• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala Yang Dihadapi Orang Tua Dalam Membina Moral

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

B. Temuan

2. Kendala Yang Dihadapi Orang Tua Dalam Membina Moral

Peneliti menyimpulkan bahwa dengan memberikan contoh keteladanan (Akhlak) dalam proses pembinaan moral untuk anak sangat baik, karena dalam Al-Qur’an juga telah disebutkan bahwa sebaik-baik suri tauladan yang ada ialah Rasulullah itu sendiri. Para orang tua dapat mengikuti cara Rasulullah dalam mendidik anak yang sesuai dengan tuntunan agama islam.

2. Kendala Yang Dihadapi Orang Tua Dalam Membina Moral Anak Usia Dini

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menjumpai ketika Zahara bermain dengan teman-temannya tanpa adanya pengawasan dari orang tuanya maka Zahara akan ikut-ikutan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik seperti yang dilakukan oleh teman bermainnya.

2) Lingkungan bermain

Wawancara bersama keluarga amak Farid dan inak Yeni mengungkapkan bahwa:

“…Arak laun batur ne si dengan toak ne girang pade besual sambil saleng sumpaq lk julun anak ne mesak, pok dengerne kan laun sik kanak sino.

Arene kan kanak laun milu-miluan ye nyenyumpak. Arak endah misal mun ne bekedek maen bepale’an kance batur-batur ne kan girang ne berari-rari lek julun dengan toaq si tokol-tokol, kan sino ndek ne sopan arene. Pok ye laun turutan ne sik Danu…” [Ketika Danu sedang bermain dengan teman-temannya, Danumenemukan ajaran moral yang bertolak belakang dari ajaran orang tuanya di rumah. Ada orang tua yang suka teriak-teriak didepan anaknya karena mereka bertengkar yang mengakibatkan anaknya mendengar kata-kata kasar dan perbuatan-perbuatan yang tidak baik lainnya. Terkadang tanpa disengaja Danu ikut melakukan perbuatan seperti yang teman-temannya lakukan ketika bermain, seperti berlari-lari dihadapan orang dewasa yang sedang duduk-duduk. Ketika kami menanyakan kenapa Danu melakukan perbuatan itu, maka Danu akan langsung menjawabnya dengan jawaban bahwa dia mengikuti apa yang temannya lakukan ketika mereka bermian kejar-kejaran].67

Setelah melakukan observasi, peneliti menjumpai bahwa Danu ketika sedang bermain memang akan mengikuti bagimana cara teman-temannya berperilaku dan melupakan apa yang diajarkan oleh orang tuanya tentang cara bersikap sopan santun.

67 Amaq Farid dan Inaq Yeni, Wawancara, Dusun Embungpas, 25 April 2020.

3) Pekerjaan dan media Elektronik (Hp,TV,)

Berdasarkan wawancara dengan keluarga amak Mazahar dan inak Nurul selaku orang tua dari Albi Maizar Rahmad, mereka mengungkapkan bahwa:

“…kendala yang kami hadapi dikarenakan kami jarang memiliki waktu dengan Albi, karena kesibukan bekerja. Itulah kenapa kami memberikan gadget pada Albi, semata-mata untuk tujuan kami memantau dimana dan sedang melakukan apa anak kami. Tetapi bila sudah memainkan gadget atau menonton TV, Albi sulit untuk dijauhkan dari alat elektronik tersebut. Albi apabila sudah memegang gadget atau menonton TV, maka Albi akan mengabaikan apa yang kami katakana…”68

Setelah peneliti melakukan obervasi, peneliti menjumpai bahwa memang benar Albi ketika sudah berhadapan dengan gadged atau TV, Albi akan mengabaikan hal dan perkataan orang yang ada di sekitarnya. Kemudian orang tua dari Albi pun akan membiarkan saja anaknya seperti itu.

4) Media Elektronik Gadget

Begitupula dengan wawancara keluarga amak Udin dan inak Ismi selaku orang tua dari Muhammad Irsyad Azhari mereka mengatakan:

“…Irsyad ketika sudah mulai memegang gadget akan mulai mengabaikan kata-kata dan ajaran-ajaran yang diterapkan oleh orang tuanya. Apabila dilarang memainkan gadget Irsyad akan melampiaskan rasa kesalnya dengan berkata kasar dan memukul-mukul kakeknya…’’69

Berdasarkan observasi, peneliti menjumpai dan mendengar bahwa Irsyad meneriaki kakeknya dikarenakan dia kesal gara-gara di hentikan bermian gadged oleh ibunya dan melampiaskan rasa kesalnya pada sang kakek.

68 Amaq Mazahar dan Inaq Nurul, Wawancara, Dusun Embungpas, 27 April 2020.

69 Amaq Udin dan Inak Ismi, Wawancara, Dusun Embungpas, 28 April 2020.

5) Media Elektronik TV

Wawancara keluarga amak Basid dan inak Sahmin selaku orang tua dari Sendi Amalia mengatakan bahwa:

“…pepantoan si arak lek Tv-Tv no santer gati ndeq ne mendidik, ape lagi care-care ne pade bepake’an sexsy-sexsy. Pok ye sino gitaq ne sik kanak, melet terus kanak nurut-nurutan. Padahal kan ndeq ne nagus sino care ne bepakean ape lagi acting ne si bekapong-kapongan kance dengan mame…” [tontonan- tonton yang ada di televisi. Banyak acara TV yang berbau pornografi, dan hal itu sangat tidak pantas untuk dilihat dan didengar oleh anak-anak. Dimulai dari cara berpakaiannya yang tidak mentup aurat, perkataan dan perbuatan yang tidak bermoral serta perilaku yang ditampilkan dalam acara sinetron sangat tidak mencerminkan nilai moral yang baik untuk anak-anak].70

Berdasarkan hasil observasi, peneliti penjumpai Sendi yang terkadang memuji pakaian temannya yang bagus (tidak tertutup seperti pakaiannya), mungkin dikarenakan model dan warna baju temannya yang menarik untuk dia lihat. Sedangkan Sendi sendiri selalu mengggunakan pakaian sopan (baju sopan serta celana atau rok yang selalu panjang), walau masih belum menggunakan hijab.

6) Ligkungan Bermain dan Media Elektronik Gadged

Wawancara dengan keluarga Bapak Safwan dan Ibu Fatmah selaku orang tua dari Wazin Akhkami Afkar mengtakan bahwa:

“…kendala yang kami hadapi memang banyak yang datang dari lingkungan bermain, terutama benda yang bernama gadget. Kami sebagai orang tua Wazin malah berusah untuk menjauhkan anak kami dari benda yang bernama gadget, memang ketika Wazin berada di dalam rumah dia akan terkontrol dengan tidak menyentuh gadget. Tetapi ketika Wazin mulai bermain diluar rumah kami kesulitan untuk menjauhkannya dari gadget, karena rata-rata teman bermiannya

70 Amaq Basid dan Inaq Sahmin, Wawancara, Dusun Embungpas, 01 Mei 2020.

selalu bermian gadget. Tetapi kami juga tidak mungkin untuk melarang Wazin bermain dengan teman-temanya tersebut’.71

Setelah melakukan observasi, peneliti penjumpai bahwa memang benar Wazin tidak di bebaskan dalam memagang gadged oleh orang tuanya. Tetapi Wazin masih bisa ikut melihat-lihat aplikasi Tik-Tok di gadged teman-teman sepermainnya.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan ke 6 responden di atas, dapat disimpulkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi oleh orang tua dalam membina moral di Dusun Embungpas Desa Sigerongan adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal

Mengenai faktor internal peneliti mengamati bahwa beberapa orang tua kurang memiliki waktu luang untuk anak-anaknya dan kurang memahami bagaimana makna dari nilai moral itu sendiri sehingga tampa sadar mereka melakukan dan berbuat hal yang tidak tepat seperti terlalu memanjakan anak dan adapula orang tua yang bertengkar dihadapan anak-anak.

2. Faktor eksternal

Sedangkan kendala yang dialami dari faktor eksternal yakni, para orang tua menggaris bawahi lingkungan bermaian, disamping itu juga pengaruh hp, media sosial seperti facebook, internet dan lain sebagainya, hal ini sangatlah berpengaruh dalam proses pembinaan moral anak-anaknya.

71 Bapak Safwan dan Ibu Fatmah, Wawancara, Dusun Embungpas, 03 Mei 2020.

BAB III PEMBAHASAN

A. Strategi Orang Tua Dalam Membina Moral Anak Usia Dini di Dusun Embungpas Desa Sigerongan Kec. Lingsar Tahun 2020

Strategi adalah langkah dalam melakukan tindakan yang telah ditentukan sasaranya.72 Strategi reasoning diartikan sebagai cara untuk menolong anak menginternalisasikan nilai-nilai yang ada dan mengembangkan moral pribadinya.

Strategi ini digunakan orang tua dalam menanamkan norma-norma sosial, perasaan simpati dan hormat terhadap orang lain.73 Dapat disimpulkan bahwa strategi orang tua adalah suatu pendekatan yang dilakukan demi mencapai tujuan yang diharapkan dalam membangun perilaku baik dalam diri anak.

Moral lebih diartikan sebagai tingkah laku atau perbuatan dalam sepak terjang manusia yang berkaitan dengan segala kebiasaan hidup manusia.74 Moral memiliki arti yang sangat berkaitan dengan ajaran baik buruk, dan lebih berhubungan dengan tindakan atau perilaku seseorang.75 Moral dalam pandangan ajaran islam ialah bagaimana seharusnya manusia bersikap terhadap sesamanya atau berakhlak.

72 Rahman Johar dan Latifah Hanuman, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: CV Bidu Utama, 2016), H. 1.

73 Stephanie Yuanita Indrasari, dan Laily Affiani, “Jurnal Psikologi Sosial “Peran Persepsi Keterlibatan Orangtua Dan Strategi Pengasuhan Terhadap Parenting Self-Efficacy”, Vol. 16, No. 02, 2018. H. 74-85.

74 Muammar Qadafi, “Alwalady “ Kolaborasi Guru Dan Orang Tua Dalam Mengembangkan Aspek Moral Agama Anak Usia Dini”, Vol. 5, No. 1, Maret 2019, H. 4.

75 Amos Neolaka Dan Grace Amelia, Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup, (Depok: Kencana, 2017), H. 455

Keinginan setiap orang tua pasti sama yakni ingin anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang sholeh dan solehah serta berguna dimasa mendatang. Untuk dapat mewujukan keinginan dari setiap orang tua tersebut, diperlukan berbagai startegi yang akan mengarahkan anak agar menjadi anak yang memiliki moral yang baik. Membina moral untuk anak usia dini dimulai dari tindakan nyata orang tua, dengan cara para orang tua berperilaku dengan perilaku yang baik di hadapan anak.

Orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya, pertama dan utama maksudnya adalah bahwa orang tua adalah sumber ilmu pertama yang tertanam dalam diri anak. Moral seseorang mulai terbentuk dari proses untuk bisa bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Orang tua adalah sosok yang sering dilihat dan diperhatian oleh anak dalam kesehari- hariannya. Oleh karena itu, proses pembelajarannya harus dimulai dari keluarga.

Maka dari itu orang tualah yang paling bertanggung jawab terhadap setiap perkembangan anak-anaknya khususnya perkembangan nilai moral anak.

Masih terkait dengan strategi membina moral anak usia dini, maka tujuan membina moral yakni untuk mewujudkan manusia ideal dalam artian anak yang bertaqwa pada Allah SWT, menyempurnakan nilai-nilai kemanusiaan sesuai ajaran agama dan taat beribadah, serta sangup hidup bermasyarakat dengan baik dimasa depannya. Nilai moral lebih mengarah pada mengembalikan pembelajar ke fitrahnya atau fungsi dasar sebagai manusia. Fungsi yang dimaksud yaitu; 1) fungsi diri sebagai anak yang harus berbakti kepada orang tua, serta hormat

kepada yang lebih besar sekaligus kasing sayang pada yang lebih kecil, 2) fungsi diri sebagai bagian dari yang lain (mahluk sosial), dan 3) fungsi diri sebagai makhluk yang memiliki sang pencipta yakni Allah SWT. Semua fungsi-fungsi itu sangat membutuhkan pembelajaran demi untuk kesadaran.

Untuk membentuk moral di dalam keluarga, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, yaitu:

1. Orang tua menata bahasa (tata ujar) dari seorang anak dalam berbicara pada orang lain.

2. Orang tua mengajarkan pada anak untuk menghormati orang yang lebih tua.

3. Orang tua memberikan contoh saling tolong-menolong, berbagai pada orang lain, juga hormat menghormati.

4. Orang tua mendidik anak untuk mengaji, shalat dan tata ibadah lainnya.

5. Anak diberi pengarahan dan motivasi pada setiap kegagalan, juga diberi nasehat untuk tidak menyombongkan diri ketika berhasil.

6. Orang tua memberi contoh dan mengajarkan disiplin waktu, kejujuran, dan keikhlasan.

7. Orang tua memberikan cerita yang dapat menginspirasi bagi anak.

8. Orang tua tidak serta merta menyalahkan anak dan menggunakan kekerasan untuk mendidik.76

Berdasarkan teori ini membuktikan bahwa strategi yang dilakukan orang tua dalam membina moral anak usia dini sesuai dengan temuan peneliti di lokasi

76Arif Hidayat, “Tadris, “Pembelajaran Moral Islami,” Vol. 9, No. 1, Juni 2014. H. 46-47.

penelitian. Maka peneliti akan menganalisis atau merumuskan pembahasan terkait strategi orang tua dalam membina moral anak usia dini di Dusun Embungpas Desa Sigerongan adalah sebagai berikut:

1. Mengajarkan anak ikut teribat dalam kegiatan-kegiatan positif

Mengajak merupakan salah satu cara yang dapat mempengaruhi anak untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat agar dapat membangkitkan perasaan emosi yang positif pada diri anak.77 Orang tua perlu memberikan kesempatan pada anak. Kesempatan bagi anak adalah suatu kepercayaan.

Anak akan tumbuh menjadi sosok yang percaya diri apabila diberikan kesempatan untuk mencoba, mengekspresikan, mengeksplorasi dan mengambil keputusan.

Seperti yang dilakukan oleh orang tua yang ada di Dusun Embungpas, mereka mengajak atau mengikut sertakan anak mereka untuk melakukan kegiatan yang positif, dengan harapan anak mereka kelak tumbuh menjadi anak yang memiliki rasa solidaritas antar sesama.

2. Mengajarkan anak komunikasi sopan (positif)

Komunikasi menjadi hal penting dalam hubungan orang tua dan anak karena komunikasi merupakan jembatan yang menghubungkan keinginan dan harapan seseorang sebagai orang tua dalam membina moral anak-anaknya.

Melalui komunikasi, orang tua dapat menyampaikan harapan, masukan, saran

77 Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Jakarta: Kencana, 2016), H. 64.

dan dukungan pada anak. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, dapat membuat suasana yang hangat dan nyaman dalam hubungan keluarga. 78

Pendapat tersebut sangat relevan bila di sandingkan dengan komukasi sopan (positif) yang orang tua ajarkan pada anak di Dusun Embungpas. Pada saat orang tua mengajarkan komunikasi sopan (positif) pada anak, perlu terjalin lebih dahulu komunikasi baik antara orang tua, dan tetangga sekitar.

Agar anak senantiasa melihat dan mendengar kata-kata yang tepat untuk dipergunakan berkomunikasi.

3. Mengajarkan anak kebiasaan berbagi

Islam mengajarkan untuk banyak berbagi, baik dengan orang yang mampu maupun tidak. Bersedekah merupakan perbuatan mulia karena bisa mendatangkan kecintaan Allah dan seluruh makhluk-Nya. Oleh karena itu, Allah dalam Al-Qur’an dan Rasulullah dalam hadis-hadisnya selalu menganjurkan umatnya untuk bersedekah. Banyak dari Al-Qur’an maupun hadis yang menunjukkan bahwa barang siapa yang memberlanjakan harta di jalan Allah, atau barang siapa yang gemar bersedekah (berbagi), sesungguhnya Allah akan mengganti harta yang disedekahkannya itu berlipat- lipat, tidak hanya kelak di akhirat, tetapi juga ketika masih hidup di dunia.79

78 Muthmainnah, “Jurnal Pendidikan Anak, “Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Pribadi Anak Yang Androgynius Melalui Kegiatan Beriman”,, Vol. 1 No. 1, Juni 2012, H. 109.

79 Amirulloh Syarbini, Sedekah Mahabisnis Dengan Allah Berkeuntungan 700 Kali Lipat Secara Cepat, (Jakarta: Qultum Media, 2012). H. 15.

Dengan membiasakan anak untuk dapat berbagi baik itu dalam bentuk makanan atau apapun, akan menjadikan anak memiliki rasa empati dalam dirinya. Hal serupa di lakukan oleh orang tua yang ada di Dusun Embungpas, mereka secara sadar bahwa mereka terlalu memanjakan anak mereka dengan memberikan segala hal yang anaknya inginkan. Maka dari itu mereka juga sekaligus mengajarkan anak mereka untuk berbagi dengan teman-temannya, baik itu berbagi makanan, minumana atau mainan agar dapat dimainkan bersama.

4. Mengajarkan anak beribadah sejak dini

Pendidikan ibadah ialah perintah untuk melaksanakan shalat, seperti cara Lukman Al-Hakim dalam mendidik anaknya untuk melaksanakan shalat dengan benar, karena shalat merupakan tiang agama.80 Membiasakan anak untuk beribadah sejak dini merupakan pembiasaan sikap disiplin pada anak.

Menerapkan disiplin sejak dini terkhusus berkaitan dengan kegiatan ibadah, kelak akan meninggalkan bekas yang positif pada diri maupun kebiasaan anak.81

Pendapat tersebut selaras dengan kebiasaan yang diajarkan oleh orang tua di Dusun Embungpas. Mereka mulai mengajarkan anak untuk beribadah sejak dini dengan harapan ketika anak mereka sudah dewasa nanti akan selalu melaksanakan kewajibannya untuk Shalat 5 waktu. Karena dalam agama

80 Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar Pendidikan Anak, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), H. 122.

81Cristiana Hari Soetjiningsih, Perkembangan Anak Seja Pembuahan Sampai Dengan Kanak- Kanak Akhir, (Jakarta: Prenda Media Group, 2012), H. 239.

islam Shalat adalah tiang agama, bila salah satu dari tiang agama tidak di dirikan maka akan goyah pondasi agama yang dimiliki.

5. Mengajarkan anak berpakaian rapi (tertutup/islami)

Orang tua dan anak mempunyai kedekatan yang jauh lebih intens dari pada orang di luar keluarga. Maka sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mengajak anak-anaknya dalam kebaikan. Mengajak merupakan salah satu cara yang dapat mempengaruhi anak untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Orang tua dapat menghimbau anak dengan cara menyampaikan nilai positif bila melakukan hal yang baik.82 Seperti mengajak anak untuk mulai menggunakan pakaian yang baik (menutup aurat).

Ajaran tersebut juga dilakukan oleh orang tua yang ada di Dusun Embungpas. Mereka mengajarkan anak untuk terbiasa menggunakan pakaian baik yang dapat menutup aurat. Selain untuk kebaikan diri sendiri menutup aurat juga sangat membantu dalam menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan pelecehan dan kerusakan moral dimasa mendatang.

6. Mengajarkan anak moral keteladanan (akhlak)

Keteladanan merupakan pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya. Memberikan keteladanan adalah kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan moral,

82 Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Jakarta: Kencana, 2016), H. 64.

ibadah, akhlak, kesenian, dan lain-lain.83 Orang tua, serta lingkungan harus menjadi model terbaik bagi anak dalam melaksanakan nilai-nilai moral yang diharapkan.

Perilaku orang tua, serta lingkungan adalah contoh yang paling efektif dalam pembentukan perilaku moral anak. Mencontohkan perilaku keteladanan akan berdampak positif bagi perkembangan moral agama anak.84 Seperti keteladanan dari orang tua, maupun orang dewasa lainnya sangatlah berpengaruh terhadap perkembagan moral anak usia dini, karena anak usia dini akan menirukan perbuatan maupun tingkah laku dari orang-orang terdekatnya.

Masalah yang tidak disadari oleh para orang tua di Dusun Embungpas yakni mereka mngajari anak ereka suatu hal tertentu tetapi mereka sendiri tidak melaksanakannya. Maka dari itu dengan adanya metode keteladanan ini, para orang tua diharapkan mampu berperan sebagai teladan yang memang patut untuk anaknya ikuti atau teladani perbuatannya. Metode keteladanan adalah cara untuk memberikan contoh yang konkrit agar anak bisa melihat dan mendengar secara langsung bentuk perbuatan maupun perkataan yang baik dari orang tua itu sendiri.

83 Anisa Fiahliha, “Implementasi Pengembangan Nilai Agama Moral Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Keteladanan Di Tk Aisyiyah 1 Sawahan Ngemplak Boyolali,” Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Surakerta 2017. H. 49. Diakses pada, 15 Juli 2020.

84 Yudrik Jahja, Psikolog Perkembangan, (Jakarta: Prenda Media Group, 2011), H. 52.

B. Kendala Yang Dihadapi Orang Tua Dalam Membina Moral Anak Usia Dini di Dusun Embungpas Desa Sigerongan Kec. Lingsar Tahun 2020

Setiap proses pembinaan moral yang di terapkan tidak akan lepas dari kendala yang dapat menghambat jalanya proses pembinaan moral tersebut.

Karena pada dasarnya kegiatan pembinaan merupakan suatu bimbingan dan arahan yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa atau yang lebih berpengalaman terhadap anak yang perlu bimbingan agar dapat menjadi lebih mandiri, serta memiliki keperibadian yang lebih baik dari sebelumnya.85

Moral dalam pandangan ajaran islam ialah bagaimana seharusnya manusia bersikap terhadap sesamanya atau berakhlak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, moral diartikan sebagai tingkah laku atau perbuatan dalam sepak terjang manusia yang berkaitan dengan segala kebiasaan hidup manusia. Moral memiliki arti yang sangat berkaitan dengan ajaran baik buruk, dan lebih berhubungan dengan tindakan atau perilaku seseorang.86

Demikian juga dalam proses pembinaan yang dilakukan oleh orang tua tidak lepas dari yang namanya kendala. Dalam jurnal penelitian yang telah dilakukan oleh Fahrudin mengungkapkan jika orang tua tidak dapat memikul tanggung jawab yang diamanatkan kepada mereka, maka akan terjadi

85 http://www.definisi-pengertian.com/2015/06/definisi-pembinaan.html?m=1, diakses pada 15 maret 2020, pukul 14.57.

86 Amos Neolaka Dan Grace Amelia, Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri Sendiri Menuju Perubahan Hidup, (Depok: Kencana, 2017), H. 455

kemerosotan moral pada anak-anak. 87 Diantara bentuk kemerosaotan moral yang dapat terjadi yakni seperti yang di ungkapkan oleh Zakiyah Derajat yaitu:

a) Kurang tertanamnya nilai-nilai keimanan pada anak-anak b) Lingkungan masyarakat yang kurang sehat

c) Pendidikan moral di lingkungan keluarga tidak terlaksana dengan baik d) Suasana rumah tangga yang kurang harmonis

e) Banyak tulisan, gambar, maupun siaran yang tidak mengindahkan nilai moral f) Kurangnya bimbingan dan penyuluhan bagi anak-anak dan pemuda

g) Pengaruh westernisasi yang berupa yahudinisasi dan kristenisasi (fun, food dan fashion). 88

Agar lebih terperinci berdasarkan temuan data pada BAB sebelumnya terkait kendala yang dihadapi oleh orang tua dalam membina moral anak usia dini di Dusun Embungpas Desa Sigerongan adalah sebagai berikut:

1. Faktor Internal, seperti kurangnya waktu yang dimiliki orang tua akibat sibuk bekerja diluar.

Orang tua berperan sebagai orang pertama dan paling utama dalam memberikan pendidikan kepada anak. Tugas pendidikan orang tua kepada anak merupakan tugas yang tidak dapat tergantikan dan tidak dapat diambil alih. Artinya, tugas mendidik yang dilakukan orang tua tidak dapat diserahkan

87 Fahrudin, “Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta’lim “Proses Pendidikan Nilai Moral Di

;Ingkungan Keluarga Sebagai Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja”, Vol. 12, No. 1, 2014. H. 48.

88Ibid., H. 48-50.

sepenuhnya kepada orang lain.89 Orang tua yang menentukan sendiri anaknya ingin dibentuk menjadi peribadi yang bermoral baik atau sebaliknya.

Banyak orang tua yang dua-duanya berkarier sehingga mereka sibuk dengan pekerjaanya. sampai kadang-kadang mereka lupa akan kewajibannya sebagai orang tua. Dimana anak sering merasa kurang pendidikan dan kasih sayang dari orang tuanya. Semua terganttung dari bagaimana gaya pengasuhan yang diterapkan pada anak. Apakan permisif yang serba memperbolehkan anak, otoriter yang serba tidak memperbolehkan anak, ataukah otoritatif yang merupakan perpaduan antara keduanya. Semua jenis pola asuh yang ada selalu memberikan dampak yang berbeda pada anak. 90

Bagaimana anak terbentuk tentunya didapat dari pembiasan- pembiasaan yang diterapkan dalam lingkungan keluarga. Orang tua mempunyai kewajiban dalam mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang benar, pendidikan yang sesuai syari’at, namun kalau kita melihat realita dari orang tua kaum muslimin banyak diantara mereka melalaikan hal ini sehingga berdampak buruk. Akibatnya anak menjadi tidak mendengarkan orang tua, atau membatah orang tua yang dapat menjadikan anak durhaka, atau dampak yang lebih buruk lagi adalah lalainya orang tua dalam mendidik anaknya dengan baik.

89 Nurul Fahmi, Menjadi Ortu Milenial Panduan Praktis Mengasuh Anak Di Era Digital, (Semarang: Pendar Ilmu, 2019). H. 8.

90 Rita Eka Izzaty, Perilaku Anak Pra Sekolah, (Jakarta:PT Gramedia, 2017). H. 17.

Dokumen terkait