah,Wawancara, MAN 2 Jember, 16 Juli 2019

(20)

dilakukan mulai tahajjud sampai sholat subuh lalu quran time pada jam 04.00 setoran yang sudah dihafal kepada ustdzah. Sistem hafalannya dibagi menjadi 3 kelompok dimana setiap kelompok sudah ada ustadzahnya. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan menghafal yang berbeda-beda di antaranya dengan cara mendengar, membaca, dan sebagainya.8 Dalam menghafal Alquran di MAN 2 Jember menggunakan beberapa metode yaitu metode menghafal, metode sorogan, metode muraja’ah, dan metode mendengarkan.

Metode menghafal dilaksanakan dengan cara membaca secara berulang-ulang sampai menghafalnya, metode sorogan dilaksanakan dengan cara menyetorkan hafalan kepada ustdaz-ustadzah, metode muraja’ah dilaksanakan mengulang-ulang hafalan yang telah diperoleh sebelum melanjutkan ke hafalan berikutnya, dan metode mendengarkan dilaksanakan dengan cara mendengarkan suatu bacaan yang dihafalkannya. Dengan metode-metode yang digunakan oleh ustadz-ustadzah tersebut dapat mencetak penghafal Alquran. Dengan begitu, MAN 2 Jember memperoleh prestasi tahfidz dengan mengikuti lomba menghafal 5 juz di IAIN Jember mendapatkan kategori juara 1, asrama putri serta mengikuti fatmil quran di IAIN Jember mendapatkan juara 1, lomba sahil ikut di Universitas Brawijaya.

Berangkat dari pemaparan diatas, penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penguatan pendidikan karakter dengan judul Penerapan Metode Tahfidz Dalam Pembinaan Karakter Religius di “Rumah quran” MAN 2 Jember.”

8 Observasi, Kegiatan di Rumah Quran MAN 2 Jember, (06 Maret 2019)

(21)

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah ditemukan diatas, maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di “Rumah Quran” MAN 2 Jember ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di “Rumah Quran” MAN 2 Jember ? 3. Bagaimana hasil penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter

religius di “Rumah Quran” MAN 2 Jember?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan di tuju dalam melakukan penelitian. Setiap penelitian mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Demikian dengan penelitian kali ini. Berdasarkan fokus penelitian diatas. Maka penelitian ini bertujuan :

1. Mendeskripsikan penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di “Rumah Quran” MAN 2 Jember

2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di “Rumah Quran” MAN 2 Jember

3. Mendeskripsikan hasil penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di “Rumah Quran” MAN 2 Jember

(22)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat secara keseluruhan.Kegunaan penelitian harus realistis.9

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah dan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di “Rumah Quran” MAN 2 Jember.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan Referensi dan memperkaya khazanah keilmuan di lembaga perguruan tinggi khususnya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember.

2. Manfaat praktis a. Bagi Peneliti

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi peneliti dan penulisan karya tulis ilmiah secara teori maupun praktek.

2) Peneliti ini diharapkan dengan memperkarya wawasan pengetahuan bagi peneliti yang berkaitan tentang penerapan metode tahfidz

9 Tim Penyusun IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: STAIN Jember Press, 2015), 45.

(23)

dalam pembinaan karakter religius di “Rumah Quran” MAN 2 Jember.

b. Bagi peneliti yang akan datang

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pijakan dalam perumusan desain penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius di “Rumah Quran”

MAN 2 Jember.

c. Bagi IAIN Jember

Untuk menambah literatur perpustakaan lebih khusus bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam dan juga diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada mahasiswa.

d. Bagi Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengevaluasi dan keterampilan seorang guru dalam melaksanakan penerapan metode tahfidz sehingga mampu secara maksimal dalam meningkatkan karakter religius siswa-siswi di MAN 2 Jember.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh

(24)

peneliti.10 Hal-hal yang perlu ditegaskan dalam judul penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Metode Tahfidz

Penerapan merupakan sebuah perbuatan melaksanakan. Penerapan metode tahfidz merupakan sebuah pelaksanaan dari sebuah metode menghafal untuk mencapai sebuah tujuan yang ingin dicapai. Penerapan metode tahfidz dalam penelitian ini adalah suatu program Ekstrakurikuler yang ada di MAN 2 Jember. Penerapan metode yang digunakan dalam menghafal yaitu metode menghafal, metode sorogan, metode muraja’ah, dan metode mendengarkan. Metode menghafal dilaksanakan dengan cara membaca secara berulang-ulang sampai menghafalnya, metode sorogan dilaksanakan dengan cara menyetorkan hafalan kepada ustdaz-ustadzah, metode muraja’ah dilaksanakan mengulang-ulang hafalan yang telah diperoleh sebelum melanjutkan ke hafalan berikutnya, dan metode mendengarkan dilaksanakan dengan cara mendengarkan suatu bacaan yang dihafalkannya.

2. Pembinaan Karakter Religius

Pembinaan merupakan proses belajar dengan melepas hal-hal yang baru yang belum dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki dengan membantu orang yang menjalaninya untuk mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang di jalani secara efektif. Pembinaan karakter

10 Tim Penyusun IAIN JEMBER, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IAIN Jember (Jember: IAIN Press.2014), 45.

(25)

religius dalam penelitian ini yaitu suatu proses membantu mengembangkan sebuah karakter siswa-siswi dengan bernuansa Islami atau berakhlak yang baik melalui metode menghafal Alquran. Karakter religius yang dimaksud adalah suatu sikap dan perilaku yang diterapkan sesuai ajaran agama Islam, karakter religius meliputi patuh terhadap ajaran agama, toleran terhadap agama lain dan rukun dengan pemeluk agama lain.

3. Rumah Quran

Rumah Quran merupakan suatu tempat yang dikhususkan kepada peserta didik yang ikut dalam menghafalkan Alquran. Agar peserta didik lebih memahami dan dekat dengan Alquran. karena guru ingin menciptkan generasi bangsa yang menjadi ahli qurani. Bahwasanya di Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember dalam Rumah quran dimunculkan sesuai ide atau gagasan dari Kepala Madrasah karena sebagian rumah dinas beliau di fasilitasi untuk peserta didik yang ikut rumah tahfidz supaya mereka menghafalnya ada tempat yang sudah disediakan dan sangat dibimbing oleh ustadz dan ustadzahnya.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup.11 Untuk mempermudah dalam pemahaman isi, maka peneliti disini menguraikan bab-

11 Tim Penyusun IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IAIN Jember, 48.

(26)

bab agar memberikan kemudahan, pemahaman dalam pembahasan ini.

Sistematikanya adalah sebagai beikut:

BAB pertama, merupakan bagian pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.

BAB kedua, kajian kepustakaan, yang terdiri dari penelitian terdahulu, dan kajian teori yang meliputi (1) Penerapan Metode Tahfidz (2) Pembinaan Karakter Religius

BAB ketiga, merupakan bab yang membahas tentang mtode penelitian yang terdiri dari, pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahap- tahap penelitian.

BAB keempat, merupakan bab yang membahas tentang penyajian data dan analisis yang terdiri dari gambaran obyektif penelitian, penyajian data dan analisis serta pembahasan temuan.

BAB kelima, merupakan bab tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Fungsi bab ini adalah memperoleh suatu gambaran dari hasil penelitian berupa kesimpulan. Sedangkan saran-saran dapat membantu memberikan saran yang bersifat konstruktif yang terkait dengan penelitian.

(27)

A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasi. Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinilitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan.

1. Diyah Zumaroh Rahmaniar, 2019 (IAIN Jember): dengan judul “Penguatan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Tahfidz Alquran di Sekolah Dasar Islam Tompokersan Lumajang Tahun Pelajaran 2018/2019.”

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil yang di peroleh sebagai berikut : (a) Perencanaan pembelajaran tahfidz Alquran dalam penguatan pendidikan karakter menggunakan format perencanaan yang berupa dokumen perencanaan pembelajaran tahfidz Alquran. (b) Pelaksanaan pembelajaran tahfidz Alquran dalam penguatan pendidikan karakter dilaksanakan hari rabu-sabtu pukul 06.00 WIB. (c) Evaluasi pembelajaran tahfidz Alquran dalam penguatan pendidikan karakter pada karakter mandiri, religius, taat hukum dan disiplin.12

12 Diyah Zumaroh Rahmaniar, Penguatan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Tahfidz Alquran di Sekolah Dasar Islam Tompokersan Lumajang Tahun Pelajaran 2018/2019(IAIN Jermber: Tidak diterbitkan, 2019),

(28)

Persamaaan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang pendidikan karakter melalui pembelajaran tahfidz dan menggunakan pendekatan kualitatif. Perbedaannya yakni peneliti tersebut mengungkap tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penguatan pendidikan karakter melalui pembelajaran tahfidz Alquran di Sekolah Dasar Islam Tompokersan Lumajang. Sedangkan penelitian ini membahas tentang penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius, faktor pendukung penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius, dan hasil penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius.

2. Yeni Mutmainah, 2018 (IAIN Jember): dengan judul “Penerapan Metode Tahfidz Alquran di Sekolah Menengah Pertama Alquran Minhajut Thullab Berasan Banyuwangi.”Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil yang di peroleh sebagai berikut : (a) Penerapan metode bin-nazhar SMP Alquran Minhajut Thullab Berasan Banyuwangi. (b) Penerapan Metode Talaqqi di SMP Alquran Minhajut Thullab Berasan Banyuwangi. (c) Penerapan Metode Takrir di SMP Alquran Minhajut Thullab Berasan Banyuwangi.13

Persamaan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang penerapan metode tahfidz Alquran disekolah menengah pertama dan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaannya yakni peneliti tersebut mengungkap tentang Metode Tahfidz Alquran di

13 Yeni Mutmainah, Penerapan Metode Tahfidz Alquran di Sekolah Menengah Pertama Alquran Minhajut Thullab Berasan Banyuwangi(IAIN Jermber: Tidak diterbitkan, 2018),

(29)

Sekolah Menengah Pertama Alquran Minhajut Thullab Berasan Banyuwangi. Sedangkan penelitian ini membahas tentang penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius, faktor pendukung penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius, dan hasil penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius.

3. Nurfatul Umairoh, 2017 (IAIN Jember): dengan judul “Implementasi Pembelajaran Tahfidzul Quran di Pondok Pesantren Yasinat Wuluhan Jember.” Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil yang di peroleh sebagai berikut : (a) Perencanaan dalam Pembelajaran Tahfidzul di Pondok Pesantren Yasinat Wuluhan Jember. (b) Perencanaan kegiatan dalam pondok seperti jadwal- jadwal untuk agenda kegiatan setiap harian mingguan dan agenda bulanan dan tahunan. (c) Evaluasi dalam pembelajaran Tahfidzul di Pondok Pesantren Yasinat Wuluhan Jember.14

Persamaan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang pembelajaran tahfidzulquran dan menggunakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Perbedaannya yakni peneliti tersebut mengungkap tentang implementasi pembelajaran tahfidzulquran di Pondok Pesantren Yasinat Wuluhan Jember. Sedangkan penelitian ini membahas tentang penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius, faktor pendukung penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter

14 Nur Fatul Umairoh,Implementasi Pembelajaran Tahfidzul Quran di Pondok Pesantren Yasinat Wuluhan Jember(IAIN Jermber: Tidak diterbitkan 2017),

(30)

religius, dan hasil penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius.

4. Dewi Septiyo Indah Yani, 2019 (IAIN Jember): dengan judul “Program Rumah Quran Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa di Mdarasah Aliyah Negeri 2 Jember”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil yang di peroleh sebagai berikut : (a) Perencanaan pengelolaan program rumah quran dilakukan dengan sistematis yaitu terlebih dahulu melihat kebutuhan lingkungan sekitar. (b) Pengelolaan rumah quran dilakukan dengan cara pembinaan secara penuh. (c) Evaluasi dilakukan setiap bulan oleh pengurus dan ustadzah.15

Persamaan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang program rumah quran di MAN 2 Jember dan mengunakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Perbedaannya yakni peneliti tersebut mengungkap tentang program rumah quran dalam meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember. Sedangkan penelitian ini membahas tentang penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius, faktor pendukung penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius, dan hasil penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius.

15 Dewi Septiyo Indah Yani, Program Rumah Quran Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa di Mdarasah Aliyah Negeri 2 Jember(IAIN Jermber: Tidak diterbitkan 2019),

(31)

Tabel 2.1

Orisinalitas Penelitian Terdahulu

No

Nama, Tahun, Judul

Hasil Persamaan Perbedaan

1. Diyah Zumaroh Rahmaniar, 2019, Penguatan pendidikan karakter melalui pembelajara n tahfidz Al qur’an di sekolah dasar islam tompokersa n lumajang tahun pelajaran 2018/2019

Hasil penelitian tersebut menghasilkan Perencanaan Pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran tahfidz al qur’an dalam penguatan pendidikn karakter di sekolah dasar islam

tompokersan lumajang

sama-sama membahas tentang pendidikan karakter memalui pembelajaran tahfidz dan menggunakan pendekatan kualitatif

Perbedaan terletak pada fokus peneltian yaitu bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

Penguatan pendidikan karakter melalui pembelajaran tahfidz al qur’an di sekolah dasar islam

tompokersan lumajang tahun pelajaran 2018/2019 2. Yeni

mutmainah, 2018, penerapan metode tahfidz al qur’an di sekolah menengah pertama al qur’an minhajut thullab berasan banyuwangi

Hasil penelitian tersebut menghasilkan penerapan Metode bin nadzhar, Metode Talaqqi, dan Metode Takrir di sekolah menengah pertama al qur’an minhajut thullab berasan banyuwangi

sama-sama membahas

tentang penerapan metode tahfidz al qur’an di sekolah menengah

pertama al qur’an dan menggunakan penelitian

deskriptif kualitatif

Perbedaan terletak pada fokus peneltian yaitu metode tahfidz al qur’an disekolah menengah

pertama al qur’an minhajut thullab berasan

banyuwangi

3. Nurfatul Umairoh, 2017,

Hasil penelitian tersebut

sama-sama membahas tentang

Perbedaan terletak pada fokus peneltian

(32)

implementa si

pembelajara n tahfidzul qur’an di pondok pesantren yasinat wuluhan jember

menghasilkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran tahfidzul qur’an di pondok pesantren yasinat wuluhan jember

pembelajaran tahfidzul qur’an dan menggunakan penelitian

kualitatif bersifat deskriptif

yaitu

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

implementasi pembelajaran tahfidzul qur’an dipondok

pesantren yasinat wuluhan jember

4. Dewi Septiyo Indah Yani, 2019, Program Rumah Quran Dalam Meningkatk an

Kecerdasan Spiritual Siswa di Mdarasah Aliyah Negeri 2 Jember

Perencanaan pengelolaan program rumah quran dilakukan dengan sistematis yaitu terlebih dahulu melihat kebutuhan lingkungan sekitar.

Pengelolaan rumah quran dilakukan dengan cara pembinaan secara penuh.

Evaluasi dilakukan setiap bulan oleh

pengurus dan ustadzah

program rumah quran di MAN 2 Jember dan mengunakan penelitian

kualitatif bersifat deskriptif

Perbedaan terletak pada fokus peneltian yaitu program rumah quran dalam

meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Jember

Kelebihan dan kekurangan dari penelitian terdahulu yaitu mengenai Penerapan metode dan faktor pendukung dan penghambat serta hasil penerapan dalam pembinaan kakrakter religius di Rumah Quran MAN 2 Jember dan kekurangan dalam penelitian ini ialah perencanaan,

(33)

pelaksanaan dan evaluasi. penelitian yang dilakukan pada saat ini fokus pada penerapan metode tahfidz dalam pembinaan karakter religius dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif.

B. Kajian Teori 1. Metode Tahfidz

a. Pengertian Metode Tahfidz

Metode berasal dari bahasa yunani “methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi ilmu yang bersangkutan.16 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikir baik- baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu penegtahuan dan lain sebagainya), cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna untuk mencapai tujuan yang ditentukan.17

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Menurut J.R David dalam Teaching strategies for Collage Class Room (1976) meyebutkan bahwa methode is a way in something (cara untuk mencapai sesuatu). Artinya metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang sudah ditetapkan.18 Menurut Kamus Besar Indonesia,

16 Oemar Hamalik, Proses Belajar menngajar, (Jakarta:Bumi Askara, 2001), 47.

17 Pusat Pemebinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka, 1998), 581.

18 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), 193.

(34)

Pengertian Tahfidz (hafalan) adalah berusaha merupakan kedalam fikiran agar selalu ingat. Sedangkan menurut Zuhairini Dan Ghofir yang dikutip oleh kamil Hakimin Ridwal Kamil dalam Bukunya yang berjudul Mengapa Kita Menghafal (Tahfidz) Al quran istilah menghafal adalah suatu metode yang digunakan untuk mengingat kembali suatu yang pernah dibaca secara benar seperti apa adanya.

Metode tersebut banyak yang digunakan dalam usaha menghafal Al quran dan Hadits.

b. Macam-Macam Metode Tahfidz

Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Alquran dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal Alquran. Metode-metode diantranya:

1) Metode Wahdah

Metode wahdah adalah metode menghafal Alquran dengan cara menghafal satu persatu ayat yang hendak dihafalkannya.

Dimana setiap ayat dibaca sebanyak sepuluh kali atau lebih.

Sehingga mampu membentuk pola dalam bayangannya.dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang akan dihafalkannya bukan saja dalam banyanganya, akan tetapi benar-benar membentuk gerak reflek pada lisannya. Setelah benar-

(35)

benar hafal baru dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama hingga mencapai satu halaman (muka). 19

Metode ini adalah mendahulukan proses menghafal dengan langkah-langkah berikut:

a) Membaca ayat-ayat yang akan dihafal.

b) Membaca sambil dihafal

c) Setelah hafalan lancar maka ditambah dengan merangkai dengan kalimat berikutnya sehingga sempurna menjadi satu ayat.

d) Menambah materi atau hafalan baru seperti pada langkah- langkah sebelumnya dan diulang-ulang tanpa melihat al- qur’an.

e) Materi baru dirangkai dengan materi yang terdahulu dan diulang-ulang sampai waktu dan materi yang ditargetkan selesai.

f) Menyetor atau memperdengarkan hafalan kepada ustadz/ustdzah atau kyai.

g) Berikutnya penghafal menyetorkan hafalan baru dengan terlebih dahulu memperdengarkan materi-materi sebelumnya.

2) Metode Kitabah

Kitabah artinya menulis, yaitu penghafal menulis terdahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya pada secarik kertas. Kemudian

19 Ahsin Wijaya Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al Quran, (Jakarta: Bumi Askara, 2009), 63.

(36)

ayat-ayat tersebut dibaca hingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkan. Menghafalnya bisa menggunakan metode wahdah, atau dengan menuliskannya berkali-kali sambil memperhatikannya dan sambil menghafalkannya dalam hati. Metode ini cukup praktis dan baik, karena disamping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam banyangannya.20

3) Metode Sima’i

Sima’ artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode sima’i adalah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya.

Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat yang ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak- anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal baca tulis Al quran. Metode ini dapat dilakukan melalui dua alternatif yaitu:

a) Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak. Dalam hal ini guru dituntut untuk berperan aktif, sabar dan teliti dalam membacakan dan membimbingnya, karena ia harus membacakan satu persatu ayat untuk dihafalkannya sehingga penghafal mampu menghafal secara sempurna.

b) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya kedalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan

20 Ahsin Wijaya Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al Quran, (Jakarta: Bumi Askara,

2009), 64.

(37)

kemampuannya. Kemudian kaset diputar dan didengar secara seksama sambil mengikutinya secara perlahan-lahan. Kemudian diulang sehingga ayat-ayat tersebut benar-benar hafal diluar kepala.21

4) Metode Gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan metode kedua yaitu metode wahdah dan metode kitabah.

Dalam hal ini penghafal menghafal ayat-ayat sampai benar-benar hafal, kemudian setelah selesai menghafal penghafal mencoba menuliskan ayat-ayat yang dihafal diatas kertas. Jika ia mampu mereproduksi kembali ayat-ayat yang dihafalkanya dalam bentuk tulisan, maka ia dapat melanjutkan lagi untuk menghafal dan menuliskan hafalan selanjutnya. Kelebihan metode ini adalah memiliki fungsi ganda, yakni berfungsi untuk menghafal dan sekaligus memantabkan hafalan.22

5) Metode Jama’

Metode jama’ adalah cara menghafal yang dilukakan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau secara bersamaan, dipimpin oleh seorang instruktur, pertama instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti

21 Ibid, 64

22 Ibid, 65

(38)

bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf dan seterusnya hingga ayat yang dihafalkan benar-banar sepenuhnya hafal. Cara ini termasuk metode yang baik untuk.23 6) Metode juz’i

Metode juz’i yaitu cara menghafal alquran secara berangsur-angsur atau sebagian demi sebagian dan menghubungkan antar bagian satu dengan bagian lainnya dalam satu kesatuan materi yang dihafal. hal ini dapat dikaji dari pernyataan berikut ini, “untuk memperingan beban, materi yang akan dihafalkan hendaknya dibatasi. Umpamanya menghafal sebanyak tujuh baris, sepuluh baris, satu halaman atau satu hizb.

Apabila telah selesai, berpindahlah ke hafalan berikutnya.

Kemudian gabungkan semua hafalan yang telah dihafal. Sebagai contoh, seorang anak menghafal surah Al-Hujurat menjadi dua atau tiga tahap atau surah Al-Kahfi dihafal menjadi empat atau lima tahap.” 24

7) Metode Kulli

Metode Kulli adalah metode menghaflakan Alquran dengan cara menghafalkan keseluruhan materi hafalan yang dihafalkan, tidak dengan cara bertahap atau sebagian-sebagian. Jadi keseluruhan materi ayat yang ada dihafal tanpa memilih-milihnya, baru kemudian diulang terus sampai benar-benar hafal. Penjelasan

23 Ibid, 66

24 Nurul Qomariyah dan Mohammmad Irsyad, Metode Cepat dan mudah agar anak Hafal Alquran, (Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016), 41-42

(39)

tersebut bersal dari pernyataan berikut,” hendaknya seorang penghafal mengulang-ulang apa yang pernah dihaflakannya meskiupun hal itu merupakan satu kesatuan tanpa memilah- milahnya. Misalnya, dalam menghafal surah An-nur, di sana ada tiga hizb, kurang lebih ada delapan halaman yang dapat dihaflakn oleh seorang anak sekaligus dengan cara banyak membaca dan mengulang”.

8) Metode Talaqqi

Metode Talaqqi berasal dari kata laqia yang berarti berjumpa. Yang di maksud berjumpa disini adalah bertemunya antara murid dengan guru. Maksud metode talaqqi disini adalah menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafalkannya kepada seorang guru atau isntruktur. Proses talaqqi ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan seorang hafidz dan menadapatkan bimbingan seperlunya.25

9) Metode (Muraja’ah)/pengulangan

Hambatan terbesar dalam menghafal adalah cepat lupa dengan hafalan. Musababnya, akal manusia itu memiliki daya ingat jangka pendek dan daya ingat jangka panjang. Ketika proses menghafal, materi hafalan berada di dalam memori jangka pendek, namun dengan adanya pengulangan yang terus-menerus, materi hafalan akan berpindah ke dalam memori jangka panjang. Yang

25 Ahmad Zaenal Abidin, Kilat dan Mudah Hafal Juz Amma, (Yogyakarta: Sabil, 2015), 37

(40)

terpenting adalah Muraja’ah harus dilkukan secara berkelanjutan dan mencukupi. Jangan pula kita lupa untuk menjadikan shalat- shalat sunah sperti shalat malam sebagai sarana untuk mengulang hafalan, yang terpenting, kita harus mengetahui sebuah kaidah yang menyatakan bahwa seorang hafiz tidak boleh menghabiskan waktu lebih dari setengah jam untuk menyelesaikan muraja’ah satu juz.

Badawilah mengatakan, “Sekalipun anda telah mengatur dan membuat perencanaan untuk menghafal Alquran, tentu akan tetap ada kekurangan. Namun, hal itu lebih daripada orang yang tidak pernah membuat target dan perencanaan sama sekali”.26

Teknik ber-Muraja’ah (mengulangi) pertama-tama kami akan menjelaskan tentang cara yang tepat untuk mengulangi hafalan Alquran yaitu cara yang dipraktekkan oleh nabi dan para sahabatnya. Kemudian akan menjelaskan kepada orang yang merasa kesulitan untuk memulai dengan cara ini, yaitu tentang tahap demi tahap untuk mencapai derajat yang tinggi ini. Cara mengulangi hafalan yang tepat adalah dengan membagi-bagi Al quran menjadi beberapa hizb (tahzib).27

Berdasarkan temuan penelitian, terdapat metode tahfidz Alquran di MAN 2 Jember yaitu :

a) Metode wahdah (menghafal) dilaksanakan dengan cara membaca secara berulang-ulang sampai menghafalnya.

26 Ahmad bin Salim Baduwailan, Tips dan Motivasi Menghafal Alquran (Solo: PT. Aqwam Media Profetika, 2017), 52-53

27 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Alquran (Surakarta: Ihsan Kamil, 2018), 105

(41)

b) Metode sorogan (Talaqqi) dilaksanakan dengan cara menyetorkan hafalan kepada ustdaz-ustadzah.

c) Metode muraja’ah dilaksanakan mengulang-ulang hafalan yang telah diperoleh sebelum melanjutkan ke hafalan berikutnya, dan d) Metode mendengarkan dilaksanakan dengan cara mendengarkan

suatu bacaan yang dihafalkannya.

c. Faktor Pendukung dan Penghambat Tahfidz

Ada beberapa faktor yang dianggap penting sebagai pendukung keberhasilan menghafal Al-Quran diantaranya:

1) Usia yang ideal

Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak dalam menghafal Alquran, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat usia seseorang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal al-qur’an. Sesorang penghafal yang berusia relatif masih muda akan relatif lebih potensial daya serap dan resapnya terhadap materi-materi yang dibaca atau dihafal, didengarnya dibanding dengan meraka yang berusia lanjut. 28

2) Management waktu

Diantara para penghafal Alquran ada yang proses mengahafalnya secara spesifik (khusus), yakni tidak ada kesibukan lain kecuali menghafalAlquran saja. Tetapi ada pula yang menghafal disamping juga melakukan kegiatan-kegiatan lain

28Ahsin Wijaya Al-Hafizh, Bimbingan Praktis Menghafal Al Quran, (Jakarta: Bumi Askara, 2009), 56

(42)

seperti sekolah dan bekerja. Alokasi waktu yang ideal untuk ukuran sedang dengan target harian satu halaman adalah 4 (empat) jam, dengan rincian dua jam untuk menghafal, ayat-ayat baru, dan dua jam untuk muroja’ah ayat-ayat yang dihafalkanya. Penggunaan waktu tersebut dapat disesuaikan dengan managemnt waktu yang diperlukan oleh masing-masing penghafal.29

Ada beberapa waktu yang dianggap sesuai dan baik untuk melakukan halafalan diantaranya:

a) Waktu sebelum terbit fajar

Waktu sebelum terbit fajar adalah waktu yang sangat bai untuk menghafal ayat-ayat suci Alquran, karena disamping memberikan ketenangan juga waktu fajar merupakan waktu yang memiliki banyak keutamaan.30

b) Setelah fajar hingga terbinya matahari

Waktu pagi juga merupakan waktu yang baik untuk menghafal, karena pada saat itu seseorang belum terlibat dari berbagai kesibukan, disamping baru bangun tidur dari istirahat yang panjang sehinggafikirannya masih segar dan bebas dari beban mental dan fikiran yang memberankat.

c) Setelah bangun dari tidur siang

Faktor psikis dari tidur siang adalah untuk mengembalikan kesegaran jasmani dan menetralisir otak dari

29 Ibid, 58

30 Ibid, 59

(43)

kelesuan dan kejenuhan setelah sepanjang hari berkerja keras. Oleh karena itu setelah bangun siang hendaknya dimanfaatkan untuk menghafal walaupun hanya sedikit, atau hanya sekedar muroja’ah.

d) Setelah sholat

Dalam hadist Rosulullah pernah mengatakan bahwa diantara waktu yang mustajabah adalah setelah mengerjakan sholat fardu, terutama bagi orang yang mengerjakan dengan khusu’ sehingga ia mampu menetralisir jiwanya dari kekalutan.

e) Waktu diantara magrib dan isya’

Waktu ini sangat lazim sekali digunakan oleh kaum muslimin untuk membaca Alquran.Atau bagi penghafal waktu ini lazim digunakan untuk menghafal atau mengulang kembali ayat-ayat yang telah dihafalnya.31

3) Tempat menghafal

Situasi dan kondisi suatu tempat juga mendukung tercapainya keberhasilan programTahfidz Alquran. Suasana yang bising, kondisi lingkungan yang tak enak dipandang mata, penerangan yang tidak sempurna dan polusi udara yang tidak nyaman akan menjadi kendala terberat terciptanya konsentrasi.

Oleh karena itu, untuk menghafal diperlukan tempat yang ideal

31Ibid, 60

(44)

untuk terciptanya konsentrasi.32 Tempat yang ideal untuk menghafal adalah tempat yang memiliki kreteria sebagai berikut:

a) Jauh dari kebisingan b) Bersih dan suci dari najis c) Ventilasi yang cukup

d) Ruangan tidak terlalu sempit e) Penerangan yang cukup

f) Tidak memungkinkan timbulnya ganguan-ganguan.

4) Latar Belakang Pendidikan Orang Tua

Sukses tidaknya seorang anak juga turut di pengaruhi oleh latar belakang pendidikan orang tua. Karena, pendidikan yang mereka peroleh akan memengaruhi cara mereka mendidikan anak, sehingga mereka mempunyai modal dalam mendidik anak dalam menghafal Alquran, terutama ilmu tentang Alquran ketika masih mengenyam pendidikan, yang mana sang ayah saat kuliah memiliki hafalan 5 juz, sedangkan sang ibu saat dimadrasah aliyah telah hafal 17 juz. Meskipun saat ini jumlah hafalan tersebut berkurang karena mereka kurang memerhatikannya sebab kesibukan yang dimiliki. 33

5) Keteladanan orang tua

Mempelajari ilmu Alquran, khususnya ilmu tadwid tidak hanya berhenti saat mereka dipondok pesantren tetapi mereka

32 Ibid, 61

33 Nurul Qomariyah dan Mohammmad Irsyad, Metode Cepat dan mudah agar anak Hafal Alquran(Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016), 134-141

(45)

mendalami kembali setelah menikah. Selain itu mengajarkan Alquran juga mereka teladankan bagi anak bahwa Alquran harus menjadi bagian dalam hidup mereka. Tidak hanya itu setiap ucapan dan sikap mereka, mereka upayakan menjadi contoh bagi anak.

Terlebih lagi akhlak baik yang harus mereka utamakan dalam mendukung anak menghafal Alquran sejak usia dini.

6) Peran Lembaga Pengajian

Dalam mendidik anak menghafal Al quran, lembaga pengajian turut memberi peran.Lemabga pengajian disini adalah Rumah Tahfidz Quran.Dengan adanya lembaga tersebut di rumah mereka, menambah nuansa Alquran dan dilingkungan mereka.

Oleh sebab itu, keberadaan rumah tahfidz quran yang mereka dirikan turut mendukung proses anak-anak mereka untuk menghafal Alquran sejak usia dini.34

7) Pemanfaatan media

Dalam hal apa pun, media selalu menjadi faktor pendukung jika dimanfaatkan dengan tepat termasuk dalam mendidik anak menghafal Alquran sejak usia dini. Media yang digunakan dalam hal ini adalah VCD dan MP3 murattal yang selalu mereka putar di waktu istirahat anak atau saat anak akan tidur. Selain itu, ada buku- buku yang turut mendukung anak dalam menanamkan rasa cinta

34Ibid, 135

(46)

anak terhadap Alquran melalui kisah-kisah yang terdapat di dalam buku.35

8) Lingkungan yang Kondusif

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan disekitar rumah mereka. Rumah mereka terletak diujung gang, sehingga jauh dari keramaian jalan raya. Letak rumah mereka tersebut sangat mendukung anak daam proses menghafal Alquran yang mana tidak ada suara riuh kendaraan bersahut-sahutan yang akan mengganggu konsentrasi anak-anak dalam menghafal Alquran sehingga anak-anak bisa fokus belajar maupun bermain.

9) Orang Tua yang Saling Mendukung

Hal terpenting yang sangat mmendukung dalam mendidik anak menghafal Alquran sejak usia dini adalah mereka saling memotivasi dan menguatkan. Meraka saling mengingatkan tentang azam yang telah mereka tanamkan san harapan bagi anak-anak mereka dikemudian hari.Dengan demikian mereka saling bergandengan dalam mendidk anak mereka menghafal Alquran hingga berhasil sebagaimana yang diharapkan.36

Adapun faktor penghambat dalam metode tahfidz Alquran diantaranya yaitu :

35 Ibid, 136

36Nurul Qomariyah dan Mohammmad Irsyad, Metode Cepat dan mudah agar anak Hafal Alquran(Yogyakarta: Semesta Hikmah, 2016), 137

(47)

a) Tidak menguasai mahhorijul huruf dan tajwid

Salah satu faktor kesulitan menghafal alqur’an adalah karena bacaanya yang tidak bagus, baik dari segi mahhoriju huruf maupun tajwidnya. Untuk menguasai al-qur’an dengan baik maka ia harus mampu menguasai mahhorijul huruf dan tajwid dengan baik. Karena pada dasarnya orang yang tidak menguasai mahhorijul huruf dan memahami ilmu tajwid maka kesulitan dalam menghafal akan benar-benar terasa. Dan masa menghafal akan semakin lama. Dan tanpa menguasai keduanya bacaan Alquran akan kaku, tidak lancar dan banyak yang salah.

Padahal, orang yang hendak menghafal Alquran, bacaannya terlebih dahulu harus lancar dan benar, sehinga memudahkan dalam menjalani proses hafalan.37

b) Tidak sabar

Sabar merupakan kunci kesussesan untuk meraih cita- cita, termasuk cita-cita dalam menghafal Alquran. Karena pada dasarnya sesorang yang Menghafal Alquran akan memperoleh kesulitan maupun hambatan jika tidak memiliki sifat sabar.

Kesabaran sangat dibutuhkan kareana menghafal Alquran memerlukan waktu yang relatif lama dan konsentrasi yang penuh.38

37 Ibid, 62

38 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Menghafal Al Quran (Jogjakarya: Diva Press,2014), 15

(48)

c) Tidak sungguh-sungguh

Seorang yang menghafal Alquran akan menemui kesulitan jika tidak kerja keras dan sungguh-sungguh.

Sebenarnya kesulitan itu muncul karena sifat malas dan ketidaktekunan dalam menghafal. Apabila seseorang ingin berhasil menjadi hafidz maka ia harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam menghafal Alquran.39

d) Berganti-ganti mushaf Alquran

Berganti-ganti dalam menggunakan mushaf Alquran juga akan menyulitkan dalam proses hafalan da mentakrir Alquran dan dapat melemahkan hafalan. Sebab setiap alquran mempunyai posisi ayat dan bentuk tulisan yang berbeda-beda.

Hal ini akan menyebabkan kesulitan untuk membanyangkan posisi ayat. Akibatnya dapat timbul keraguan pada saat melanjutkan ayat yang berada diawal halaman selanjutnya setelah selasai membaca ayat pada akhir halaman sebelumnya.40

e) Tidak Mampu Membaca Al-Qur’an dengan Baik

Penghafal yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan belum lancar, akan mengalami hambatan dalam menghafal. Hal tersebut karena penghafal akan merasakan dua beban ketika menghafal yaitu beban membaca

39 Ibid, 16

40 Ibid, 17

(49)

dan beban menghafal. Agar tidak mengalami kesulitan menghadapi beban ini, ciptakan kemampuan membaca.41

f) Tidak Mampu Mengatur Waktu

Bagi penghafal Al-Qur’an yang tidak mampu mengatur waktunya akan mengalami hambatan dalam menyelesaikan hafalannya. Hal itu terjadi karena dia akan merasakan seakan- akan tidak memiliki waktu yang cukup untuk menghafal, karena itu penghafal harus disiplin dengan waktu. Pada hakikatnya, hanya orang disiplinlah yang mampu mengatur waktu.42

g) Adanya Ayat-ayat yang serupa

Ayat-ayat mutasyabihat banyak sekali terdapat dalam Al-Qur’an, kalau penghafal tidak betul-betul teliti dalam permasalahan ini bisa mengalami kesulitan dalam menghafal, karena bisa pindah dari surat satu ke surat yang lainnya.

h) Pengulangan yang Sedikit

Jika penghafal dalam proses menghafal Al-Qur’an merasakesusahan dalam merekam ayat-ayat yang sedang dihafal. Atau ketika menyetor hafalan tiba-tiba bacaannya tidak lancar padahal sebelumnya merasa sudah lancar dan betul-betul

41 Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Quran Da’iyah (Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2004), 84

42 Ibid, 85

(50)

hafal. Hal itumenandakan pengulangan terhadap ayat yang dihafalnya masih kurang.43

i) Tempat dan Lingkungan Kurang Kondusif

Tempat dan lingkungan menghafal yang tidak kondusip seperti tempat kerja, tempat keramaian dan sebagainya, akan memecahkan konsentrasi penghafal sehingga akan mengalami hambatan dalam menghafal Al-Qur’an. Maka tempat yang bisa membantu konsentrasi menghafal hendaknya dipilih oleh para penghafal Al-Qur’an.44

j) Tidak Ada Pembimbing

Keberadaan seorang pembimbing dalam menghafal Al- Qur’an sangat penting. Pembimbing akan selalu memberikan semangat kepada para penghafal. Jadi para penghafal yang tanpa pembimbing akan mengalami hambatan dalam menghafal Al-Qur’an yang cukup patal.45

d. Hasil Penerapan Metode Tahfidz

Ada beberapa hasil Penerapan metode tahfidz yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Alquran dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal Alquran.

tingkatan-tingkatan tersebut ada lima sebagai berikut:

43 Ibid, 87

44 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Alquran (Surakarta: Ihsan Kamil, 2010), 78

45 Ibid, 89

(51)

1) Tingkat hafalan

Murabbi membuat daftar muraja’ah dari yang paling rendah kekuatan hafalannya hingga yang tertinggi:

a) Tingkatan pertama

Muraja’ah hafalan seluruh Alquran untuk tahap awal dan menylesaikan dalam jangka waktu tiga bulan.

b) Tingkatan kedua

Muraja’ah hafalan seluruh Alquran untuk tahap kedua dan menyelesaikan dalam jangka waktu satu setengah bulan.

c) Tingkatan ketiga

Muraja’ah hafalan seluruh Alquran untuk tahap ketiga dan menyelesaikan dalam jangka waktu satu bulan.

d) Tingkatan keempat

Muraja’ah hafalan seluruh Alquran untuk tahap keempat dan menyelesaikan dalam jangka waktu setengah bulan.

e) Tingkatan kelima

Muraja’ah hafalan seluruh Alquran untuk tahap kelima dan menyelesaikan dalam jangka waktu tujuh hari.46

Berdasarkan penelitian ini dalam tingkatan pertama sampai kelima siswa-siswi penghafal Alquran yang ada di asrama tahfidz memiliki daya ingat dan daya kemampuan berbeda-beda sehingga sekolah memiliki target atau tingkat

46 Yahya Abdul Fatah Az-Zamawi, Revolusi Menghafal Alquran, (Surakarta: Ihsan Kamil, 2010), 94-95

(52)

hafalan sampai 10 juz hingga lulus dari MAN 2 jember. adapun salah satu siswa-siswi yang memiliki daya ingat dan kemampuan yang sangat kuat terkadang ada yang menghafal lebih dari target yang di tentukan dalam sekolah itu sangat bagus dan baik. Jadi dalam fase tingkatan tersebut ada siswa- siswi yang menghafal Alquran dengan waktu tujuh hari, setengah bulan ataupun satu bulan.

2) Tingkat pemahaman

Tingkat pemahaman merupakan salah satu patokan kompetensi yang dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar.

Dalam proses pembelajaran, setiap individu siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami apa yang dia pelajari. Ada yang mampu materi secara menyeluruh dan ada pula yang sama sekali tidak dapat mengambil makna dari apa yang telah dia pelajari, sehingga yang dicapai hanya sebatas mengetahui.

Untuk itulah tedapat tingkatan dalam memahami. Kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat dijabarkan ke dalam tiga tingkatan, yaitu:47

a) Menerjemahkan (Translation)

Pengertian menerjemahkan bisa diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain.

47 https://makalahpakar.blogspot.com/2018/04/pengertian-pemahaman-tingkatan-serta.html?m=1, diunduh pada tanggal 19-08-2019 20.00

(53)

b) Menafsirkan (Interpretation)

Kemampuan ini lebih luas dari pada menerjemahkan, ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami.

c) Mengektrapolasi

Ekstrapolasi menuntut kemapuan intelektual yang lebih tinggi karena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu di balik yang tertulis. Membuat ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya.

Pemahaman Alquran yaitu pembahasan yang agung yang dengannya kita bisa mengambil manfaat yang besar dalam memahami lafadz-lafadz alquran serta kandungan. Ketika seseorang memahami petunjuk allah dengan rinci, maka ini adalah sebaik-baik ilmu dan harus diusahakan oleh setiap hamba agar dia bisa memahami firman Allah SWT yang merupakan sebaik-baik petunjuk yang diturunkan kepada manusia.

3) Tingkat pengamalan / penerapan

Pengamalan adalah proses, cara perbuatan mengamalkan, melaksanakan, pelaksanaan dan penerapan.48 Penerapan adalah suatu perbuatan menerapkan yang sudah pernah dianggap paham serta mempraktekkan langsung dengan yang ada di teori, metode dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu. Pengamalan

48 Hasan Alwi, Kamus besar Bahasa Indonesia, 34

Gambar

Tabel Tahfidz Putri

Referensi

Dokumen terkait

Fokus penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah 1) Bagaimana pelaksanan metode tahfidz pada mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas VII di MTs Darul Huda Wonodadi Blitar

Fokus penelitian skripsi ini adalah 1) Bagaimana pelaksanan metode tahfidz pada mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas VII di MTs Darul Huda Wonodadi Blitar tahun

Pembahasan Temuan Penelitian Tentang Metode Guru Memotivasi Anak dalam Pembinaan Hafalan Al-Quran ……… 132. Pembahasan Temuan Penelitian Tentang Gambaran Prestasi Hafalan

(2).Pelaksanaan program tahfidz al-Qur'an dalam pembentukan karakter islami siswa sudah berjalan dengan baik dapat dilihat dari proses hafalan dan murojaaah dan

Research metode in this study is qualitatif approach, and the kind of research is multicase, located in MAN Tlogo and MAN Kunir, infornmant data, activities, location and

Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendapatkan data dari beberapa sumber tentang Penerapan metode problem solving pada mata pelajaran fiqih di MAN 1

Dari hasil penelitian yang diperoleh peneliti dalam proses penerapan Metode Tahfidz dan Takrir di Madrasah Qur’an Asrama Al-Umami Pondok pesantren Nurul Huda Sukaraja bahwa penggabungan

3 Problematik yang dihadapi metode sa‟adah dalam menghafal Al-Qur‟an sebagai implementasi Q.S An-Nahl ayat 78 di MI Unggulan Nuris Jember yaitu a kurangnya guru tahfidz, b terdapat