• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

B. Kajian Teori

2. Kemampuan pemecahan masalah

a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh siswa dalam matematika di tegaskan oleh Branca (1980), sebagai berikut:

1) Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika.

2) Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.

3) Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.15

Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, mengandung pengertian bahwa matematika dapat membantu dalam memecahkan persoalan baik dalam

15 http://pgsd.binus.ac.id/2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/amp/.

Diakses pada hari kamis tanggal 22 Februari 2018. Pukul 12.30 WITA.

pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya kemampuan pemecahan masalah ini menjadi tujuan umum pembalajaran matematika.

b. Indikator Pemecahan Masalah

Beberapa indikator kemampuan pemecahan masalah matematika menurut NCTM adalah sebagai berikut:16

1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang di ketahui, yang di nyatakan, dan kecukupan unsur yang di perlukan.

2) Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika.

3) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika .

4) Menggunakan matematika secara bermakna

Menurut Sumarmo menyatakan bahwa indikator kemampuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasikan kecukupan data untuk pemecahan masalah.

2) Membuat model matematika dari suatu situasi atau masalah sehari- hari dan menyelesaikannya.

3) Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika atau di luar matematika.

4) Menjelaskan atau mengiterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.

5) Menerapkan matematika secara bermakna

16 http.www//:bolehsaja.net/kemampuan-pemecahan-masalah/. Diakses pada hari kamis tanggal 22 februari 2018. Jam 12.05 WITA

3. Gaya Kognitif

a. Definisi Gaya Kognitif

Salah satu karakteristik siswa adalah gaya kognitif. Menurut Keefe dalam Hamzah B. Uno, gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.17 Ausburn dalam Hamzah B. Uno merumuskan bahwa gaya kognitif mengacu pada proses kognitif seseorang yang berhubungan dengan pemahaman, pengetahuan, persepsi, pikiran, imajinasi, dan pemecahan masalah.18 Sebagai karakteristik individu, karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama. Apalagi individu yang memiliki gaya kognitif yang berbeda, kecenderungan perbedaan kemampuan yang dimilikinya lebih besar.19 Selain itu, definisi gaya kognitif juga dikemukakan Basey yang dikutip Darma dalam jurnalnya, bahwa:

“Cognitive Style is the control process or style which is self generated, transient, situationally determined conscious activity that a learner uses to organize and to regulate, receive and transmite information and ultimate behaviour.” Yang berarti gaya kognitif merupakan proses kontrol atau gaya yang merupakan manajemen diri, sebagai perantara secara situasional untuk menentukan aktivitas sadar sehingga digunakan seorang pebelajar untuk mengorganisasikan dan mengatur, menerima dan menyebarkan informasi dan akhirnya menentukan perilaku dari pebelajar tersebut.20

17 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2006), hlm. 185.

18 Ibid., hlm. 186.

19 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara 2006), hlm. 186.

20 Darma, “Proses Berpikir Siswa SMA Dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi Turunan Ditinjau Dari Gaya Kognitif Field Independent Dan Field Dependent", PEDAGOGIA, Vol 2, Nomor 1, Februari 2013, hlm. 71-83.

Berdasarkan paparan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa gaya kognitif adalah suatu karakteristik individu dalam penggunaan kognitif (pengetahuan, persepsi, imajinasi, membuat keputusa, pemecahan masalah, memproses informasi, mengorganisasikan dan seterusnya) yang bersifat konsisten dan berlangsung dalam kurun waktu yang relative lama.

b. Tipe Gaya Kognitif

Gaya kognitif field dependent dan field independent merupakan tipe gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Siswa dengan gaya kognitif field dependent sulit memfokuskan pada satu aspek dari satu situasi atau menganalisis pola menjadi bagian-bagian yang berbeda. Gaya kognitif field independent menemukan kesulitan dalam memproses informasi, cenderung hanya menerima informasi yang diberikan dan tidak mampu mengorganisasikan kembali. Namun mudah mempersepsi apabila informasi dimanipulasi sesuai konteksnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Witkin dan Goodenough dalam Danili & Reid (2006) mengenai definisi karakteristik utama dari gaya kognitif Field Dependent-Field Independent yang kemudian dikutip oleh Darma dalam jurnalnya sebagai berikut:

Field-Dependent (FD) individual: one who can insufficiently separate an item from its context and who readily accepts the dominating field or context. Field-Independent (FI) individual: one who can easily „break up‟ an organized perceptual and separate readily an item from its context. Definisi karakteristik ini menerangkan bahwa individu dengan gaya kognitif Field Dependent (FD) adalah individu yang kurang atau tidak bisa memisahkan sesuatu bagian dari suatu kesatuan dan cenderung segera menerima bagian atau konteks yang dominan. Sedangkan individu dengan gaya kognitif Field Independent (FI) adalah individu yang dengan mudah dapat „bebas‟ dari persepsi yang terorganisir dan segera dapat memisahkan suatu bagian dari kesatuannya.21

21 Ibid., hlm.71-83.

Badi, dkk dalam jurnalnya mengemukakan bahwa

Gaya kognitif, dapat dibedakan berdasarkan perbedaan psikologis yaitu:

gaya kognitif field independent (FI) dan field dependent (FD). Seorang yang memiliki gaya kognitif field independent (FI) cenderung kurang begitu tertarik dengan fenomena sosial dan lebih suka dengan ide-ide dan prinsip-prinsip yang abstrak, kurang hangat dalam hubungan interpersonal, dalam mengerjakan tugasnya merasa efisien bekerja sendiri. Orang yang memiliki gaya kognitif field dependent (FD) dikategorikan sebagai seorang yang dapat berpikir secara global, berperilaku sensitif secara sosial dan berorientasi interperso nal, lebih suka bekerja kelompok dalam mengerjakan tugasnya.22

Menurut Nugraha dan Awalliyah yang dikutip oleh Sofri Rizka Amalia dalam jurnalnya, bahwa

seseorang dengan karakteristik gaya kognitif field independent akan cenderung mampu mencari informasi lebih banyak diluar konten yang telah ada; mampu membedakan suatu objek dari objek sekitarnya dengan lebih mudah dan cenderung lebih analitik; dan motivasinya bergantung pada motivasi internal. Sedangkan karakteristik gaya kognitif field dependent akan cenderung fokus pada gambaran umum; hanya mengikuti informasi yang sudah ada; namun dapat bekerja sama dengan baik, karena orientasi sosialnya.23

Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya kognitif field independent kurang tertarik pada fenomena sosial, tidak terikat dengan persepsi yang diberikan melainkan ia bisa membuat persepsi sendiri, sehingga mudah memisahkan suatu bagian dari konteksnya, cenderung lebih analitik serta tidak mudah lemah jika konteksnya dirubah. Selain itu, siswa yang FI lebih suka atau efisien mengerjakan tugasnya sendiri dibandingkan dengan berkelompok. Sedangkan gaya kognitif field dependent lebih berpikir secara global, sensitif secara sosial, terikat dengan persepsi yang diberikan sehingga kurang atau tidak bisa memisahkan suatu bagian dari

22Badi, dkk, “Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi Ruang Dimensi Tiga Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa”, Jurnal Pendidikan Matematika Solusi, Vol. 1, No. 1, Maret 2013.

23 Sofri Rzka Amalia, “Analisis Kesalahan Berdasarkan Prosedur Newman Dalam Menyeleaikan Soal Cerita Ditinjau dari Gaya Kognitif Mahasiswa”, AKSIOMA, Vol. 8, No. 1, Juli 2017.

konteksnya dan mudah lemah jika konteksnya dirubah, siswa FD lebih suka kerja kelompok dalam mengerjakan tugasnya dibandingkan dengan kerja sendiri.

c. Instrumen Gaya Kognitif

Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur gaya kognitif siswa field independent dan field dependent dalam penelitian ini adalah instrumen sudah valid dikembangkan oleh Witkin (1971) yang disebut Group Embedded Figure Test (GEFT), kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dan digunakan oleh Marhadi Saputro (dalam Habibi RPN, 2014), sehingga peneliti tidak perlu melakukan uji coba instrumen.

GEFT merupakan tes standar yang memiliki skala tetap dengan skor 0 sampai 18 dimana setiap jawaban benar bernilai 1 dan jawaban salah bernilai 0, sehingga penilaian yang dilakukan bersifat objektif. Instrumen ini terdiri dari 25 gambar rumit dan gambar sederhana yang terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama terdiri dari 7 gambar, sedangkan tahap kedua dan ketiga masing-masing terdiri dari 9 gambar. Terdapat 8 gambar sederhana yang diberi nama A, B, C, D, E, F, G, dan H yang harus ditemukan pada ke- 25 gambar pada soal dengan cara menebalkan gambar sederhana tersebut dalam gambar rumit.24

Untuk tahap pertama, siswa diberi waktu mengerjakan tes maksimal 3 menit. Hasil tes tahap pertama ini hanya digunakan untuk latihan dan tidak dinilai. Tahap kedua dan ketiga, siswa diberi waktu maksimal 6 menit untuk menyelesaikan soal dengan masing-masing jawaban benar diberi nilai 1 dan

24 Habibi RPN, “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPs) Dengan Assessment For Learning (Afl) Terhadap Prestasi Belajar dan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Materi Segiempat Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa”, (Tesis, Prodi Magister Pendidikan Matematika, PPs Universitas Surakarta, Surakarta 2014), hlm. 30.

jawaban salah diberi nilai 0. Siswa yang tidak dapat menyelesaikan gambar pada tes sesuai waktu yang ditentukan pada masing-masing tahapan, maka gambar yang tidak dikerjakan dianggap salah dan diberi nilai 0.

Dokumen terkait