• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum di Indonesia

Dalam dokumen analisis kompetensi guru bahasa inggris sd (Halaman 43-48)

BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

3. Kurikulum di Indonesia

Kurikulum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Stantar Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kunandar (2007:91) mengutip pendapat beberapa ahli pendidikan tentang pengertian kurikulum diantaranya B. Othanel Smith dkk. Kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak atau pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakat.

William B. Ragan memerinci kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah, berupa bahan pelajaran, juga seluruh kehidupan dalam kelas, termasuk di

dalamnya hubungan sosial antara guru dengan murid, metode mengajar, dan cara mengevaluasi. Dengan demikian, kurikulum merupakan seperangkat rencana program tertulis yang menjadi pedoman praktis bagi terlaksananya proses pendidikan, menuju tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Nurhadi juga mengemukakan beberapa kriteria kurikulum, yaitu; harus dapat menjawab kebutuhan masyarakat dalam menghadapi perkembangan kehidupan mendatang, dapat diperbaharui, komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, serta mampu mengakomodasi keberagaman keperluan maupun kemajuan teknologi. Nurhadi juga mengatakan bahwa kurikulum merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan nasional.

Di Indonesia, kurikulum pendidikan baru dikenal pada tahun 1968.

Sebelumnya, sejak tahun 1947 hanya dikenal adanya “Rencana Pelajaran” yang dimaksudkan sebagai salah satu upaya pembenahan sistem persekolahan pascamerdeka, agar sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Namun pembenahan ini baru terwujud pada tahun 1965 dengan dikeluarkannya Keppres No. 19 tahun 1965 tentang Pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila.

Jiwa kurikulum pada waktu itu adalah gotong royong dan demokrasi terpimpin.Tak lama kemudian keluar Tap.MPRS No. XXVII/MPRS/1966 yang berisi tujuan pendidikan untuk membentuk manusia Pancasilais sejati (Kunandar, 2007:86).

Tahun 1968 keluar kurikulum yang menyebutkan tujuan pendidikan adalah mempertinggi mental, moral, budi pekerti, dan memperkuat keyakinan

beragama, mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan, serta membina dan mengembangkan fisik yang kuat dan sehat. Tahun 1975 kurikulum baru muncul lagi, dengan karakteristik menunjuk pada sifat integrated curriculum organization. Namun kurikulum ini dianggap tidak mampu mengikuti pesatnya kemajuan dan kebutuhan masyarakat.

Tahun 1984 kurikulum yang bersifat content-based curriculum diberlakukan. Dalam kurikulum ini, terdapat penambahan mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Setelah berjalan beberapa lama, kurikulum ini dianggap terlalu sarat beban. Lalu pada tahun 1994 digantikan lagi dengan kurikulum baru yang bersifat objective based curriculum dan menghapus PSPB dari daftar mata pelajaran. Selain itu, istilah Sekolah Menengah Pertama (SMP) berubah menjadi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sedangkan Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi Sekolah Menengah Umum (SMU).

Kurikulum 1994 mengalami beberapa kali perubahan dalam rangka menyesuaikannya dengan tuntutan reformasi. Dalam penyesuaian itulah muncul suplemen kurikulum tahun 1999, yang memuat penyesuaian materi pelajaran, terutama mata pelajaran sosial, PPKN, Sejarah, dan beberapa mata pelajaran lainnya.

Melalui UU No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pangganti UU No. 2 tahun 1989, pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menyodorkan gagasan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam Kurikulum 2004. KBK merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat dalam penguasaan ilmu dan

teknologi. Gagasan tersebut sekaligus dimaksudkan untuk menjawab tantangan atas rendahnya mutu pendidikan karena lulusan yang tidak ditunjang dengan kompetensi memadai, saat terjun ke masyarakat. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab (Mulyasa, 2009:48).

Kurikulum 2004 mengembalikan istilah SLTP menjadi SMP dan SMU kembali menjadi SMA. Ironisnya, walau telah diujicobakan di beberapa sekolah melalui pilot project, KBK tidak juga disahkan sebagai kurikulum resmi. Hal ini antara lain karena KBK dianggap terlalu sarat materi, dan pemerintah (Depdiknas) terlalu intervensi terhadap kewenangan sekolah dalam mengembangkannya.

Selain itu, KBK dinilai kurang aplikatif, bahkan pengertian kompetensi dan sistem penilaiannya dianggap belum jelas (Kunandar, 2007:89).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Permendiknas Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan dua Permendiknas sebelumnya, merupakan dasar berlakunya kurikulum baru yang menggantikan Kurikulum 1994 dan merevisi KBK (Kurikulum 2004). Setelah itu dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh masing- masing satuan pendidikan.

Kunandar (2007:111-112) menjelaskan bahwa KTSP adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performa tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KTSP merupakan perangkat standar program pendidikan yang mengantar siswa memiliki kompetensi, pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. KTSP sebagai kurikulum yang dikembangkan dengan prinsip mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan (berisi prinsip-prinsip pokok, bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman), dan pengembangannya melalui proses akreditasi yang memungkinkan mata pelajaran dimodifikasi. Pada praktiknya, kurikulum ini dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan/Kantor Depag Kabupaten/Kota untuk Pendidikan Dasar, dan Dinas Pendidikan/Kantor Depag untuk Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus.

Tahun 2013, Kurikulum 2013 resmi dilaksanakan, meski baru terbatas di beberapa sekolah model. Perangkat ini sejatinya merupakan langkah pengembangan KBK yang telah dirintis melalui pilot project pada tahun 2004, dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

4. Kurikulum 2013

Dalam dokumen analisis kompetensi guru bahasa inggris sd (Halaman 43-48)

Dokumen terkait