• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Responden

Dalam dokumen analisis kompetensi guru bahasa inggris sd (Halaman 76-94)

BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Data

2. Karakteristik Responden

Untuk mempermudah mengklasifikasikan responden penelitian ini, maka responden dikelompokkan berdasarkan karakteristik yang dimiliki.

Gambar 2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Dari 50 responden yang terlibat dalam penelitian ini mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 46 orang atau dengan nilai persentase sebesar 92%. Sedangkan sisanya adalah responden berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 4 orang atau dengan nilai persentase sebesar 8%.

8%

92%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Laki‐laki Perempuan 

Laki‐laki Perempuan 

Responden dalam penelitian ini memiliki latar belakang pendidikan yang beragam dan status kepegawaian yang berbeda, mulai dari responden yang memiliki latar belakang pendidikan SMA hingga perguruan tinggi. Untuk status kepegawaian juga memiliki perbedaan yaitu Pegawai Negeri Sipil, Honorer Daerah, Guru Bantu Proivinsi dan Guru Kontrak. Karakteristik responden dari kualifikasi pendidikan dan status kepegawaian dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 3. Karakteristik Responden berdasarkan Kualifikasi Pendidikan dan Status Kepegawaian

No. Jenjang Pendidikan Status Kepegawaian

CPNS PNS Honorer

1 S1 Bahasa Inggris 1 5 16

2 S1 Non Bahasa Inggris - 2 8

3 S1 PGSD 1 3 4

4 D3 Bahasa Ingggris - - 3

5 D3 Non Bahasa Inggris - - 2

6 D3 Guru Kelas - - 1

7 D2 PGSD 1 2 -

8 SMA - - 1

(Sumber: Data Penelitian)

Dari diagram di atas diketahui bahwa responden penelitian ini memiliki latar belakang dan jenjang pendidikan yang berbeda. Dari 50 orang responden hanya 25 orang atau 50% responden yang memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Inggris baik dari jenjang strata satu atau diploma. Angka ini menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris yang dilakukan oleh 50% responden berdasarkan bidang keilmuan guru yang bersangkutan atau sesuai kualifikasi dan tuntutan pembelajaran sebagaimana mestinya. Hal lain yang diperoleh dari tabel diatas adalah 50% atau 25 orang dari responden penelitian ini menjadi guru

berdasarkan kemampuan atau sesuai dengan latar belakang pendidikan. 25 orang responden tersebut memiliki latar belakang pendidikan sebagai guru kelas, sarjana sosial, guru pendidikan agama dan SMA.

Berdasarkan tabel di atas, dapat pula diketahui bahwa mayoritas responden adalah honorer. Selebihnya adalah PNS dan CPNS dengan persentase 30% atau 15 orang. Dari responden yang berstatus PNS dan CPNS dapat diuraikan bahwa 5 orang responden merupakan PNS dengan latar belakang pendidikan Bahasa Inggris, 3 orang S1 PGSD, 2 orang berlatarbelakang pendidikan sarjana non bahasa Inggris dan 2 orang berlatarbelakang pendidikan diploma PGSD. Sedangkan 3 orang lainya adalah CPNS dengan 1 orang CPNS berlatarbelakang pendidikan Bahasa Inggris, 1 orang CPNS dengan latar belakang pendidikan S1 PGSD dan 1 orang dari D2 PGSD. Dari 5 orang PNS berlatarbelakang pendidikan Bahasa Inggris diketahui bahwa ke lima PNS tersebut telah mendapatkan sertifikasi.

3. Statistik Deskriptif (Frekuensi) Jawaban Responden Tabel 4. Tingkat Pengembalian Instrumen Penelitian

No. Jenis Instrumen Metode Penyerahan

Jumlah yang dikirim

Jumlah yang dikembalikan

Instrumen yang dapat

diolah

1 Kuisioner Langsung 50 50 50

2 Tes Kemampuan Guru

Langsung 50 50 50

Total 100 100 100

(Sumber: Data Penelitian)

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua instrumen peneleitian dapat diolah dan dianalisis karena statistiknya menunjukkan bahwa tidak ada instrument yang tidak kembali.

a. Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kuesioner

Jawaban responden terhadap kuesioner dapat dikelompokkan berdasarkan indikator utama. Hal tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini:

1. Jawaban responden berdasarkan indikator kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik terdiri atas 25 butir pernyataan yang dibagi ke dalam tujuh kompetensi inti yaitu:

b. Mengenal karakteristik peserta didik dari aspek fisik, intelektual, sosial emosional, moral dan latar belakang sosial budaya;

c. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik;

d. Mengembangkan kurikulum sesuai dengan mata pelajaran yang diampu;

e. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik;

f. Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik melalui pembelajaran yang mendukung aktualisasi potensi akademik, kepribadian dan sosial;

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun kepada peserta didik;

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi pembelajaran.

Bagaimana jawaban responden terhadap kuesioner dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Gambar 3. Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kuesioner dengan Kompetensi Inti Mengenal Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Fisik, Intelektual, Sosial Emosional, Moral dan Latar Belakang Sosial Budaya

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa responden memiliki pemahaman yang baik dalam mengenal karakteristik siswa didiknya. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya responden yang memberikan jawaban positif atau menjawab dengan pilihan jawaban sangat sering dan sering.

Gambar 4. Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kuesioner dengan Kompetensi Inti Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Mendidik

50

24

30

17 14

21 18

30 30

4 2 3 5

1 1

0 10 20 30 40 50 60

P1 P2 P3 P4 P5

SS S KD TP

9

22

18 30

23 25

11

5 7

0 5 10 15 20 25 30 35

P6 P7 P8

SS S KD

Dalam proses pembelajaran, penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik menjadi hal yang wajib dipahamai oleh seorang guru. Dalam konteks kompetensi ini, guru bahasa Inggris SD yang menjadi responden penelitian ini mayoritas memahami konsep teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya responden yang memberikan jawaban sering atas butir pernyataan yang diberikan.

Gambar 5. Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kuesioner dengan Kompetensi Inti Mengembangkan Kurikulum sesuai dengan Mata Pelajaran yang Diampu

Berkaitan dengan pengembangan kurikulum sesuai dengan mata pelajaran yang diampu oleh responden, responden menunjukkan bahwa mereka dapat mengembangkan kurikulum seusia dengan kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan. Persentasi jawaban yang diberikan oleh responden antara responden yang memberikan jawaban sangat sering dan jawaban sering cukup berimbang. Artinya responden dalam proses pembelajaran yang dilakukan, dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

25 25

23

23 22 23

2 3 4

0 5 10 15 20 25 30

P9 P10 P11

SS S KD

Gambar 6. Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kuesioner dengan Kompetensi Inti Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik

Respon yang bervariasi diberikan responden terhadap kompetensi inti menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. Pada butir pernyataan ke 12 yang menunjukkan bahwa responden melakukan aktivitas pembelajaran secara bervarisi untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai usia dan tingkat kemampuan belajar serta mempertahankan perhatian peserta didik, responden memberikan jawaban kadang-kadang dan sering lebih banyak dibandingkan pilihan jawaban lainnya. Sedangkan untuk pernyataan lainnya, responden lebih cenderung sering melakukannya.

Bagaimana pemahaman responden dalam memahami dan mengembangkan potensi peserta didik melalui pembelajaran yang mendukung aktualisasi potensi akademik, kepribadian dan kreativitas, dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini.

11

31

18 15

21 34

16

22

27

24

5 3

10 8

5 0

5 10 15 20 25 30 35 40

P12 P13 P14 P15 P16

SS S KD

Gambar 7. Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kuesioner dengan Kompetensi Inti Memahami dan Mengembangkan Potensi Peserta Didik melalui Pembelajaran yang Mendukung Aktualisasi Potensi Akademik, Kepribadian dan Kreativitas

Diagram di atas menujukkan bahwa responden dapt memahami dan mengembangkan potensi peserta didik dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya responden yang memberikan jawaban sangat sering dan sering sebagai indikator bahwa mereka melakukannya.

Gambar 8. Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kuesioner dengan Kompetensi Inti Berkomunikasi secara Efektif, Empatik dan Santun kepada Peserta Didik dan Menyelenggarakan Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

25

9

16 16

19

31

27

21

6

10

7

13

0 5 10 15 20 25 30 35

P17 P18 P19 P20

SS S KD

20

24 25

16 15

28

23

19

23

29

2 2

6

11

6 0

5 10 15 20 25 30 35

P21 P22 P23 P24 P25

SS S KD

Dalam membangun komunikasi yang efektif dalam sistem pembelajaran dan melakukan penilaian serta evaluasi pembelajaran, responden memberikan respon yang baik. Perbandingan antara yang sering dan sangat sering melakukan dapat dilihat memiliki skor yang hampir berimbang. Artinya guru bahasa Inggris SD dapat melakukan hal ini secara baik.

Dari keseluruhan kompetensi inti di atas yang masuk dalam kompetensi pedagogik dapat disimpulkan bahwa respon yang diberikan oleh responden terhadap kompetensi pedagogik berada dalam kategori “sangat baik”.

2. Jawaban responden berdasarkan indikator kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian terdiri atas 7 butir pernyataan yang dibagi ke dalam tiga kompetensi inti.

Gambar 9. Diagram Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kuesioner dengan Indikator Kompetensi Kepribadian

37

34 33

17

2 1

15 12

16 17

31

22

25 25

1 2 3

8 10

0 5 10 15 20 25 30 35 40

P 26 P 27 P 28 P 29 P 30 P 31 P 32

SS S KD

Dari gambar di atas diketahui bahwa responden memiliki kompetensi pribadi yang baik. Dari tujuh butir pernyataan yang diajukan, mayoritas responden menjawab dengan pilihan jawaban sering. Beberapa diantaranya mejawab dengan pilihan jawaban sangat sering. Hal ini menunjukkan bahwa responden dapat mengembangkan aspek pribadinya guna menunjang proses pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.

3. Jawaban Responden berdasarkan Indikator Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial terdiri atas 4 butir pernyataan yang dibagi ke dalam dua kompetensi inti.

Gambar 10. Diagram Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kuesioner dengan Indikator Kompetensi Sosial

Dari diagram di atas, kompetensi sosial responden menunjukkan bahwa tiap-tiap responden memiliki kompetensi yang baik. Dari empat butir pernyataan mayoritas responden menjawab dengan pilihan jawaban sering.

20

24

12

15

23 24

18

25

7

2

16

9 4

1 0

5 10 15 20 25 30

P 33 P 34 P 35 P 36

SS S KD TP

4. Jawaban Responden berdasarkan Indikator Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional terdiri atas 4 butir pernyataan yang dibagi ke dalam dua kompetensi inti.

Gambar 11. Diagram Frekuensi Jawaban Responden terhadap Kuesioner dengan Indikator Kompetensi Profesional

Berdasarkan keseluruhan jawaban responden terhadap kompetensi profesional dapat disimpulkan bahwa responden memiliki sikap yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas responden memilih jawaban sering untuk tiap butir pernyataannya.

Berdasarkan sebaran hasil perolehan skor tiap responden terhadap kuesioner seperti pada Lampiran 1 halaman 95, maka didapat total skor untuk seluruh responden adalah 6555. Berdasarkan interval skor dengan pencapaian total skor 6555, maka secara keseluruhan sikap kompetensi guru bahasa Inggris SD berada pada kategori “BAIK”.

16 15

11

6 24

32

26

24

10

3

13

18

2 0

5 10 15 20 25 30 35

P 37 P 38 P 39 P 40

SS S KD TP

b. Frekeunsi Jawaban Responden terhadap Tes Kemampuan Guru Bahasa Inggris SD

Tes kemampuan guru yang diberikan kepada responden merupakan tes berbentuk pilihan ganda dengan 50 butir pertanyaan yang terdiri dari 30 pertanyaan berhubungan dengan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru kelas dan 20 soal yang berhubungan dengan materi bahasa Inggris tingkat SMP dan SMA. Bagaimana perolehan skor responden terhadap tes kemampuan dapat dilihat pada Lampiran 3

Dari Lampiran 3 diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh responden untuk materi guru kelas adalah 23 dan skor terendah adalah 7.

Sedangkan untuk skor materi bahasa Inggris 17 dan skor terendah adalah 4.

Berdasarkan skala kategori kemampuan menurut Arikunto seperti di bawah ini:

Tabel 5. Skala Kategori Kemampuan

Nilai Kategori Kemampuan

81 – 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup baik

21 – 40 Kurang baik

< 20 Sangat Kurang

(Arikunto, 2006) Dapat disimpulkan bahwa dari perolehan skor untuk materi guru kelas didapat bahwa 3 responden memiliki kategori baik, 26 orang memiliki kategori cukup baik, dan selebihnya sebanyak 21 orang memiliki kategori kemampuan kurang baik dalam penguasaan materi guru kelas. Sedangkan untuk perolehan kemampuan materi bahasa Inggris terdapat 5 orang responden yang memiliki kategori kemampuan sangat baik, 23 orang dalam kategori kemampuan baik, 19

o k h p m

p d

G

o p S k d

orang memi kurang baik hanya 58% y penguasaan materi bahas

Unt perolehan sk dapat dikelo

Gambar 12

Dar orang respo pertanyaan Selebihnya kemampuan dalam meng

Nilai 0 5 10 15 20 25 30 35

liki kategori k. Dapat disi yang memili materi baha sa Inggris se

tuk skor tot kor tertinggi ompokkan se

. Sebaran Menjawa ri diagram d onden yang

yang diber hanya dapa n cukup. Hal guasai materi Sangat Baik

0

i kemampua impulkan ba iki kemampu asa Inggris t ecara baik.

tal yang dira i adalah 39 d eperti dalam

Kategor ab Tes Kem di atas tergam

g bisa men rikan dalam

at menjawa l ini menand i guru kelas

Baik 12

an cukup bai ahwa dari 5 uan untuk m terdapat 47

aih oleh tiap dan skor ter

gambar diag

i Respon mampuan Gu

mbar bahwa njawab den m tes kemam

ab pertanyaa dakan bahwa maupun bah Cukup 

29

k dan sisany 0 responden menjadi guru orang atau

p-tiap respo endah adala gram di baw

nden terh uru Bahasa dari 50 oran ngan kemam

mpuan guru an yang dib a kemampua hasa Inggris

Baik Kura

ya 3 orang b n hanya 29 kelas sedang 94% dapat

onden diketa ah 17. Dari d wah ini.

hadap Ke a Inggris  ng responden

mpuan baik u bahasa In berikan den an guru baha perlu ditingk ng Baik San

9

berada pada orang atau gkan untuk

menguasai

ahui bahwa data di atas

emampuan

n, hanya 12 k tiap-tiap nggris SD.

ngan batas asa Inggris katkan lagi ngat Kurang

0

walaupun jika dirata-ratakan kemampuan guru bahasa Inggris SD berdasarkan kompetensi guru kelas dan kompetensi Bahasa Inggris adalahcukup baik dan diartikan bahwa guru bahasa Inggris SD mempunyai kemampuan untuk mengelola pembelajaran sebagai guru kelas atau guru bahasa Inggris.

c. Analisis Hasil Wawancara

Wawancara yang dilakukan terhadap responden sebagai informan dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan lebih mendalam bagaimana sikap dan pemahaman guru bahasa Inggris SD terhadap pembelajaran bahasa Inggris yang dilakukan, tanggapan dan keinginan mereka mengenai mata pelajaran bahasa Inggris di SD dalam implementasi kurikulum 2013 dan kesiapan guru bahasa Inggris terhadap kemungkinan peralihan tugas atau beban tugas mengajar yang akan diberikan kepada mereka sebagai implikasi penerapan kurikulum 2013.

Analisis hasil wawancara terhadap responden dapat dikelompokkan sebagai berikut sesuai dengan informasi yang peneliti butuhkan untuk keperluan penelitian ini.

a. Kesiapan guru dalam mengajar bahasa Inggris sesuai dengan latar belakang pendidikan.

Berkaitan dengan pernyataan tersebut, sebanyak 54% responden menyatakan siap dan berkeyakinan bahwa latar belakang pendidikan mereka dapat menjadi dasar yang kuat bagi pembelajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan di sekolah dasar. Dari hasil wawancara terhadap responden RSPN 6 yang dilakukan pada tanggal 11 juni 2014 terlihat bahwa latar belakang pendidikannya dapat

menjadi dasar yang kuat bagi pembelajaran bahasa Inggris yang dilakukannya. Ia mengatakan:

“Latar belakang pendidikan S1 FKIP bahasa Inggris UIR, jadi memang bidangnya”

Hal senada juga di ungkapkan oleh responden RSPN 7 yang dilakukan pada tanggal 14 Juni 2014 yang mengatakan bahwa:

“ya. Saya tamat S1 Bahasa Inggris UNP, saya rasa memang basicnya disana”

Dari wawancara lain yang dilakukan terhadap responden RSPN 15 dan RSPN 17 pada tanggal 06 Juni 2014 juga didapat informasi yang sama, sebagaimana penuturan RSPN 15 dan RSPN 17 berikut ini:

“Iya, latar belakang pendidikan saya jurusan Pendidikan dan Tarbiyah UIN Riau Jurusan bahasa INggris”(RSPN 15)

“Cukup, karena saya S1 Bahasa Inggris”(RSPN 15)

Pernyataan responden diatas mengindikasikan bahwa pengajaran bahasa Inggris di sekolah dasar dilakukan oleh guru yang memang memiliki dasar pendidikan bahasa Inggris. Hal ini memperkuat data temuan sebagaimana terlihat pada Diagram 3 halaman 63 yang menunjukkan bahwa 27 orang guru bahasa Inggris merupakan guru dengan latar belakang pendidikan bahasa Inggris dari jenjang pendidikan sarjana dan diploma.

b. Kesiapan guru untuk mengajar bahasa Inggris di jenjang SMP atau SMA sebagai dampak penerapan kurikulum 2013 terhadap mata pelajaran bahasa Inggris di SD

Selanjutnya, peniliti mencoba menggali informasi berkenaan dengan kemampuan responden terhadap pembelajaran bahasa Inggris di tingkat satuan pendidikan yang lebih tinggi sebagai asumsi jika dapat dirumuskan kebijakan lebih jauh terhadap keberadaan guru bahasa Inggris SD dilihat dari kualifikasi pendidikan. Mayoritas responden mengatakan persetujuan dan kesiapan mereka untuk tetap mengajar bahasa Inggris meskipun dipindahkan ke SMP atau SMA.

Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara dengan beberapa orang responden berikut ini.

“Ya maunya dipindahkan ke SMP atau SMA aja. Gak masalah kalau dipindahkan. ” (RSPN 246 / 11 JUni 2014)

“Kalau dipindahkan menurut saya, mungkin saya terima. Tapi saya lebih cenderung mengajar di sekolah dasar. Karena pelajaran Bahasa Inggris itu harus dimulai dari dasar. Kalau dipindahkan yang saya butuhkan adalah penyesuaian diri lagi, kami butuh lagi seperti seminar-seminar atau KKG guru-guru Bahasa Inggris untuk menambah wawasan kami”. (RSPN 25 / 6 Juni 2014)

“Ya saya suka saya setuju. Karena menyesuaikan ijazah yang ada. Alangkah relevan jika alangkah cocoknya jika begitu jadi relevan pak.” (RSPN 49 / 11 Juni 2014)

“Tidak masalah selama tidak mempermasalahkan background pendidikan kita, jadi ndak masalah kalau gak bermasalah. Paling dibutuhkan ada pelatihan lebih lanjut” (RSPN 14 / 5 Juni 2014)

“Pendapat saya setuju cuma guru tersebut harus dikasi apa namya pendidikan yang standar untuk mengajar di SMP” (RSPN 47 / 12 JUni 2014)

“Kalau saya sih setuju-setuju aja. Soalnya sebelumnya saya mengajar di SMP dan SMA. Paling menambah pelatihan lagi lah.” (RSPN 7 / 14 Juni 2014)

“…… Kalau harus mengajar di SMP dan SMA yang jelas pribadi saya tidak mengalami kesulitan. Mungkin kawan-kawan lain membutuhkan seminar atau apa namanya tu.. pelatihan- pelatihan” (RSPN 15 / 6 Juni 2014)\

“Dengan senang hatilah, tapi kita diberikan jam juga jangan pula nanti tidak dipentingkan karena sekarangkan harus cukup 24 jam, sementara kalau kita pindah ke SMP jamnya kurang karena kataya guru dah berlebih di Siak, seperti itu”. (RSPN 13 / 6 Juni 2014)

Hasil wawancara di atas diberikan oleh guru Bahasa Inggris SD yang memiliki latar belakang Pendidikan bahasa Inggris dan mereka meyakini memiliki kemampuan untuk mengajar bahasa Inggris di jenjang pendidikan SMP dan SMA.

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa responden memiliki pendapat yang sama yaitu setuju jika ada kebijakan untuk memindahkan mereka ke jenjang pendidikan di tingkat SMP atau SMA dengan menambah pengetahuan atau mengikuti berbagai pelatihan guna meningkatkan kemampuan mereka.

c. Keinginan pribadi dari responden terkait dengan pemberlakuan kurikulum 2013 dan keberadaan mata pelajaran Bahasa Inggris.

Dari hasil wawancara mayoritas responden menginginkan bahwa bahasa Inggris di SD tetap diajarkan dan tidak dihapus dari struktur kurikulum. Dari responden RSPN 12 yang diwawancarai pada tanggal 12 juni 2014, RSPN 12 mengungkapkan:

“Saya sedih ya pak ya. Karena anak SD ini nanti akan melanjutkan ke SMP jadi bekal untuk SMP itu nantikan nol jadinya. Sama seperti tahun 80an, SD tidak ada belajar Bahasa Inggris ya jadi setidak-tidaknya anak ini akan terbengong- bengong masuk ke SMP. Tadinya tahu kalau dasar Bahasa Inggris kalau nama benda ini apa mengucapkan sapaan salam itu apa nanti anak nanti polos tidak tahu. Jadi minim sekali kan pengetahuan siswa.”

Hal serupa juga diungkapkan oleh responden RSPN 17 yang diwawancarai pada tanggal 6 juni 2014. Ia mengungkapkan kepada peneliti sebagai berikut:

”Ne saran aja ya bang ya, mudahan didengarlah. Kalau untuk di SD janganlah di hapus atau dihilangkan. Istilahnya patenkanlah lagi memang di SD ada guru Bahasa Inggris nya tetapkanlah di SK kan mereka tetap mengajar di sini. Kan memang basic kita Bahasa Inggris jadi kita ngajar lebih mendalam lagi,. Kalau dia latar belakang Bahasa Inggris, suruh mengajar yang lain atau jadi guru kelas kita akan belajar lagi.

Lebih bagus yang sudah ada kita berdayakan kita serahkan pada ahlinya istilahnya bagaimana ya memang sesuai basicnya lah”(RSPN 17/ 6 Juni 2014)

Pernyataan kedua responden di atas juga diperkuat oleh pendapat responden RSPN 6, RSPN 19 dan RSPN 36 dalam pernyataannya sebagai berikut:

“Ya, terutama bagi Bahasa Inggris mohon janganlah di hapuskan. Anak-anak di sini suka loh Bahasa Inggris lagian mutu sekolah juga dari situ juga anak-anak itu pengen berbicara Bahasa Inggris itu mau, jadi pemerintah mohonlah ya jangan dihapuskan…” (RSPN 6 / 11 Juni 2014)

“Gimana ya.. rasanya kuranglah. Bagusnya di SD adalah sikit Bahasa Inggris. Untuk dasarnya kan apalagi anak SD ini baru dasarnya seperti bilangan, pengenalan huruf jadi itu harus penting. Masak pula baru SMP dikenalkan” (RSPN 19 / 12 Juni 2014)

“Gimanapun yang namanya Bahasa Inggris itu perlu. Itu aja mainan anak-anak aja udah pake Bahasa Inggris. Menurut saya perlu banget Bahasa Inggris, kalau perlu ya dari TK. Bukan ngajarinya ke kalimat, yang mudah dan dekat dengan lingkungan mereka. Kurang setuju kalau di bilang penghapusan ya” (RSPN 36 / 11 JUni 2014)

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa semua responden memiliki pendapat yang sama yaitu menginginkan bahasa Inggris tetap diajarkan di sekolah dasar.

Dalam dokumen analisis kompetensi guru bahasa inggris sd (Halaman 76-94)

Dokumen terkait