• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Orang Tua Dalam Membina Moral Anak Usia Dini

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

B. Temuan

1. Strategi Orang Tua Dalam Membina Moral Anak Usia Dini

mandiri, menumbuhkan rasa percaya dirinya, menumbuhkan rasa empatinya terhadap teman-temannya].53

Adapun wawancara dengan tetangga dari Amaq Sukri dan Inaq Nawati yang juga dapat memperkuat pernyataan diatas yaitu inak Jamrah selaku tetangga mengatakan bahwa:

“tetu wah lasengan, nak Wati ye beng ne dong le Zahara mili bedemak demakan pas ne yak meriap ato minak-minak jaje. Wah pran jelo sino ku beketoan jok naq Wati mun ne milu bedemak-demakan le Zahara ndk de merase kelalah oangkat ku ketoan ye, laguk naq Wati sik ne kemos doang malahan ye merase demen endah nyeriok anak milu- milu betetolongan idep-idepan ne belajar ongakat naq Wati bejawab”

[Memang benar Amaq Sukri dan Inaq Nawati selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada anaknya Zahara Parida Hukmi untuk berinisiatif terlibat dalam kegiatan sederhana yang dilakukan orang tuanya di rumah. Saya sering melihat Inak Nawati dan anaknya selalu melakukan kegiatan bersama atau bisa dikatakan anaknya (Zahara) selalu mau membantu kegiatan yang dilakukan ibunya.Walau terkadang dengan keikut sertaan Zahara dalam kegiatan ibunya itu bisa menganggu kegiatan yang ibunya lakukan. Pernah saya menyarakan kepada inak Nawati agar tidak berkegiatan yang dapat mengakibatkan anaknya (Zahara) ingin ikut terlibat, tetapi inak Nawati malah tersenyum dan menjawab dengan ucapan penuh kasih sayang seraya berkata “biarkan saja, agar dia memiliki rasa kepedulian dalam dirinya dan terlebih lagi mudah-mudahan dia kelak suka membantu orang-orang disekitarnya].54 Berdasarkan hasil observasi terhadap keluarga amak Sukri dan Inak Nawati, peneliti menjumpai bahwa interaksi dalam keluarga tersebut sangat baik dikarenakan pada saat observasi peneliti menjumpai inak Nawati sedang memasak dengan Zahara yang ikut terlibuat dalam kegiatan yang dilakukan oleh Inak Nawati. Inak Nawati pada saat itu terlihat sabar dalam menghadapi segala kecerewetan anaknya yang bertanya terkait bahan-bahan yang akan inak Nawati

53 Amaq Sukri dan Inaq Nawati, Wawancara, Dusun Embungpas, 24 April 2020.

54 Inaq Jamrah, Wawancara, Dusun Embungpas, 30 April 2020.

masak. Inak Nawati pada saat itu memberikan tugas pada Zahara untuk mengupas bawang putih karena menurut inak Nawati itu kegiatan yang mudah dan aman untuk dilakukan oleh Zahara.55

Peneliti menyimpulkan bahwa dengan cara melibatkan anak untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang positif dapat menumbuhkan rasa kemanusiaan (peduli) dalam diri anak, serta anak akan tumbuh menjadi sosok yang percaya diri apabila diberikan kesempatan untuk mencoba, mengekspresikan, mengeksplorasi dan mengambil keputusan.

2) Mengajarkan anak komunikasi sopan (positif)

Berdasarkan wawancara dengan inak Yeni dan amaq Farid selaku orang tua dari Azka Danu Anugrah yang berusia 6 tahun. Mereka mengajarkan anak mereka untuk bertutur kata yang sopan (komunikasi positif), hal ini diperkuat dengan wawancara sebagai berikut:

“Ajar te ye care berperilaku si bagus, marak misal care ne bebase lek dengan si toa’an, care ne si bagus lamun gen tame/sugul bale ngucap salam julu, terus sidok ime dengan toak, kance care ne mun arak dengan toak lek deket ne, pokok si ngeno-ngeno wah. Lekan ne masi berik te biasean ye bahase si begus, adek lemak lamun wah belek ndek ne salak si ne bebase lek dengan. Ite endah si jari dengan toa’ne perlu masi te kenak- kenak ntan bebase lek dengan, daka’ ne masi bajangan kance ite dengan no yang penting ite wah ngadu bahase si bagus.” [Cara kami dalam membina moral pada anak kami Danu dengan membiasakan bersikap sopan santun. Sopan santu disini maksudnya seperti membiasakan Danu untuk mengucap salam ketika keluar maupun masuk rumah, dan mencium tangan orang yang tua, serta membiasakan Danu dengan pangilan- pangilan yang sopan untuk orang yang lebih tua dari dirinya. Agar sikap yang kami tanamkan sejak Danu berusia dini ini berhasil hingga nanti Danu beranjak dewasa, maka kami selaku orang tua juga selalu

55 Amaq Sukri dan Inaq Nawati, Observasi, Dusun Embungpas, 27 April 2020.

mengucapkan kata-kata sopan dan perbuatan-perbuatan yang mencerminkan kesopanan agar anak kami Danu melihat bahwa orang tuanya pun yang sudah tua tetap menyebutkan pangilan yang baik pada orang lain walaupun orang lain itu masih muda].56

Berdasarkan hasil observasi dari keluarga amaq Farid dan inaq Yeni, peneliti menjumpai dan mendengar bagaimana cara Danu berinteraksi dengan keluarganya. Danu berinteraksi dengan kedua orang tua maupun kakek neneknya menggunkan tutur bahasa yang sopan serta tindakan yang mencerminkan kesopanan, seperti ketika akan melintas melewati kedua orang tuanya maupun orang dewasa lainnya, Danu selalu mengucapkan kata permisi (Tabeq) disertai dengan sedikit membungkukkan badannya. Tidak hanya itu, peneliti juga menjumpai suatu kebiasaan dimana siapa pun yang akan keluar maupun masuk dari rumah selalu mengucapkan salam dan akan dijawab kembali oleh siapapun yang ketika itu sedang berada di rumah.57

Peneliti menyimpulkan bahwa dengan cara mengajarkan komunikasi serta perilaku yang positif sejak dini pada anak, dapat menjadikan anak mampu untuk menempatkan bagaimana seharusnya anak akan berbahasa dan berperilaku pada orang yang lebih besar maupun lebih kecil dari dirinya.

3) Mengajarkan anak kebiasaan berbagi

Wawancara inaq Nurul dan amaq Mazahar selaku orang tua dari Albi Mizar Rahmad yang berusia 6 tahun. Mereka mengajarkan Albi untuk

56 Amaq Farid dan Inaq Yeni, Wawancara, Dusun Embungpas, 25 April 2020.

57Amaq Farid dan Inaq Yeni, Observasi, Dusun Embungpas, 26 April 2020.

membiasakan sikap berbagi, hal ini diperkuat dengan hasil wawancara sebagai berikut:

Kami selaku orang tua mengajarkan nilai moral pada anak kami (Albi) dalam bentuk kebiasaan berbagi. Kami mengajarkan Albi hal tersebut karena kami merasa sebagai orang tua yang selalu dapat menyediakan apapun keinginan Albi baik itu dalam bentuk mainan, makanan dan pakaian yang anak kami inginkan. Dalam mengajarakan kebiasaan berbagi pada Albi, terlebih dahulu kami selaku orang tua memperlihatakan sifat atau kebiasaan tersebut agar Albi dapat melihat secara langsung bahwa orang tuanya pun mau berbagai dengan orang lain.

Dengan mengajarkan kebiasaan berbagi pada Albi, kami berharap akan timbul sedikit rasa empati dihatinya untuk orang lain.58

Berdasarkan dari hasil observasi pada keluarga inak Nurul dan amak Mazahar, peneliti penjumpai kedaaan keluara tersebut dapat dikatakan sebagai kelas menegah ke atas. Dengan keadaan tersebut wajar apabila inaq Nurul dan amaq Mazahar membiasakan anaknya (Albi) untuk berbagi, berhubung Albi masih menjadi anak tunggal maka ini saat yang baik untuk menanamkan rasa mau berbagi dengan orang lain untuk persiapan ketika memiliki adik nantinya.

Segala bentuk fasilitas yang sangat ingin dimiliki oleh anak-anak lain sudah disediakan oleh inak Nurul dan amak Mazahar untuk anaknya Albi. Akan tetapi Albi terkadang lebih suka ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa seperti menagkap ikan dikolam, memberi makan ayam peliharaan dan mencari rumput untuk kuda pamanya. Peneliti menjumpai Albi yang lebih

58 Amaq Mazahar dan Inaq Nurul, Wawancara, Dusun Embungpas, 27 April 2020.

senang dengan kegiatan yang dilakukan orang dewasa walau terkadang ada saatnya Albi melakukan kegiatan bermain berasama teman-teman sebayanya.59

Peneliti menyimpulkan bahwa dengan mengajarkan kebiasaan berbagi pada anak merupakan salah satu anjuran dalam agama islam yang menyebutkan bahwa sedekah atau berbagi itu termasuk menjalankan rukun islam yang ke 4 yakni membayar zakat, yang dapat biasakan sedini mungkin.

4) Mengajarkan anak beribadah sejak dini

Wawancara inaq Ismi dan amaq Udin selaku orang tua dari Muhammad Irsyad Azhari yang berusia 6,5 tahun. Mereka mengajarkan Irsyad untuk beribadah sejak dini, hal ini diperkuat dengan wawancara sebagai berikut:

Cara kami dalam membina moral untuk Irsyad dengan mulai membiasakannya untuk beribadah sejak dini. Kami mengajarkan Irsyad untuk mulai melaksanakan ibadah sejak dini dikarenakan anak-anak muda zaman sekarang banyak yang lalai akan kewajibanya mendirikan shalat lima waktu. Agar pembiasaan yang kami tanamkan pada Irsyad terlaksanan dengan baik, maka kami selaku orang tua menyediakan pakaian ibadah dan selalu mengajak Irsyaduntuk shalat secara berjamaan di rumah maupun di masjid. Apabila telah datang waktunya untuk shalat, kami selaku orang tua akan berusaha untuk menghentikan sejenak kegiatan kami agar dapat melaksanakan shalat secara berjamaan di rumah.

Terkadang kami sebagai orang tua, khususnya saya sebagai ibu ketika berhalangan untuk melaksanakan ibadah dan bapaknya yang sedang bekerja tidak dapat menemani Irsyad untuk shalat bersama maka Irsyad akan ikut lalai dan Irsyad akan lebih memilih memainkan alat elektonik (hp) atau menonton TV. Mungkin ada kalanya juga Irsyad merasa jenuh karena sering di suruh untuk shalat, maka kami sebagai orang tua berusaha menasehatinya. Apabila nasehat sudah tidak mempan, maka kami akan sedikit mengabaikan keinginannya, agar Irsyad menjadari bahawa dia memiliki kesalahan.60

59Amaq Mazahar dan Inaq Nurul, Observasi, Dusun Embungpas, 30 April 2020.

60 Amaq Udin dan Inak Ismi, Wawancara, Dusun Embungpas, 28 April 2020.

Berdasarkan hasil obsevasi pada keluarga Amaq Udin dan Inak Ismi, peneliti menjumpai bahwa dalam kegiatan kesehari-harian keluarga tersebut memang sering melakukan kegiatan-kegiatan bernuansa islami seperti selalu melantunkan bacaan ayat-ayat pendek serta zikir dan sholawat Nabi yang dapat didengan oleh anaknya (Isryad). Orang tua dari Isryadpun berharap kelak ketika anaknya sudah dewasa Isryaddapat menjadi anak yang sholeh dan menjadi hafiz al-qur’an 30 jus. Peneliti juga menjumpai bahwa tidak hanya orang tua dari Isryad yang berperan dalam menanamkan nlai moral keagamaan, tetapi kakek dari Isryad yang tingal serumah dengan Isryad pun turut mengambil bagian dalam menanamkan nilai moral pada cucunya. Kakenya terkadang mengajak Isryad untuk ikut serta apabila kakenya akan berkebun, begitu pula dengan Isryad yang suka melakukan kegiatan bercocok tanam dengan kekeknya.61

Peneliti menyimpulkan bahwa dengan membiasakan anak untuk beribadah sejak dini adalah salah satu bentuk dari sikap kedisiplinan diri. Dengan menerapkan disiplin pada anak untuk mulai beribadah sejak berusia dini adalah langkah yang baik guna mewujudkan generasi anak yang sholeh dan sholehah.

5) Mengajarkan anak berpakaian rapi (tertutup/islami)

Wawancara amaq Basid dan inaq Sahmin selaku orang tua dari Sendi Amelia yang berusia 6,5 tahun. Mereka mengajarkan Sendi dalam hal kesopanan dalam berpakaian, hal ini diperkuat dengan hasil wawancara sebagai berikut:

61 Amaq Udin dan Inak Ismi, Observasi, Dusun Embungpas, 1 Mei 2020.

“…Ajar te ye care bepake’an si bagus, sengak kanak nine harus ne bepake’an sopan, marak tangkong belo ime, berekun, beselane si belo kance bejilbab. Laguk aran jak masi kanak, masi demen ngitaq-ngitaq pake’an si nyaneh-nyaneh marak kun sempit konte’-konte’ no. Soal ne kan laun manto ne TV, ye gitak ne, terus melet ye milu-miluan…”[Kami sebagai orang tua dari Sendi mengajarknya nilai moral dalam bentuk tata cara berpakaian yang sesuai dengan ajaran islam. Selagi Sendi masih berusia dini, kami membiasakan Sendi untuk berpakaian yang tertutup.

Seperti baju yang berlengan panjang, celana atau rok panjang, serta memakai hijab. Untuk itu kami selaku orang tua menyediakan fasilitas dimulai dari kami yang membelikan Sendi pakaian yang tertutup dan memberi pengertian bila Sendimulai tertarik untuk membeli pakaian yang kurang sopan. Terkadang kami sebagai orang tua sering kesulitan saat menerapkan cara berpakian yang tertutup pada Sendi karena teman-teman bermainnya yang masih menggunakan pakaian terbuka (pendek) dan juga acara-acara TV yang banyak menayangkan cara berpakaian, sikap dan tingkah laku yang tidak baik untuk dipertonton bagi anak-anak].62

Berdasarkan hasil observasi pada keluarga amaq Basid dan inaq Sahmin, peneliti menjumpai kondisi dalam keluarga amaq Basid dan inaq Sahmin bisa dikatakan sebagai keluarga yang berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan serta fasilitas dalam mendukung ajaran moral mereka. Adapun cara keluarga tersebut berinteraksi dengan tetangga sekitar cukup baik, begitupula cara Sendi dalam berinteraksi dengan orang tuanya maupun teman sepermainanya cukup baik.

Ketika akan pergi bermain dengan teman-temannya, Sendi selalu meminta izin terlebih dahulu kepada sang ibu atau bapaknya yang berada di rumah. Begitu Sendi akan pergi bermain, peneliti dapat melihat langsung tata cara berpakaian yang akan dikenakan oleh Sendi ketika akan bermain. Sendi mengenakan pakaian yang terbilang sangat sopan untuk ukuran anak kecil, seperti mengenakan baju yang berlengan panjang dan celana berlengan panjang pula

62 Amaq Basid dan Inaq Sahmin, Wawancara, Dusun Embungpas, 1 Mei 2020.

walaupun masih belum menggunakan hijab. Apabila dibandingakn dengan cara berpakian teman-temannya yang lain, cara Sendi berpaikan sangat sopan untuk ukaran anak-anak, karena banyak dari teman-temannya lebih suka menggunakan pakaian yang terbilang seksi dan terbuka, sepeti baju singlet anak-anak (tangtop), rok mini (10 cm diatas lutut) dan masih banyak jenis pakaian kekurang bahan lainnya yang tidak mencerminkan kesopanan atau moral yang baik.63

Peneliti menyimpulkan bahwa dengan cara membiasakan anak untuk mulai menutup aurat dari sejak dini sangat membantu dalam menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan pelecehan dan kerusakan moral dimasa mendatang.

6) Mengajarkan anak moral keteladanan (akhlak)

Wawancara Bapak Safwan, SH. dan Ibu Fatmah, M.Pdi. orang tua dari Wazin Akhkami Afkar yang berusia 6 tahun. Mereka mengajarkan Wazin moral keteladanan (akhlak) sesuai dengan ajaran islam, hal ini diperkuat dengan wawancara berikut:

Nilai moral yang kami ajarkan pada Wazin yakni nilai moral yang yang ada dalam ajaran islam. Kami lebih mengarahkan Wazin pada moral keteladanan, misalnya ketika kita ingin mengarahkan Wazin untuk shalat tepat waktu maka kami selaku orang tua harus terlebih dahulu mencontohkannya agar Wazin dapat melihat contoh perbuatan keteladanan secara langsung. Apabila Wazin melakukan kesalahan, kami sebagai orang tua tidak menghakiminya secara langsung. Tetapi kami terlebih dahulu mencoba untuk menasehatinya dengan cara memberitahukan kalau perbuatannya itu tidak bagus. Kami sebagai orang tua yang menginginkan anak-anaknya tumbuh dengan baik sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku mempersiapkan diri terlebih

63 Amaq Basid dan Inaq Sahmin, Observasi, Dusun Embungpas, 2 Mei 2020.

dahulu untuk lebih menggali pengetahuan terkait apa itu moral yang baik untuk diterapkan pada anak kami. 64

Berdasarkan hasil observasi pada keluarga Bapak Safwan dan Ibu Fatmah, peneliti penjumpai kondisi atau interaksi yang dilakukan dalam keluarga tersebut memang lebih baik atau sangat baik. Wazin dalam kesehari-hariannya selalu berinteraksi dengan sopan, baik cara berbicara maupun cara bertingkah laku. Suatu ketika, Wazinpernah merusak mainan temannya dan kemudian orang tuanya dalam menyikapi masalah tersebut dengan cara memberikan sedikit sangsi yang dapat menyetuh perasaan Wazin. Adapun bentuk sangsinya berupa sikap (acuh tak acuh) atau respon yang kurang menyenangkan dari orang tuanya.

Orang tua dari Wazin berharap dengan memberikan respon melalui sikap acuh tak acuh tersebut maka Wazin akan merasa sedih dan sadar bahwa perbutannya yang merusak mainan temannya tersebut tidak disukai oleh orang tuanya, yang berarti perbuatan itu tidak baik. Setiap kesalahan yang dilakukan oleh Wazin pasti ada sangsinya, karena bila kesalahan-kesalahan tersebut di abaikan maka Wazin akan merasa bahwa setiap perbuatan yang dilakukannya adalah baik karena Wazin tidak mendapatkan sangsi yang dapat membuatnya jera. Tetapi namanya manusia, yang tidak pernah luput dari sifat lupa dan khilaf Bapak Safwan dan Ibu Fatmah sering kecolongan oleh anak-anaknya dalam proses pengawasan segala aktifitas yang dilakukan oleh anak-anaknya.65

64 Bapak Safwan dan Ibu Fatmah, Wawancara, Dusun Embungpas, 3 Mei 2020.

65 Bapak Safwan dan Ibu Fatmah, Observasi, Dusun Embungpas, 4 Mei 2020.

Peneliti menyimpulkan bahwa dengan memberikan contoh keteladanan (Akhlak) dalam proses pembinaan moral untuk anak sangat baik, karena dalam Al-Qur’an juga telah disebutkan bahwa sebaik-baik suri tauladan yang ada ialah Rasulullah itu sendiri. Para orang tua dapat mengikuti cara Rasulullah dalam mendidik anak yang sesuai dengan tuntunan agama islam.

2. Kendala Yang Dihadapi Orang Tua Dalam Membina Moral Anak Usia Dini

Dokumen terkait