• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

Pada bagian ini, peneliti memaparkan beberapa hal yang telah tersusun secara terperinci, dasar teori yang kuat atau teoritis tertentu yang berkaitan dengan tema pembahasan dari penelitian ini.

1. Strategi Guru PAUD a. Pengertian Strategi

Strategi memiliki arti yang beragam, bergantung pada bagaimana proses penerapan dan tujuannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Istilah

berkaitan dengan perang, yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer memenangkan suatu

peperangan. Dalam konteks ini, istilah strategi digunakan dengan tujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran akan menerapkan suatu strategi agar peserta didiknya mendapat prestasi belajar yang baik, sesuai dengan potensinya masing- masing. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of aktivities designed to achieves a particular educational goal.14

Pupuh dan Sobri mengungkapkan bahwa pengertian strategi dari segi bahasa diartikan sebagai suatu siasat, kiat, taktik, trik, atau cara dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bila sepakat dengan dengan pemaknaan di atas, maka dihubungkan dengan strategi belajar mengajar.

Pupuh dan sobri menjelaskan lagi bahwa strategi dalam belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa

14Mulyasa, Strategi Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 49-50.

sedimikian rupa oleh guru untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.15

Secara garis besar, strategi diartikan sebagai garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and Central Management, Newman & Logan menyatakan bahwa strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup empat hal berikut:

1) Mengidentifikasi dan menetapkan kualifikasi hasil sesuai dengan sesuatu yang harus dicapai.

2) Memprtimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama yang dipandang paling efektif untuk mencapai sasaran tujuan.

3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan.

4) Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria ukuran yang digunakan untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut.

15 Jurnal

Forum Sosial, vol. 6, nomor 1, Februari 2013, hlm. 242.

Dalam pembahasan ini, strategi disandingkan dengan pembelajaran. Strategi pembelajaran akan digunakan sepanjang proses pembelajaran. Maka, seorang guru harus memilih strategi yang tepat.16

Dick & Carey menyatakan bahwa, strategi pembelajaran merupakan serangkaian materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik. Begitupun dengan Kemp, mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.17

b. Strategi Guru dalam Pengenalan Membaca Permulaan Strategi yang dapat digunakan dalam mengenalkan ataupun mengembangkan kemampuan membaca anak usia dini adalah dengan pendekatan pengalaman berbahasa.

Pendekatan ini diberikan dengan menerapkan konsep DAP (Developmentally Aproppriate Practice) atau dalam bahasa

16 Irwan Budiana, dkk., Strategi Pembelajaran, (Malang: Literasi Nusantara Abadi, 2022), hlm. 55.

17Mulyasa, Strategi..., hlm. 51-57.

Indonesia berarti pendidikan yang patut sesuai dengan tahap perkembangan anak, yang dilakukan melalui bermain dengan menggunakan metode mengajar pengenalan membaca permulaan yang tepat serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat memberi berbagai pengalaman bagi anak.18

DAP merupakan bentuk revisi dari kurikulum The National Associantion for the Education of Young Children (NAECY). DAP lahir dari kondisi pendidikan Amerika Serikat tahun 1990-an, dengan munculnya pembaharuan terhadap kurikulum pendidikan bagi anak usia di bawah 8 tahun (Usia Dini). Kurikulum lama dianggap telah gagal membentuk anak agar memiliki kemampuan berfikir kritis dan penyelesaian masalah bagi kehidupannya. DAP pada dasarnya berpegang pada 2 prinsip pokok yaitu: kesesuaian jenis kegiatan (pembelajaran) dengan usia perkembangan anak dan keunikan setiap anak. Ini artinya seorang guru sebelum mendidik perlu memahami siapa anak usia dini, bagaimana karakteristik

18 Jurnal Membaca

Bahasa dan Sastra Indonesia, vol. 1, nomor 2, November 2016, hlm. 192.

perkembangan mereka, sehingga mengerti kebutuhan belajarnya.19

Jika guru kurang pandai dalam mencari metode ataupun strategi dalam mengenalkan membaca maka kemampuan membaca pada peserta didik akan sulit terwujud, akibatnya bisa memunculkan rasa frustasi dari pihak guru dan peserta didik itu sendiri. Berikut ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dalam pengenalan membaca permulaan untuk anak usia dini:

1) Menebalkan huruf

Kemampuan membaca permulaan dimulai dari guru memberikan kegiatan menebalkan huruf, menebalkan huruf yang dibuat melalui lembar kerja anak, dimana lembar kerja tersebut terdapat garis titik-titik yang dapat dihubungkan dan membentuk lambang huruf. Guru menuliskan satu huruf di papan tulis kemudian menyebutkan bunyi huruf tersebut bersama-sama. Guru memberikan titik-titik huruf pada selembar kertas kemudian anak menebalkan huruf-huruf tersebut. Kegiatan

19 Masnipal, Menjadi Guru PAUD Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hlm. 11-12.

tersebut dilaksanakan berulang-ulang, pengulangan dalam menebalkan huruf dapat membiasakan anak mengenal huruf-huruf dan pada kegiatan yang lain, anak diminta untuk menyebutkan dan menulis huruf tersebut pada buku tulis yang sudah dibagikan. Kegiatan pembelajaran diselingi dengan mewarnai gambar-gambar, sehingga anak tidak mudah bosan dan mudah lelah.20

2) Kartu kata bergambar

Pemilihan media dan strategi pembelajaran yang tepat sangat diperlukan agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Terdapat keterkaitan antara penggunaan media kartu kata bergambar dengan kemampuan berbahasa anak khusus dalam membaca permulaan. Kartu kata ini bermanfaat dalam mendukung terciptanya suatu pembelajaran yang menyenangkan. Kartu kata gambar yang berukuran 10x15 cm yang terbuat dari kertas tebal yang memiliki kata-kata dan gambar yang sesuai dengan tema pembelajaran seperti gambar buah, binatang, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Media kartu kata

20

Jurnal Pendidikan Anak, vol. 4, nomor 1, Juni 2015, hlm. 585.

bergambar dapat merangsang anak usia dini dalam mengenal dan mengucapkan huruf, kosakata dan gambar membuat minat semakin kuat menguasai konsep serta merangsang kemampuan dan ingatan anak. penggunaan media kartu kata bergambar dapat memberikan kemudahan bagi anak dalam mengenal kosa kata sehingga membantu perkembangan kemampuan anak khususnya dalam vocabulary serta dapat memberikan pengalaman yang nyata bagi anak melalui beraneka ragam gambar.21

3) Dinding kata (Word Wall)

Cunningham dan Allington menegaskan bahwa word wall adalah strategi yang efektif dalam mengajarkan huruf dan kata. Word wall atau dinding kata ditempel disalah satu sudut kelas dan digunakan bersama-sama anak pada saat kegiatan membaca. Huruf-huruf yang ditempelkan permanent dan beragam menciptakan ruangan yang penuh tantangan bagi anak, membangun rasa ingin tahu, menciptakan minat belajar dan pada akhirnya mereka

21

Journal of Islamic Early Childhood Education, vol. 1, nomor 1, Desember 2020, hlm. 56-60.

secara tidak sadar akan mengenal, mengetahui, menghafal dan membedakan susunan huruf-huruf tersebut beserta bunyi dan maknanya. Adapun beberapa tujuan dari word wall adalah sebagai berikut: (a) mengenalkan anak terhadap alphabet, (b) mengembangkan kesadaran anak akan bunyi huruf atau fonik, (c) membantu anak dalam mengenal dan menulis bentuk huruf, (d) membangun kemampuan anak dalam menghubungkan bunyi dan huruf, (e) mengembangkan kemampuan anak dalam mengeja dan membaca.22

4) Media Buku Bacaan

Penggunaan media buku bacaan menjadi penting karena digunakan untuk mengontrol perkembangan kemampuan membaca anak agar lebih sistematis dan bisa terpantau. Media buku ini biasanya berisi potongan huruf, potongan suku kata, potongan kata, sampai potongan kalimat, yang telah tersusun secara rapi. Aplikasi buku ini diajarkan pada awal pembelajaran saja dalam waktu yang

22 Mia Rachmawaty mpuan Membaca Permulaan Melalui Dinding Kata (Word Wall Jurnal Ilmiah Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Awal, vol. 2, nomor 1, Maret 2017, hlm. 37.

tidak lama secara individual, sehingga tidak membuat anak bosan karena anak yang belum belajar dengan buku ini akan tetap bermain sesuai dengan yang diinginkan anak.

setiap hari anak hanya belajar membaca setengah halaman saja, artinya hanya membaca beberapa suku kata saja semisal; ca ca, ci ci, ka ca, ka ci, ci na, la ci. Sehingga hanya perlu ditempuh anak dalam waktu kurang dari 3 menit, bahkan untuk anak yang cerdas dan cepat memahami, mungkin tidak sampai satu menit. Dengan catatan, guru harus hati-hati mengajarkannya, yaitu dengan metode, media dan teknik yang bervariasi memperhatikan kondisi psikologis anak.23

5) Pemanfaatan Multimedia

Pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran memberikan dampak positif dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kemampuan multimedia dalam menghasilkan gambar, teks, suara, bahkan animasi/ gambar yang bergerak, diharapkan mampu membangkitkan minat dan

23

-Burhan jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 6, nomor 2, Desember 2020, hlm. 66.

memberi kemudahan bagi anak dalam mengingat bentuk simbol-simbol dan suara; serta mengkonstruksi makna.

Maka, pemanfaatan teknologi multi-media bisa menjadi sebuah terobosan baru atau inovasi di dunia pendidikan pada umumnya khususnya di TK. Pembelajaran dengan menggunakan beberapa metode membaca permulaan (seperti metode fonik, linguistik, SAS, flash card, membaca lagu, game komputer) yang tersimpan dalam perangkat lunak/software dan ditampikan melalui multimedia berupa gambar, suara atau animasi serta strategi pembelajaran melalui pemanfaatan multimedia yang berfokus pada guru (presentasi, demonstrasi, latihan dan praktek, diskusi, permainan) yang dirancang secara variatif dan menarik mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan. Dengan demikian, pemanfaatan multimedia membawa keuntungan baik bagi guru dan siswa.24

24

Pemanfaat Jurnal Pendidikan Usia Dini, vol. 7, nomor 1, April 2013, hlm. 36-45.

6) Bermain Puzzle

Puzzle merupakan suatu media berwarna warni yang bisa dibongkar pasang bisa berupa huruf, angka, binatang dan lain-lain yang dapat merangsang imajinasi. Tidak hanya itu media puzzle juga memiliki keunggulan seperti:

mudah diperoleh, tidak beresiko, cepat dikenal anak, memiliki warna yang bervariasi, serta memiliki gambar- gambar yang menarik bagi anak dan diharapkan dapat merangsang daya ingat anak untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf. Aktivitas yang dapat dilakukan anak usia 5-6 tahun menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan berbagai media adalah membuat karya sesuai kreativitasnya misalnya: visual dan gerak yang dihasilkan orang lain diantaranya dengan kegiatan bermain puzzle. Membaca permulaan berada di tahap awal proses membaca atau proses visual. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis kedalam bunyi.25

25 -269.

7) Permainan Huruf dan Kata melalui Aktivitas Bernyanyi Kojeh mengemukakan bahwa benyanyi adalah suatu kegiatan yang mempunyai empat faktor pendorong agar lebih efektif dalam penggunaannya, yaitu: konsentrasi, jiwa yang tenang, pengulangan dan motivasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Satibi mengungkpkan bahwa bernyanyi ialah suatu aktivitas yang dapat merangsang pembelajaran secara nyata yang mampu membuat anak senang dan gembira melalui ungkapan kata dan nada.

Berdasarkan pernyataan di atas, permainan huruf dan kata melalui aktivitas bernyanyi ini merupakan aktivitas pembelajaran yang menekankan pada kata-kata yang dilagukan dengan suasana menyenangkan sehingga anak tidak merasa jenuh. Selain memberikan kesenangan kepada anak, bernyanyi ini diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang cukup tepat jika digunakan sebagai sarana dalam menyajikan proses pembelajaran membaca permulaan bagi anak usia dini.26

26

Stimulasi Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Taman Kanak- Early Childhood: Jurnal Pendidikan, vol. 3, nomor 2, November 2019, hlm. 76-78.

Kesimpulan dari strategi guru di atas, dalam mengenalkan membaca permulaan kepada anak usia dini adalah dengan cara menstimulasinya yakni melalui pendekatan pengalaman bahasa yang dilakukan melalui bermain serta kegiatan yang dapat memberi pengalaman bagi anak, adapun strategi guru yang dapat diterapkan dalam pengenalan membaca permulaan anak usia dini diantaranya menebalkan huruf, kartu kata bergambar, dinding kata (word wall), media buku bacaan, pemanfaatan multimedia, bermain puzzle, serta permainan huruf dan kata melalui aktivitas bernyanyi.

Masih banyak lagi kegiatan yang menunjang pembelajaran pengenalan membaca permulaan pada anak usia dini, tergantung bagaimana strategi guru dalam mengenalkannya. Dalam memberikan kegiatan pembelajaran, guru harus kreatif seperti mengadakan permainan, menyiapkan media yang menarik dan dalam menyampaikan kegiatan tidak membosankan.

2. Membaca Permulaan Anak Usia Dini a. Pengertian membaca

Membaca merupakan kegiatan menerjemahkan simbol dan memahami arti atau maknanya melalui indera penglihatan.

Membaca tidak sekedar membaca tetapi aktivitas ini mempunyai tujuan, yaitu untuk mendapatkan informasi baru yang terkandung di dalam bahan bacaan. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat penting.27 Glen menjelaskan bahwa membaca harus dimulai dengan mengeja, dimulai dengan pengenalan huruf kemudian mengenal suku kata, barulah mengenal kata dan akhirnya mengenal kalimat. Adapun menurut Hartati, membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan ini terjadi pengenalan huruf- huruf. Membaca dikatakan sebagai kegiatan fisik karena pada saat membaca bagian-bagian tubuh khususnya mata membantu melakukan proses membaca, juga dapat dikatakan sebagai

27

Pur Skripsi, UNY, Yogyakarta, 2014), hlm. 11.

kegiatan mental pada saat membaca bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan terlibat di dalamnya.28

Belajar membaca membutuhkan waktu, kesabaran, dan kesiapan. Menurut Tzu dalam Ahmad Susanto membaca diidentifikasi dari kesiapan dan berbagai perilaku yang diperlihatkan anak, yaitu: 1) Rasa ingin tahu tentang benda- benda di dalam lingkungan, manusia, proses, dan sebagainya.

2) Mampu untuk menerjemahkan atau membaca gambar dengan mengidentifikasi dan menggambarnya. 3) Menyeluruh dalam pembelajaran. 4) Melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa percakapan khususnya dalam kalimat. 5) Memiliki kemampuan untuk membedakan persamaan dan perbedaan dalam suara secara cukup baik untuk mencocokkan atau suara dengan lainnya. 6) Keinginan untuk belajar membaca. 7) Memiliki kematangan emosional yang cukup untuk dapat konsentrasi dan terus-menerus dalam suatu tugas.

28 Ibid., hlm. 84.

8) Memiliki percaya diri dan stabillitas emosi.29

Menurut Eliason dalam Ahmad Susanto, Anak yang menyukai gambar atau huruf sejak awal perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca lebih besar karena mereka tahu bahwa membaca, membuka pintu baru, membenahi informasi, dan menyenangkan.30

Pendapat dari ahli bahasa D.P Tampubolon menyatakan bahwa, membaca adalah satu dari kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari hasil

proses lambang-lambang bunyi bahasa dapat diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf menurut alfabet latin yang dibina dan dikuasai terutama dilakukan pada masa anak-anak khususnya pada tahun permulaan sekolah.

sebagai membaca untuk pemahaman umumnya. Kemampuan pemahaman ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi

29Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2011), hlm. 84.

30Ibid., hlm. 86.

secara keseluruhan.31Menurut Burns dalam Rahim mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital sebab setiap aspek kehidupan melibatkam kegiatan membaca.32

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca diidentifikasi dari kesiapan dan berbagai perilaku yang diperlihatkan anak. Pendapat lain mengatakan membaca adalah kegiatan fisik dan mental, karena pada saat membaca bagian-bagian tubuh khususnya mata membantu melakukan proses membaca dan ingatan terlibat di dalamnya. Begitupun juga menurut Eliason bahwa anak yang keinginan membacanya lebih besar ialah anak yang menyukai gambar atau huruf sejak awal perkembangannya. Pendapat ahli bahasa menyatakan bahwa dapat dipahami pada tingkat membaca permulaan adalah proses lambang-lambang bunyi bahasa yang dapat diubah menjadi lambang-lambang tulisan menurut alfabet latin, sedangkan pada tingkat membaca lanjut ialah

31 Lalu Muhammad Nurul Wathoni, PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

32

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 8, edisi I, April 2014, hlm. 48.

keampuan dalam kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaan secara menyeluruh.

b. Tahapan Membaca pada Anak Usia Dini

Menurut Jamaris, tahap perkembangan membaca anak usia dini terbagi lima tahap yaitu: (1) tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan, (2) tahap membaca gambar, (3) media berupa gambar, (4) media berupa suara, dan (5) media berupa gabungan antara gambar, tulisan, dan suara (lagu).33 Menurut Steinberg mengatakan bahwa, kemampuan membaca anak usia dini dapat dibagi atas empat tahap perkembangan, yaitu:

1) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan. Anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadari bahwa buku ini penting, melihat dan membalik-balikan buku, dan terkadang membawa buku kesukaannya.

2) Tahap membaca gambar. Mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna gambar, menggunkan bahasa buku walaupun tidak

33 Flash Card dalam Menanamkan Nilai

SILAMPARI BISA: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah, dan Asing, vol. 3, nomor 1, Juni 2020, hlm. 11.

cocok dengan tulisannya. Anak sudah mulai menyadari bahwa buku memiliki karakteristik khusus, seperti judul, halaman, huruf, kata dan kalimat, serta tanda baca. Anak sudah menyadari bahwa buku terdiri dari bagian depan, tengah, dan bagian akhir.

3) Tahap pengenalan bacaan. Pada tahap ini, anak telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa, seperti fonem (bunyi huruf), semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata dan kalimat) secara bersama-sama. Anak mulai mengingat kembali cetakan hurufnya dan konteksnya, juga mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda di lingkungannya.

4) Tahap membaca lancar. Anak sudah dapat membaca lancar berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari- hari.34

Menurut Dalman tahapan membaca permulaan yaitu:

Anak diperkenalkan dengan bentuk huruf abjad dari A/a sampai dengan Z/z. Huruf-huruf tersebut perlu dilafalkan anak

34 Ahmad Susanto, Perkembangan..., hlm. 90-91.

sesuai dengan bunyinya. Misalnya A/a, B/b, C/c, D/d, E/e dan seterusnya, dilafalkan sebagai [a], [be], [ce], [de], [e], dan seterusnya. Setelah anak diperkenalkan dengan bentuk huruf abjad dan melafalkannya, anak juga dapat diperkenalkan cara membaca suku kata, kata dan kalimatnya. Dalam hal ini, anak perlu diperkenalkan untuk merangkaikan huruf-huruf yang telah dilafalkannya agar dapat membentuk suku kata, kata dan kalimat. Misalnya, suku kata /ba/ dibaca /be-a/--[ba], dan suku kata /ju/ dibaca /je-u/--[ju]. Kata /baju/ dibaca atau dieja /be- a/--[ba], dan /je-u/--[ju] menjadi /baju/. Setelah itu, anak juga diperkenalkan dengan kalimat pendek. Misalnya kalimat /ini baju/ cara membaca atau mengejanya /i/--[i]; /en-i/--[ni]

menjadi [ini] dan /be-a/--[ba]; /je-u/--[ju] menjadi [baju]. Jadi kalau dibaca keseluruhan menjadi [ini baju].35

Sehubung dengan pendapat para ahli di atas, sebagaimana tertuang dalam Standar Isi Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) usia 4-5 dan 5-6 tahun lampiran I Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2014. Pengenalan membaca

35 Lalu Muhammad Nurul Wathoni, PENDIDIKAN ISLAM..., hlm. 115.

idealnya dilakukan melalui 3 tahap, yakni: Tahap I adalah membaca gambar. Anak diberikan gambar, yang dalam satu halaman hanya memuat satu jenis gambar, misalnya jika disitu ada gambar ayam, maka gambar tidak boleh dihias dengan jenis gambar lain. Jika buku, maka buku tersebut hanya berisi gambar, belum tulisan. Tahap II membaca gambar + huruf.

Keterampilan membaca anak tahap kedua ini dengan membaca huruf yang sesuai dengan huruf awal onjek gambar.

Contoh: huruf A untuk gambar ayam dan B untuk buku.

Tahap III membaca gambar + kata keterampilan membaca tahap selanjutnya adalah dengan memperlihatkan gambar dan tulisan makna gambar.36

Keinginan atau minat anak terhadap kegiatan membaca dan menulis sudah muncul bahkan sebelum umur 5-6 tahun.

Ditinjau dari sudut pandangan kebutuhan perkembangan anak, beralasan jika kegiatan membaca, menulis, dan berhitung permulaan dapat diberikan kepada anak usia 5-6 tahun (kelompok B taman kanak-kanak), dengan syarat minimal: (1)

36

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, vol. 5, nomor 1, Juni 2018, hlm. 20-21.

bersifat bermain; (2) dikemas menarik, asyik, menyenangkan, dan anak senang melakukannya; (3) menggunakan alat permainan/ alat peraga yang menarik; (4) dilakukan berkelompok/ bukan secara individu; dan (5) dibimbing oleh guru profesional.37

Dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) sampai anak usia 6 tahun yang dijabarkan dalam Kompetensi Inti dan lebih detail di Kompetensi Dasar, pemerintah memberi isyarat adanya kegiatan prabaca, pranulis, dan prahitung. Perhatikan untuk anak usia 4-5 dan 5- 6 tahun aspek kognitif (berfikir simbolik), yaitu mengenal konsep bilangan, lambang bilangan, mengenal huruf, menyebut bilangan, menghitung, mengenal lambang huruf vokal dan konsonan. Pembelajaran bukan fokus bagaimana anak belajar baca, tulis, dan hitung, akan tetapi menjadi bagian yang disentuh terkait mengenal huruf atau angka. Dalam KD 4.11 dan 3.12: 4.12 untuk usia 5-6 tahun, pengembangan aspek bahasa bisa meliputi menunjukkan perilaku senang membaca buku, mengungkapkan perasaan dengan kata-kata,

37Masnipal, Menjadi Guru..., hlm. 242-243.

menceritakan kembali isi cerita.38 Namun semua pengalaman pertama-tama harus didekati dengan mempertimbangkan kemampuan dan keinginan anak usia dini 5-6 tahun untuk bermain sambil belajar.39

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan membaca anak usia dini adalah diawali dengan tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan, kemudian tahap membaca gambar, media berupa gambar, media berupa suara, lalu media berupa gabungan antara gambar, tulisan dan suara.

Sebagaimana yang tertuang dalam STPPA usia 4-5 dan 5-6 tahun, pengenalan membaca dilakukan melalui 3 tahap yakni, membaca gambar; membaca gambar + huruf; dan membaca gambar + kata.

Kegiatan membaca permulaan dapat diberikan kepada anak usia 5-6 tahun dengan syarat minimal bersifat bermain, menarik, anak senang melakukannya, menggunakan alat peraga yang menarik, dilakukan berkelompok, dan dibimbing oleh guru profesional. Pembelajaran bukan fokus bagaimana

38Ibid., hlm. 243-244.

39Ibid., hlm. 241-242.

Dokumen terkait