1. Metode Pembelajaran Al-Qur’an
Teori mengenai metode yang berkaitan dengan pendidikan maupun pembelajaran, di antaranya diungkapkan oleh Richards dan Rodgers sebagaimana berikut: “Method is the level at which theory is put into practice and at which choices are made about the particular skills to be taught, the content to be taught,
and the order in which the content will be presented.”13 Penjelasan tersebut diartikan bahwa metode adalah tingkat di mana teori dipraktekkan dan di mana pilihan dibuat tentang keterampilan tertentu untuk diajarkan, konten yang akan diajarkan, dan urutan di mana konten akan disajikan.
Anthony mengungkapkan pengertian metode sebagai “An overall plan for the orderly presentation of language material, no part of which contradicts, and all of which is based upon, the selected approach.”14 Yaitu rencana keseluruhan untuk penyajian materi bahasa secara tertib, tidak ada bagian yang bertentangan, dan semuanya didasarkan pada pendekatan yang dipilih. Maka dalam hal ini adalah berkaitan tentang materi pembelajaran taḥsīn dan taḥfīz Al-Qur‟an.
Metode menurut J.R. David dalam Teaching Strategies for Collages Class Room adalah “a way in achieving something” (cara untuk mencapai sesuatu).15 Metode merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun agar tujuan yang disusun tercapai secara optimal.16 Dari pengertian tersebut, maka metode merupakan perihal untuk mewujudkan tujuan yang telah tersusun, sehingga diperlukan cara implementasi untuk mencapainya dengan optimal.
Metode menurut beberapa tokoh dalam ilmu pendidikan. Antara lain:
13Jack. C. Richards dan Theodore S. Rodgers, Approaches and Methods in Language Teaching (New York: Cambridge University Press, 1999), 15.
14E. M. Anthony, Approach, Method and Technique: English Language Tcaching 17 (tp: tt, 1963), 63.
15Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), 131-132.
16Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 193.
a. Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan agama Islam.17 Bahwa metode akan membuat pembelajaran taḥsīn dan taḥfīz semakin cepat.
b. Darajat mendefinisikan: Apabila metode disandingkan dengan kata pembelajaran, maka ia menjadi berarti suatu cara atau sistem yang digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan agar anak didik dapat mengetahui, memahami, menggunakan, menguasai bahan pelajaran tertentu.18 Maka dalam metode pembelajaran taḥsīn dan taḥfīz Al-Qur‟an perlu mencakup tujuan- tujuan tersebut.
c. Basyirudin Usman mendefinisikan bahwa metode adalah cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien.19 Dengan memakai metode, pembelajaran taḥsīn dan taḥfīz Al-Qur‟an akan lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian metode secara terminologis adalah suatu cara, jalan, dan teknik yang digunakan pendidik untuk menyampaikan materi pada peserta didik, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien.
Metode dalam bahasa Arab dikenal sebagai istilah thariq (كْيِرَط) yang berarti jalan atau cara.20 Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “meta” dan
“hodos” berarti cara atau rencana untuk melakukan sesuatu. Metode adalah cara
17Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), 9.
18Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), 29.
19M.Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 31.
20Munawir A.W, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 413.
yang teratur dan berpikir untuk mencapai suatu maksud.21 Demikian pula dalam KBBI, metode diartikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan.22 Berdasarkan kumpulan definisi tersebut, maka metode merupakan suatu cara atau jalan yang dapat memudahkan pelaksanaan kegiatan dengan tersistematis, guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Proses pembelajaran Al-Qur‟an tidak hanya terikat dari satu metode tertentu. Metode akan akan membantu peserta didik untuk lebih mudah dalam membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Metode pembelajaran adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang bagaimana cara-cara atau teknik yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam upaya menyampaikan materi atau bahan ajar kepada obyeknya yaitu peserta didik.23 Dengan demikian, metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipilih dan dilakukan guru ketika berinteraksi dengan anak didiknya dalam upaya menyampaikan bahan pengajaran tertentu, agar bahan pengajaran tersebut mudah dicerna sesuai dengan pembelajaran yang ditargetkan.
Praktek pembelajaran Al-Qur‟an tentu juga tidak terlepas dari berbagai metode yang telah umum dan banyak dikenal. Di antaranya ialah sebagai berikut:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah telah menjadi metode yang paling umum dilakukan.
Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi
21Anika Erlina Arindawati dan Hasbullah Huda, Beberapa Alternatif Pembelajaran di Sekolah Dasar (Malang: Banyu Publishing, 2004), 39.
22Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), 740.
23Usman, Metodologi Pembelajaran, 4.
dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.24 Maka dalam pembelajaran metode Al-Qur‟an, metode ini tentu akan senantiasa digunakan selama proses pembelajaran. Metode ini biasanya guru memberikan uraian mengenai topik tertentu di tempat tertentu dan alokasi waktu tertentu pula.
b. Metode Demontrasi
Metode ini melengkapi satu metode pokok pembelajaran sebelumnya, yang disebut dengan metode demonstrasi. Dalam pengertiannya, metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan benda kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan secara lisan.25 Dari pengertian tersebut, maka guru Al-Qur‟an biasanya mempraktikkan dengan membawa alat peraga pengenal huruf, atau dengan tampilan slide dari layar presentasi.
c. Metode Latihan (Drill)
Metode ini menjadi metode yang mengandalkan keaktifan peserta didik.
Metode latihan atau yang disebut juga metode training, secara teori diartikan sebagai suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,
24Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Pemahaman Konsep Umum & Islam (Bandung: PT Refika Aditarma, 2011), 14.
25Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), 46.
kesempatan, dan keterampilan.26 Maka pembelajaran Al-Qur‟an terkhusus pada bidang taḥsīn, akan sangat tepat bila menggunakan teknik metode tersebut.
Karena kefasihan lisan dalam membaca Al-Qur‟an, akan sangat bergantung dengan seberapa banyak peserta didik melatih bacaannya.
Pemaparan berbagai macam metode pembelajaran umum di atas, maka bisa disimpulkan bahwasanya pembelajaran taḥsīn dan taḥfīz juga menerapkan metode-metode umum dalam proses pembelajarannya.
2. Strategi Pembelajaran Al-Qur’an
Pendekatan pembelajaran melalui metode, berikutnya juga selaras dengan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Strategi dalam dunia pendidikan, secara istilah diartikan menurut Gagne sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal”.27 diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Maka pembelajaran Al-Qur‟an dapat mencapai tujuannya bila dibuat rangkaian perencanaan yang akan dilakukan.
Strategi pembelajaran juga memiliki makna lain, yaitu sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.28 Sehingga dalam proses pembelajaran Al-Qur‟an, terdapat berbagai macam kegiatan yang harus terlaksana, agar capaian dapat diraih dengan lebih mudah dan cepat.
26Saiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar..., 95.
27Robert M. Gagne dan Leslie J. Briggs, Principle of Instructional Design (New York: Hort Rinehart & Winston, 2005), 2.
28Wina Senjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008), 126.
Pembelajaran Al-Qur‟an tentu memiliki konteks yang tidak berbeda dengan pembelajaran umum. Sehingga strategi diartikan juga sebagai suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi aktifitas pembelajaran.29 Maka dalam setiap pembelajaran Al-Qur‟an akan memiliki ciri khas umum masing-masing di setiap metode yang digunakan.
Menurut Husni Syekh Usman, secara umum terdapat tiga asas pokok yang harus diperhatikan guru dalam rangka mengajar bidang studi apapun, yaitu:
a. Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang telah dikenal santri hingga kepada hal-hal tidak diketahui sama sekali.
b. Pembelajaran dimulai dari hal yang termudah hingga hal yang tersulit.
c. Pembelajaran dimulai dari hal yang sederhana dan ringkas hingga hal-hal yang terperinci.30
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam memulai pembelajaran, seorang pendidik harus memahami batas-batas apa yang cocok diberikan bagi peserta didik dalam pencapaian materi awal maupun cara menyampaikannya. Sehingga pembelajaran dapat dipilah dari sisi kemudahan dan kesederhanaan hingga hal-hal yang rinci.
Menurut E. Mulyasa, pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.31 Dalam bahasa Arab disebut نيِلْعَت (ta‟lim) yang merupakan mashdar dari َنَّلَع („allama).32 Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
29Rohani Ahmad, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Erlangga, 2004), 32.
30Taufiqurrahman, Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan KH. M. Bashori Alwi (Malang: Ikatan Alumni PIQ, 2005), 41.
31E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi (Bandung:
Rosdakarya, 2003), 100.
32Munawir A.W, Kamus Al-Munawwir, 560.
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.33 Maka kumpulan dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan perubahan ke arah yang lebih baik dalam interaksi pendidikan yang terdiri dari peserta didik, guru, dan lingkungannya.
Berkaitan dengan pembelajaran. Mukhtar dan Iskandar menjelaskan tentang gagasan penting dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu:
Seorang guru, harus memiliki sejumlah kiat dalam melakukan pembelajaran. Kiat yang dimiliki, bukan saja untuk mencapai tujuan pembelajaran, tetapi lebih jauh dari itu adalah dalam rangka menumbuhkan minat belajar siswa. Seorang guru yang berkompetensi, cerdas dan professional memiliki seperangkat kiat khusus dalam kelas. Dengan itu pula dia akan menjadi guru yang dirindukan kehadirannya di kelas.34
Penjelasan tersebut menunjukan bahwa kiat dalam pembelajaran menjadi penting untuk diperhatikan. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan metode pembelajaran Al-Qur‟an sebagai bahasan dalam penelitian ini.
Oemar Hamalik juga menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang paling mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.35 Dalam konsep pendidikan tersebut, pembelajaran merupakan suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat berkembang sesuai maksud dan tujuan penciptanya.
Dalil ayat-ayat Al-Qur‟an juga menyebutkan hal yang berkaitan hubungan dengan metode pembelajaran. Sebagaimana diterangkan dalam QS. Al-„Alaq ayat pertama, yaitu:
33UU. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 14, Pasal 39 Ayat 2.
34Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi:
Sebuah Orientasi Baru (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), 8.
35Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 9.
ًا ٍػق ىر
ًب ٍس ٍأ ىر ًٌب ًم ى ٌلا ىخ م ًذ ىل ( ق ىخ ) 1 ىل ىق ًلإا ىسن ىفا ٍد ًم ىع ىل ( ق 2 ًا ) ٍػق ىر ٍأ ىك ىر ب ى ىلأا ٍك ىر ( ـ 3 َلا ) ىع م ًذ َل ىم
ىقل ىل ًبا ( م ىع ) 4 َل ىم ًلإا ىسن ىم ىفا ٍىت ا ىػي ٍع ىل ( م 5 )
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”36
Kelima ayat yang turun sebagai wahyu pertama tersebut memiliki kandungan perintah tentang pembelajaran dan keimanan. Pembelajaran ditunjukan dengan kata iqra‟ (bacalah), sedangkan keimanan dalam kata bismi rabbika (dengan nama Tuhanmu).
Al-Qur‟an sebagai sandaran dalil dan bahasan utama dalam penelitian ini merupakan kalam Allah yang didefinisikan umum oleh Al-Qaththan, yaitu:
ٍنىع ؿويقٍػنىلدا ,ًةىكًئ ىلاىلدا ًةىطًساىوًب ىمٌلىس ىك ًهٍيىلىع يالله ىَلىص ودَمىيمُ ىىلىع ؿَلىػنيلدا لًجٍعيلدا ًالله يـ ىلاىك ,ريتاىوَػتلًبا يه
ىػتيلدا هًتىك ىلاًتًب دَبىع
Diartikan bahwasanya Al-Qur‟an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, yang merupakan mukjizat, yang diriwayatkan secara mutawattir (berangsur-angsur) yang ditulis dalam mushaf (lembaran) dan membacanya adalah ibadah.37 Maka penelitian ini dapat menjadi istimewa dan bernilai ibadah lebih karena Al-Qur‟an ditempatkan sebagai judul tema yang bersanding dengan metode pembelajaran.
Metode pembelajaran Al-Qur‟an menurut Syarifuddin adalah suatu kegiatan yang dipilih oleh guru dalam memberikan fasilitas bantuan, bimbingan,
36Al-Hidayah, Al-Qur‟an Tafsir, 598.
37Mannâ‟ Al-Qaththân, Mabâhits fî Ulûm Al-Qur‟ân, (Riyadh: Al-Haramain, t.th.), 9.
arahan kepada siswa dalam proses belajar mengajar Al-Qur‟an di sekolah.38 Maka metode pembelajaran taḥsīn dan taḥfīz Al-Qur‟an perlu diterapkan dengan suatu cara yang terukur, serta terpikir baik-baik untuk mencapai tujuan tersebut dalam pendidikan Al-Qur‟an.
3. Metode Pembelajaran Taḥsīn
Sa‟id bin Ahmad Syaridah memaparkan teori metode pembelajaran taḥsīn sebagai berikut:
ًع ىب ىرا هة ٍد ىع ٍخ ىر ًإ ًجا يك ًٌل ىح ٍر وؼ ٍد ًم ٍىمخ ىر ًة ىم ىع ًه ٍع ًإ ًئا ًه ىط ىح يهَق ٍم ىأ ىف يت يه ًص َذلا ًتا ىي ىة َلالا ًز ىم ىة ىل يه ىك ًلاا ٍس ًت ٍع ىلا ىك ًط
يم ٍس ىت ىح َق يه ٍم ىأ ىف يت يه ًص ىعلا ى ر َي ىة ًي َنلا ىئ ىة ًشا ىع ًد ًٌصلا ىف ًتا َذلا ًتا ىي ًة ىك َػتلا ٍف ٍي ًم ًخ ىط ًإ َن يه ىنا هئ ًش ىع ًد ًلاا ٍس ًت ٍع ىلا ًط.
Taḥsīn merupakan perihal tentang mengeluarkan huruf dari tempat keluar hurufnya, dengan memberikan hak-nya: yaitu sifat bawaan lazimnya, seperti Isti‟la. Dan juga memberikan mustahak-nya: yaitu sifat yang muncul dari sifat bawaannya, seperti tafkhim yang muncul dari Isti‟la.39
Penjelasan tersebut menunjukan bahwasanya metode pembelajaran taḥsīn bertumpu pada cara menunjukan peserta didik, agar segera menguasai penempatan huruf-huruf sesuai dengan sifatnya.
Al-Kailani dalam kitabnya juga menuliskan teori populer berkenaan dengan taḥsīn:
ناٌدىم ىك نةىفًص ىك انةىرٍىمخ ,يهَقىحىتٍسيم ىك يهَقىح وؼٍرىح ًٌليك يطاىطٍعًإ ًهًب يؼىرٍعيػي همٍلًع
Diterangkan bahwasanya taḥsīn adalah ilmu untuk mengetahui pemberian hak dan mustahak setiap huruf, yang sesuai tempat keluarnya, sifat-sifat hurufnya,
38Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur‟an (Jakarta:
Gema Insani Press) 43.
39Sa‟id bin Ahmad Syaridah, Taqwîm Thuruqi Ta‟lîm Al-Qur‟ân wa Ulûmihi fî Madârisi Tahfîzhi Al-Qur‟ân (Abha: Jami‟ah Malik Khalid, 2012), 279.
serta panjang pendeknya.”40 Dari penjelasan tersebut, maka penjabaran makna taḥsīn sama dengan makna tajwid. Adapun yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersama huruf tersebut, seperti Al-Jahr, Isti‟la, Istifal, dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahaq adalah sifat yang nampak sewaktu-waktu, seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa‟, dan lain sebagainya.
Abdul Aziz Abdur Rouf mendeskripsikan lebih luas mengenai tata cara praktik metode pembelajaran taḥsīn, sebagaimana berikut:
Salah satu cara untuk tilawah Al-Qur‟an yang menitikberatkan pada makhroj (tempat keluarnya huruf), sifat-sifat huruf, dan ilmu tajwid. Metode ini melalui talaqqi (bertemu langsung) dan musyafahah (pembetulan bibir saat membaca) berhadapan langsung dengan guru atau syeikh yang sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah SAW.41
Pemahaman tersebut menunjukan bahwa metode taḥsīn murni cara belajar mengajar antara murid dan guru yang berhadapan langsung tatap muka, serta berfokus pada pembenaran lafal-lafal Al-Qur‟an yang diucapkan dari lisan qori‟
(pembaca).
An-Nawawi dalam kitab At-Tibyan mengatakan:
ىٍجم ىأ ىع يعلا ىل ىم ىر طا ىي ًي يالله ٍػن يه ىع ٍم ىد ًم َسلا ىل ىك ً ىلخا ىل ً ىد ًم َصلا ىح ىبا ًة ىك َتلا ًبا ىٍين ًع ىك ىم ٍد ىػب ٍع ىد يه ٍم ٍد ًم يع ىل ىم ًطا
ىلأا ٍم ىص ًرا ىأ ًئ ي لدا ة َم ٍس ًل ىٍين ًم ىع ىل ٍسا ى ٍح ىب ًت ٍىتح ًبا ًٍين ًس َصلا ٍو ًت ًبا يقل ٍر ىك , ًفآ ىأ ٍػق ىو ييلذا ٍم ىك ىأ ٍػط ىع ييلذا ٍم ىم ٍش يه ٍو ى ر نة ىًن ىيا ىة
شلا ٍه ىر ػها ة ىك ىلأا ىح ٍي ًدا ىولا ث ًرا ىد ًفي ة ٍسا ٍح ىب ًت ىذ ًبا ى ًلا ىك ًث ٍػي ىر ىن ة ٍذ يك ير ٍيجم ىل نة ًم ٍػن ىه.ا
Para ulama mulai dari kalangan salaf dan khalaf, para sahabat dan tabi‟in, dan setelahnya dari imam-imam para ulama yang terbaik (semoga Allah meridhai mereka) telah bersepakat atas hukum istihbab (disukai)nya memperbagus (taḥsīn) bacaan suara Al-Qur‟an. Sedangkan dalil-dalil perkataan dan perbuatan mereka
40Husamuddin Salim Al-Kailani, Al-Bayân fî Ahkâmi Tajwîd Al-Qur‟ân (Beirut: IslamKotob, 1999), 13.
41Abdul Aziz Abdur Rauf, Pedoman Dauroh Al-Qur‟an (Jakarta: Markas Al-Qur‟an, 2014), 8.
telah sangat dikenal, dan bahwasanya hadits-hadits yang menyebutkan akan istihbab-nya juga sangat banyak sebagaimana yang kami sebut darinya.42
Makna kalimat tersebut menjelaskan bahwa menggunakan metode pembelajaran taḥsīn menjadi utama karena sifat hukum istihbab-nya. Hal tersebut sebagaimana yang telah disepakati oleh para ulama zaman sahabat hingga para imam ulama yang terbaik, serta jumlah hadits yang sangat banyak apabila disebut.
Maka metode pembelajaran taḥsīn menjadi satu hal penting dalam proses pembelajaran Al-Qur‟an.
Yahya Abdur Razzaq Ghutsany menyebutkan satu kaidah penting yang menjadi alasan utama dalam memperbaiki bacaan Al-Qur‟an, yaitu
ِة َءا َر ِق ْلا ُح ْي ِح ْص َت
ُه َق م َّد َع َل ْلا ى ِح
ِظ ْف
“membenarkan bacaan Al-Qur‟an didahulukan di atas menghafal Al-Qur‟an”.43 Dengan kaidah tersebut, maka penggunaan metode pembelajaran taḥsīn telah menjadi alasan penting dan kuat untuk didahulukan, melengkapi tahapan peserta didik sebelum menghafal Al-Qur‟an.Kaidah Ghutsany tersebut, dalam metode pembelajaran taḥsīn juga dijabarkan penjelasannya sebagaimana berikut:
ىػق ٍب ىل ىأ ٍف ىػت ٍب ىد ىأ ًًبح ٍف ًظ ًٌم ىأ يس ٍو ىر وة ىع ىل ٍي ى ٍف ىأ ىص يت ىح ًٌح ًق ىر ىطا ى ىت ىىلذا ىك , َتلا ٍص ٍي يح ًح ىي ىم يل ٍش ٍص ىت ٍي ىح ًح ىٍلحا ى ر ىك ًتا
ىك ٍلا ىم ىخ ىج ًرا ىك ا ًٌصل ىف ىك , ًتا ىذ ى ًلا ىي ىلا ٍو يف يك ًبا يٍلج ٍه ٍلا ىف ًد ٍر ًد ًٌم ىط , ىلا يب َد ٍد ًم ًلإا ٍس ًت ىع ىنا ًة َشل ًبا ٍي ًخ ٍلا يم ٍت ًق ًد ؛
ىًلأ ٍلا َف يق ٍر ىفآ ىلا يػي ٍؤ ىخ يذ
َلا ًإ ًبا َػتل ىل ىع ي ًٌق ٍلا ًد ىم ىش ًخ ًيا َلا ًذ ٍي ىد ىػت ىل َق ىع او ٍد ىم ىش ًىيا ًه ٍم ًبا ىن ًد َسل ىن ًإ ىر يس ٍو ًؿ ًالله ىص َل ى
يالله ىع ىل ٍي ًه ىك ىس َل ىم ىط ًإ , ٍىت ٍف ىػي ىػت ىي َس َشلا ًر ٍي يخ ىط َتلا ٍس ٍي ىلا ًج ىٍلجا ًٌي يت ىد ية ًل ٍل يم ٍق
ًر ًئ ىٍين ًج ي لدا ٍي ًد
ٍي ىد ير ىىو ىت يس ا ىػب ٍع د ىض
َػنلا ٍق ًص .
42Abdullâh Sirajuddîn, Tilawatul Qur‟ânul Majîd: Fadhâiluha, Âdâbuhâ, Khasâishuhâ (Jeddah:
Jâm‟iyyah Al-Qur‟ân Al-Karîm, 1988/1409), 90.
43Yahya Abdur Razzaq Ghutsany, Kaifa Tahfazhul Qur‟ân Al-Karîm: Qowâ‟id Asâsiyyah wa Thuruqun „Amaliyyah (Jeddah: Markaz Al-Bârûm, 1994/1415), 48.
Wajib atasmu untuk membenarkan bacaanmu, sebelum kamu memulai dengan hafalan surat apapun. Adapun membenarkan bacaan terdiri dari membenarkan harokat-harokat, tempat-tempat keluar huruf, dan sifat-sifatnya.
Dan yang demikian membutuhkan perjuangan pribadi. Maka wajib untuk juga meminta bantuan kepada Syeikh yang mutqin (bagus bacaan dan hafalannya).
Karena Al-Qur‟an tidaklah diambil kecuali dengan talaqqi (membaca berhadapan) bersama para masyayikh, yang mereka telah men-talaqqi-kan bacaannya kepada para masyayikh mereka yang telah bersanad (tersambung riwayatnya) kepada Rasulullah SAW. Maka apabila talaqqi dengan syeikh itu tidak mudah (direalisasikan), maka menyetorkan bacaan kepada qari‟ yang bagus dan mulia telah cukup untuk menutupi beberapa kekurangan (bacaannya).44
Disebutkan bahwa membenarkan bacaan sebelum menghafal adalah wajib.
Di antaranya adalah dengan membenarkan bacaan kaidah-kaidah tajwid di dalamnya. Sedangkan satu cara yang dianjurkan dalam metode pembelajaran taḥsīn adalah dengan disetorkan (talaqqi) kepada masyayikh yang telah memiliki sanad, maupun qari‟ yang telah mumpuni dan bagus kemampuannya.
Metode pembelajaran taḥsīn Al-Qur‟an memiliki berbagai sebutan nama.
Di antaranya telah dikenal sejak lama, dan ada juga yang baru muncul untuk melengkapi metode-metode yang sebelumnya. Di antaranya ialah:
a. Metode Iqro’
Memahami metode Iqro‟ dapat diketahui dari penjelasan buku panduan membaca Iqro‟ yang ditulis oleh As‟ad Humam sebagaimana berikut:
Metode Iqro‟ ialah suatu metode membaca Al-Qur‟an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan Iqro‟ terdiri dari 6 jilid dimulai dari tingkat sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Metode Iqro‟ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur‟an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja, artinya tidak diperkenalkan nama- nama huruf hijaiyyah kecuali dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.45
44Yahya Abdur Razzaq Ghutsany, Kaifa Tahfazhul Qur‟ân..., 48.
45As‟ad Humam, Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur‟an, Buku Iqra‟, Jilid 1-6 (Yogyakarta:
AMM, 2000), 3.