BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Kajian Teori
1. Persistence (Ketekunan)
a. Pengertian Persistence (Ketekunan)
Mok dan Kwong (1997) mendefinisikan ketekunan sebagai kemampuan seorang individu untuk bertahan di hadapan penghalang. Ini adalah sebuah upaya seseorang untuk terus menekan meskipun ada kesulitan. Sementara menurut Roland et al. (2016) ketekunan dikonseptualisasikan sebagai komitmen perilaku untuk belajar. kegigihan atau ketekunan (persistence) akademik mengacu pada tindakan melanjutkan menuju tujuan pendidikan misalnya mendapatkan gelar sarjana (Rohmatun, 2020:382).
Persistence (ketekunan) didefinisikan sebagai suat kualitas yang memungkinkan seseorang untuk terus melakukan sesuatu atau mencoba melakukan sesuatu meskipun sulit atau ditentang oleh orang lain. Menurut Rovai (2003) persistence adalah perilaku yang berkelanjutan meskipun terdapat banyak rintangan (Fang, 2017: 312). Sedangkan menurut Ahsan (2017) dalam Firdaus (2019:20) tekun artinya mengarahkan pemikiran dan perasaan pada kegiatan yang dilakukannya dengan sungguh-sungguh. Tekun sebagai aspek atau rasa ingin bersungguh-sungguh untuk menggapai sesuatu, dalam hal ini tekun juga bisa dikatakan sebagai rajin.
Busro (2018:126) menyatakan bahwa ketekunan adalah upaya bersinambungan untuk mencapai tujuan tertentu tanpa mudah menyerah hingga meraih keberhasilan yang sangat diidam-idamkan. Ketekunan merupakan suatu proses usaha keras sebagai bentuk keberhasilan dalam melawan kemalasan dan kebiasaan menunda-nunda.
Dari pendapatan para ahli dapat disimpulkan bahwa persistence (ketekunan) merupakan kemampuan seseorang dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah menyerah untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
b. Ciri-ciri Ketekunan
Busro (2018:128-130) menyebutkan orang yang tekun pasti akan fokus dan totalitas dalam melakukan pekerjaan, sehingga membuahkan hasil yang maksimal. Selain itu, ketekunan juga memiliki ciri-ciri tidak menunda-nunda suatu pekerjaan karena perbuatan tersebut tidak menghargai waktu.
Menunda-nunda akan menyebabkan suatu pekerjaan tidak cepat selesai.
Selain yang telah disebutkan diatas, ciri-ciri ketekunan menurut Busro (2018:130) yaitu:
1) Tidak menunda-nunda waktu penyelesaian pekerjaan.
2) Selalu memanfaatkan kesempatan yang ada.
3) Selalu berusaha untuk sukses dalam melaksanakan tugas.
21
4) Tidak pernah puas dengan hasil yang diperoleh.
5) Selalu ingin mencoba pekerjaan yang lebih menantang.
c. Manfaat Ketekunan
Ketekunan akan selalu membuahkan hasil yang baik, baik dalam sekolah maupun di luar sekolah. ketekunan perlu ditanamkan dalam diri siswa sejak dini sehingga siswa tidak terbiasa malas dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan ketekunan, membuat seseorang untuk terus maju dan tidak pernah bosan untuk terus belajar dan mempelajari hal-hal baru dalam kehidupan.
Ketekunan mendorong seseorang untuk produktif.
Produktivitas siswa yang tekun akan lebih unggul dibandingkan dengan produktivitas siswa yang malas. Setiap melakukan pekerjaan, ketekunan akan banyak membantu dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang diberikan. Dengan demikian orang yang tekun akan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya (Busro, 2018:133). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketekunan akan menghasilkan komitmen dalam menyelesaikan pekerjaan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persistence (ketekunan) Menurut Busro (2018:135), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketekunan seseorang adalah:
1) Dorongan dari dalam berupa kesadaran untuk menekuni suatu hal pekerjaan yang diyakininya dapat membuahkan hasil yang maksimal.
2) Kemampuan berkonsentrasi tingkat tinggi. Ketekunan hanya dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar ingin konsentrasi dalam satu bidang yang diyakini akan membuat dirinya maju dan berhasil.
3) Semangat tidak menyerah. Seseorang yang berkemampuan biasa-biasa saja dapat lebih maju daripada orang yang pintar apabila tekun mempelajarinya serta tidak mudah menyerah.
4) Daya tahan. Ketahanan merupakan bentuk keseriusan dalam menekuni sesuatu, meskipun pada awalnya membosankan. Akan tetapi dengan daya tahan yang tinggi untuk tetap bertahan pada apa yang dilakukannya, maka keberhasilan akan mengikuti jejak langkah orang yang mempunyai ketahanan tersebut.
e. Indikator persistence (ketekunan) belajar biologi
Indikator dari ketekunan dalam penelitian ini berdasarkan dari teori Busro (2018) yang meliputi:
1) Tidak menunda-nunda waktu penyelesaian pekerjaan.
Siswa tidak menunda mengerjakan tugas biologi yang
23
diberikan. Begitu pula dengan mengumpulkan tugas biologi.
2) Selalu memanfaatkan kesempatan yang ada. Siswa memanfaatkan waktu luang untuk mempelajari materi biologi dengan berdiskusi atau belajar mandiri.
3) Selalu berusaha untuk sukses dalam melaksanakan tugas.
Siswa akan berusaha ketika mengalami kesulitan dalam memahami materi biologi baik dengan bertanya kepada guru maupun dengan belajar secara mandiri
4) Tidak pernah puas dengan hasil yang diperoleh. Siswa akan belajar di luar waktu sekolah untuk mendapatkan hasil belajar biologi yang lebih baik.
5) Selalu ingin mencoba pekerjaan yang lebih menantang.
Siswa senang mengerjakan soal biologi yang sulit.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar siswa merupakan salah satu tujuan dari proses pembelajaran di sekolah. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009) dalam Putri (2017:92) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar merupakan puncak proses belajar.
Sedangkan menurut Sudjana (2005) dalam Firmansyah (2015:37) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami proses belajarnya. Hal ini sejalan dengan ungkapan Proitz (2010), bahwa hasil belajar dapat menggambarkan kemampuan siswa setelah apa yang mereka ketahui dan pelajari (Mostald dan Karseth, 2016: 329).
Hasil belajar juga dapat didefinisikan sebagai perubahan yang dapat diamati, dibuktikan, dan diukur dalam kemampuan atau prestasi yang dialami oleh siswa secara individu sebagai hasil dari pengalaman belajar (Nemeth dan Long, 2012:2)
Sedangkan menurut Herdani dkk (2015: 20) biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang dipelajari pada tingkat pendidikan menengah atas yang mempelajari tentang interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar biologi merupakan hasil akhir yang diperoleh siswa setelah ia mengalami proses belajar biologi yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk skala nilai berupa huruf atau simbol atau angka, hal ini dapat dijadikan tolak ukur berhasil tidaknya siswa dalam pembelajaran.
25
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya.
Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan (Susanto, 2013:12)
Menurut Wasliman (2007:158) dalam Susanto (2013:12), hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
1) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. faktor internal itu meliputi:
kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,
ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
c. Indikator Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa selama belajar yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian indikator hasil belajar merupakan tiga ranah tersebut.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek dalam kegiatan belajar mengajar. Ranah psikomotorik meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak
27
fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interperatif (Hoque, 2016:46- 50).
Salah satu hasil belajar dari ranah kognitif adalah ulangan harian. Pada penelitian ini indikator hasil belajar siswa pada materi animalia kelas X MIPA di MAN 1 Jember Tahun Pelajarn 2021/2022 adalah:
1) Mengidentifikasi ciri-ciri umum Kingdom animalia.
2) Mengelompokkan Kingdom animalia berdasarkan ciri-ciri umum.
3) Mengidentifikasi ciri-ciri filum porifera, filum cnidaria, filum plathyhelmintes, filum nemathelmintes, filum annelida, filum mollusca, filum echinodermata, filum arthropoda, dan filum chordata
4) Mengkalsifikasikan filum porifera, filum cnidaria, filum plathyhelmintes, filum nemathelmintes, filum annelida, filum mollusca, filum echinodermata, filum arthropoda, dan filum chordata berdasarkan ciri-cirinya.
5) Mengidentifikasi peran invertebrata dan vertebrata dalam kehidupan manusia.
3. Animalia
Dunia hewan atau Kingdom animalia merupakan Kingdom yang diduga memiliki spesies paling banyak. Hewan merupakan organisme multisesluler yang eukariota heterotrof. Hewan mendapatkan energinya dari memakan organisme lain dan mencernanya. Secara umum animalia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Makhluk hidup multiseluler
b. Memperoleh makanan secara heterotrof c. Memerlukan oksigen
d. Bereproduksi secara seksual, ada beberapa filum yang bereproduksi secara aseksual
e. Bentuk dewasanya selalu diploid (2n).
Kingdom animalia memiliki beberapa filum yang didasarkan pada dua kelompok besar yaitu invertebrata dan vertebrata. Filum-filum tersebut diantaranya Porifera, Cnidaria, Platyhelminthes, Nematoda, Annelida, Mollusca, Echinodermata, Arthropoda, dan Chordata.
a. Invertebrata 1) Filum Porifera
Filum porifera disebut juga hewan spons. Hewan ini juga dikatakan sebagai hewan berpori. Porifera memiliki sekitar 10.000 spesies yang kebanyakan hidup di air laut.
29
Hewan ini merupakan hewan sessile (hidup melekat pada substrat).
a) Ciri-ciri Porifera
(1) Beberapa porifera memiliki tubuh simetri radial, namun pada umumnya tubuh porifera asmetrik (tidak memiliki bidang pembelahan yang sama besar). Porifera merupakan hewan yang memiliki jaringan primitif dan belum memiliki organ
(2) Memiliki empat tipe sel dasar yang terorganisasi menjadi dua lapisan tubuh yaitu sel porosit, sel mesenkim, sel kolar, dan sel amoebosit.
(3) Lapisan paling luar disebut epidermis. Pada epidermis terdapat sel-sel silindris yang disebut sel porosit yang membuat air masuk ke rongga tubuh porifera.
(4) Di bagian dalam epidermis terdapat material seperti jeli yang disebut masenkim. Di dalam masenkim terdapat struktur yang disebut spikula yang berfungsi memberi bentuk pada sel dan melindungi porifera dari predator.
(5) Lapisan dalam ronga tubuh porifera terdapat jaringan yang terdiri dari sel-sel berflagel yang diseburt sel kolar. Tipe sel keempat adalah sel-sel
yang mirip dengan amoeba sehingga disebut sel amoebosit (Fictor, 2009:105).
b) Reproduksi Porifera
Porifera dapat bereproduksi baik secara seksual maupun aseksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan pembentukan kuncup dari dinding tubuhnya ke arah luar. Kuncup yang terbentuk dilepaskan dan akan tumbuh menjadi porifera baru atau dapat pula tetap melekat membentuk suat koloni. Pembentukan kuncup ini dapat terjadi bila kondisi kurang menguntungkan, yaitu bila keadaan kering atau dingin. Reproduksi porifera secara seksual dengan pembentukan arkeosit yang mengandung sperma dan ovum. Jika terjadi penyatuan ovum dan sperma yang berada di mesoglea, maka akan terbentuk zigot. Zigot ini akan terbentuk larva bersilia. Sebagian besar porifera bersifat hermafrodit (memiliki dua alat kelamin dalam tubuhnya). Namun perlu diingat bahwa pembuahan ini terjadi dari sperma yang berasal dari jenis induk porifera yang lain, tidak berasal dari induk yang sama (Kistinnah, 2009:235).
c) Klasifikasi Porifera
31
Berdasarkan jenis zat yang yang menyusun spikula, porifera digolongkan menjadi beberapa kelas sebagai berikut:
(1) Kelas Calcarea, porifera ini mempunyai spikula yang terbuat dari zat kapur. Umumnya hidup di laut yang dangkal. Misalnya, Scypha gelatinosa, Grantia, Leucosolenia.
(2) Kelas Hexactinellida, golongan ini mempunyai spikula yang terbuat dari zat kersik/silikat.
Hidupnya di laut yang dalam. Misalnya, Pheronema sp., Euplectella, Regadrella sp.
(3) Kelas Demospongiae, kelas ini mempunyai spikula yang terbuat dari zat kersik dan protein (spongin) atau hanya spongin saja. Tubuhnya lunak dan tidak mempunyai skeleton. Hidup di laut yang dangkal.
Misalnya, Euspongia officinalis (spons cuci), Spongilla, Haliclona, Microciona, Corticium (Kistinnah, 2009:236).
2) Filum Cnidaria a) Ciri-ciri Cnidaria
(1) Hewan Cnidaria juga biasa disebut Coelenterata.
(Anshori, 2009:183).
(2) Semua cnidaria memiliki tubuh simetri radial dan memiliki dua lapisan tubuh, endodermis dan ektodermis. Diantara dua lapisan tersebut terdapat materi seperti jeli yang disebut mesoglea.
(3) Kebanyakan cnidaria hidup di laut. Hanya sebagian kecil yang hidup di air tawar.
(4) Pada umumnya cnidaria adalah karnivora. Cnidaria menangkap makanannya secara tiba-tiba melalui sel-sel penangkap istimewa berupa lengan-lengan halus yang mengelilingi tubuh (tentakel).
(5) Tentakel cnidaria memiliki sel knidoblas yang mengandung kapsul penyengat nematosis (Fictor, 2009:106).
(6) Mengalami pergiliran keturunan/metagenesis antara fase polip dan medusa. Polip berbentuk silindris dan pada bagian proksimal melekat di suat tempat, bagian distal terdapat mulut yang dikelilingi tentakel. Medusa umumnya berbentuk seperti payung. Sisi bawah bagian tengah terdapat mulut.
(7) Cnidaria dapat berkembang biak secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan membentuk tunas yang kemudian dilepas dari induknya. Sedangkan secara seksual
33
dilakukan dengan cara membentuk sperma dan ovum yang melebur menjadi zigot, lalu tumbuh menjadi individu baru.
b) Klasifikasi Cnidaria
(1) Hydrozoa: berupa polip, hanya sebagian kecil yang berbentuk medusa dan hidup berkoloni. Habitatnya di air tawar, sebagian hidup di laut. Biasanya menempel pada benda yang ada dalam air, misalnya tanaman air. Contoh: Hydra viridis (Hydra hijau), Hydra fusca (Hydra cokelat), Hydra attenuate (Hydra bening), dan Obelia sp.
(2) Scypozoa: bentuk tubuh seperti mangkuk terbalik.
Fase medusa lebih dominan dibandingkan polip.
Tempat hidupnya di laut. Contohnya Aurelia aurita (ubur-ubur).
(3) Anthozoa: meliputi hewan-hewan karang dan anemon laut berbentuk polip. Anthozoa merupakan pembentuk batu karang di laut. Contoh: Fungia sp, Acrophora sp, Euplexaura antipathies, Meandrina sp (Subardi , 2009:134-135).
3) Platyhelminthes
Platyhelminthes sering disebut juga dengan cacing pipih. Memiliki tubuh pipih, simetri bilateral, terdapat
bagian anterior (depan) dan bagian posterior (belakang).
Cacing pipih bersifat tripoblastik, artinya memilki tiga lapisan jaringan embrional, yakni epidermis, mesodermis, dan endodermis. Hewan ini ada yang hidup bebas dan ada yang hidup sebagai parasit pada hewan atau manusia (Subardi, 2009:137)
a) Klasifikasi Platyhelminthes
(1) Kelas Turbellaria: disebut juga cacing berbulu getar (sillia). Turbellaria umumnya hidup bebas di air asin dan air tawar. Contohnya adalah Planaria (Dugesia sp.). Planaria seperti kebanyakan turbellaria lainnya, hidup bebas dan bukan parasit. Planaria bereproduksi secara seksual dan seksual. Secara seksual dengan membutuhkan Planaria lainnya.
sedangkan secara aseksual adalah dengan membelah menjadi dua. Setiap belahan akan tumbuh menjadi cacing dewasa.
(2) Kelas Trematoda: dikenal juga dengan cacing pipih yang parasit. Kebanyakan Trematoda hidup parasit.
Permukaan tubuh Trematoda dilindungi oleh kutikula yang berfungsi melindungi Trematoda dari enzim penghancur yang dikeluarkan oleh organisme inang. Trematoda juga memiliki alat isap yang
35
berfungsi sebagai penghisap cairan tubuh inangnya.
Contoh Trematoda adalah Fasciola hepatica, Schistosoma, Chlonorchis sinensis, Fasciliopsis buski, dan Parahonimus westermani.
(3) Kelas Cestoda: disebut juga dengan cacing pita.
Merupakan cacing berbentuk pipih yang hidup parasit. Tidak seperti cacing lainnya, cacing pita memiliki tubuh yang terbagi-bagi menjadi beberapa bagian yang disebut proglotid. Proglotid adalah calon individu baru, sama dengan satu individu yang utuh. Siklus hidup cacing pita melibatkan satu, dua, atau tiga organisme inang. Beberapa cacing pita pada manusia dapat ditularkan melalui daging babi dan daging sapi yang terinfeksi atau tidak dimasak dengan baik. contoh cacing pita adalah Taenia solium yang ada di tubuh babi dan Taenia saginata yang ada di tubuh sapi (Fictor, 2009:108- 110).
4) Filum Nematoda/Nemathelminthes
Nematoda sering disebut dengan cacing gilig karena memiliki tubuh gilig (bulat panjang). Sebagian cacing gilig hidup bebas di air atau tanah, dan sebagian parasit pada
hewan atau manusia. Cacing ini bereproduksi secara seksual dan ovipar (Subardi, 2009:141).
Nematoda terbagi menjadi dua kelas yaitu Aphasmidia dan Phasmidia. Contoh yang dikenal umumnya dari kelas Phasmidia, seperti:
a) Ascaris Lumbricoides (cacing gelang) yang terdapat pada usus halus manusia.
b) Ancylostoma duodenale (cacing tambang) yang sering ditemukan di daerah petambangan dan hidup parasit di usus manusia.
c) Enterobios vermicularis (cacing kremi) yang hidup parasit diusus besar manusia dan jika bertelur cacing betina akan bermigrasi ke anus hingga menimbulkan rasa gatal.
d) Filaria bruncofti (cacing filaria) yang ghidup di saluran getah bening sehingga terjadi penyumbatan pada kelenjar saluran getah bening hingga menyebabkan penyakit kaki gajah (filariasis).
e) Tricinella spiralis merupakan cacing parasit pada manusia dan hewan (tikus, anjing, babi).
5) Filum Annelida
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin-cincin kecil, gelang-gelang, atau ruas, dan oidus
37
yang berarti bentuk. Oleh sebab itu, annelida juga dikenal dengan cacing gelang. Cacing tanah sebagai anggota annelida dapat digunakan untuk memberi gambaran struktur umum filum ini (Anshori, 2009:188). Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
a) Kelas Polychaeta
Semua anggota Polychaeta hidup di laut.
Tubuhnya memiliki rambut-rambut. Contoh: Nereis virens, Lysidice vele (cacing wawo), Eunice viridis (cacing palolo)
b) Kelas Oligochaeta
Anggota Oligochaeta hidup di tanah dan beberapa spesies hidup di air. Contoh yang paling dikenal dari anggota Oligochaeta adalah cacing tanah (Pheretima sp.).
c) Kelas Hirudinea
Hirudinea atau lintah dikenal sebagai parasit pengisap darah . lebih dari 300 spesies hidup bebas di alam. , lintah yang tidak parasit , memakan cacing, siput, dan larva-larva serangga. Lintah parasit menempel pada permukaan tubuh binatang, seperti ikan. Anggota Hirudinea, antara lain Hirudo
medicinalis (lintah) dan Haemodipsa javanica (pacet) (Fictor, 2009:112).
6) Filum Mollusca
Mollusca merupakan kelompok hewan bertubuh lunak . mollusca berasal dari bahasa latin molluscus yang artinya lunak. Tubuh Mollusca lunak dan tidak beruas-ruas, merupakan binatang tripoblastik selomata. Apabila dipotong menjadi dua bagian, bersifat simetri bilateral.
Mollusca merupakan hewan hermaprodit, namun ada juga yang alat kelaminnya terpisah. Maka dari itu, cara reproduksinya dengan cara fertilisasi internal (Kistinnah, 2009: 259). Filum Mollusca dibagi menjadi beberapa kelas diantaranya:
a) Kelas Gastropoda
Merupakan kelompok Mollusca yang paling banyak . kelompok ini memiliki variasi bentuk dan cara hidup. Ada yang hidup di daratan , hidup di laut, dan di air tawar. Contoh : Achatina fulica (bekicot), Eubranchius dan Kimax.
b) Kelas Bivalvia
Bivalvia adalah Mollusca yang memiliki dua cangkang. Dua cangkang tersebut terkunci seperti engsel sehingga dapat terbuka atau tertutup. Umumnya
39
Bivalvia memiliki satu alat kelamin, jantan atau betina.
Fertilisasi terjadi di luar. Contoh spesies Bivalvia adalah Chlamys opercularis, Anadara sp. (kerang), Pinctada maxima (tiram mutiara), Mytilus viridis (kerang hijau).
c) Kelas Cephalopoda
Cephalopoda berasal dari kata cephalo yang berarti kepala dan podos yang artinya kaki. Pada Cephalopoda, kaki telah berevolusi menjadi lengan yang panjang dekat kepala. Cephalopoda menggunakan lengannya untuk menangkap mangsanya. Semua Cephalopoda adalah karnivora. Pada kulit Cephalopoda mengandung kromatofor, yaitu pigmen yang memungkinkan tubuhnya berubah warna. Contoh Cephalopoda diantaranya Octopus sp. (gurita), Sepia officinalis (sotong), Loligo indica (cumi-cumi, dan Nautilus sp. (Fictor, 2009:114)
7) Filum Echinodermata
Semua Echinodermata hidup di laut. Umumnya Echinodermata memiliki tubuh simetri radial. Sama seperti Mollusca, Echinodermata memiliki ceolom dan sistem pencernaan yang sudah lengkap. Ciri unik Echinodermata adalah sistem kaki tabung dan endoskeletonnya. Kaki
tabung ini digunakan untuk bergerak dan mendapatkan makanan. Endoskeleton berfungsi untuk melindungi dan menyokong jaringan hewan yang lunak.
Filum Echinodermata dibagi menjadi beberapa kelas, diantaranya:
a) Kelas Asteroidea
Bintang laut merupakan anggota dari kelas Asteroidea. Bintang laut memiliki lima tangan.
Kebanyakan bintang laut adalah karnivora. Contoh spesies dari kelas ini adalah Astropesten irregularis dan Celeita sp.
b) Kelas Ophiuroidea
Ophiuroidea merupakan hewan berbentuk bintang dengan lengan lurus, panjang, dan fleksibel.
Sering juga disebut bintang ular laut. Cakram tubuhnya terlihat jelas. Contoh spesies ini adalah Ophiotrix flagilis dan Ophiopholis aculeata.
c) Kelas Echinoidea
Salah satu anggota dari kelas ini adalah bulu babi (Diadema sp.). Bulu babi tidak memiliki lengan, tetapi mempunyai lima baris kaki tabung yang berfungsi sebagai alat gerak yang lambat.
d) Kelas Holothuroidea
41
Salah satu anggota Holothuroidea adalah mentimun laut. Tidak memiliki duri dan eksoskeleton.
Tubuhnya lunak dan seperti mentimun. Contoh dari kelas ini adalah Holothuria atra (teripang laut) dan Pseudocolochirus sp.(mentimun laut).
8) Filum Arthropoda
Arthropoda tubuhnya berbuku-buku dan memiliki eksoskeleton. Hidupnya tersebar dari daratan, air tawar, dan air laut. Beberapa kelas dari filum Arthropoda adalah : a) Kelas Arachnida
Arachnida berasal dari kata arachne yang berarti laba-laba. Akan tetapi, bukan berarti anggota kelas ini hanya laba-laba. Umumnya anggota kelas ini hidup di darat. Arachnida dapat menjadi predator, parasit, atau pemakan bangkai. Contoh hewan dari kelas ini adalah Thelyphonus caudatus (kalajengking), Nephila (laba- laba), Heterometrus cyaneus (kalajengking biru), dan Boophilus annulatus.
b) Kelas Crustacea
Berasal dari kata crusta yang artinya cangkang.
Sebagian besar Crustacea hidup di laut dan sebagian lagi di air tawar. Pada kepala terdapat dua pasang antena, yaitu sepasang antena panjang dan sepasang