• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Strategi Guru Dalam Pengenalan Membaca Permulaan Untuk Anak Usia 5-6 Tahun

Membaca permulaan merupakan membaca awal yang dialami anak usia dini, karena awal anak bisa membaca adalah pengenalan huruf terlebih dahulu, setelah itu persuku kata, lalu pengenalan kata, kemudian membaca kalimat. Strategi, cara, teknik atau metode pada kegiatan pembelajaran harus dipersiapkan sebaik mungkin agar peserta didik dapat menyerap pembelajaran yang telah direncanakan sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan efektif.

Suyanto dalam bukunya sudah menjelaskan bahwa anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Oleh karena itu pada masa- masa usia dini perlu dilakukan upaya Pendidikan anak usia dini yang meliputi upaya stimulasi, bimbingan, pengasuhan, pendampingan dan pemberian kegiatan pembelajaran yang mengembangkan berbagai potensi agar anak dapat berkembang

secara optimal. Sebab apa yang dialami anak pada masa awal pertumbuhan dan perkembangan akan berdampak pada kehidupannya di masa yang akan datang. Pelajaran membaca merupakan dasar bagi seseorang untuk mengenyam pendidikan dan sangat menentukan keberhasilan anak untuk belajar pada jenjang pendidikan selanjutnya.137

Adapun menurut Hartati dalam Ahmad Susanto menjelaskan bahwa membaca pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan ini terjadi pengenalan huruf-huruf. Kemudian Suryatin mengungkapkan bahwa proses kegiatan membaca dimulai dari penguasaan kode-kode Bahasa, yang diikuti oleh penguasaan kosakata atau perbendaharaan kata, kemudian pemahaman kalimat paragraf dan sampai pada akhirnya pemahaman teks/wacana.138 Dalam proses pembelajaran guru RA Amaliya menstimulasi kemampuan membaca anak usia dini dengan menggunakan beberapa metode dan media pembelajaran. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih menyatakan bahwa materi yang diajarkan dalam membaca permulaan antara lain:

137 -18.

138 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak -86.

1. Lafal, intonasi kata dan kalimat sederhana

2. Huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal anak (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf)

3. Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal), misalnya mata, baca, tamu, ubi, dll.

4. Lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal dan kata baru (huruf yang diperkenalkan 10 sampai 20 huruf)139

Kemudian dibutuhkan strategi yang tepat agar pembelajaran pengenalan membaca permulaan bisa berjalan secara efektif, karena strategi pembelajaran akan digunakan sepanjang proses pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suprihatiningrum, mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah keseluruhan pola umum kegiatan pendidik dan pseserta didik dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien yang terbentuk oleh panduan antara urutan kegiatan, metode, dan media yang digunakan, serta alokasi waktu yang digunakan pendidik dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.140

139

140 Wahyudin, Strategi Pembelajaran, (Medan: Perdana Publising, 2017), hlm. 5.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dalam pengenalan membaca permulaan untuk anak usia 5-6 tahun di RA Amaliya guru menggunakan beberapa strategi yang digunakan, berikut beberapa media maupun metode yang digunakan sebagai strategi pengenalan membaca permulaan:

1. Strategi Guru Dalam Pengenalan Membaca Permulaan Dengan Metode Menebalkan Huruf

Kemampuan membaca permulaan dimulai dengan guru memberikat kegiatan menebalkan huruf yang dituliskan di buku tugasnya masing-masing, dimana terdapat garis titik-titik yang dapat dihubungkan dan membentuk lambang huruf.

Menebalkan garis putus-putus adalah salah satu aktivitas yang dilakukan dalam melatih motorik halus anak terutama pengkoordinasian mata dan tangan anak dalam memegang peralatan menulis dan kefokusan dalam menebalkan garis putus-putus sesuai dengan pola, serta dengan menebalkan garis putus-putus anak juga bisa mengenal berbagai macam bentuk.

Menebalkan garis putus-putus ini dapat dilakukan dengan membuat pola dengan garis putus-putus yang menggambarkan huruf, angka, buah-buahan, binatang, menggunakan pensil atau

bisa dengan mencetaknya setelah itu dapat diberikan kepada anak untuk ditebalkan sesuai dengan pola.141

Untuk kegiatan menebalkan huruf perlu dilakukan berulang-ulang seperti penelitian dari Risky Ramadani yang mengatakan bahwa pengulangan dalam menebalkan huruf dapat membiasakan anak mengenal huruf dan pada kegiatan pembelajaran yang lain.142 Kegiatan lain yang disukai anak pada kelompok B selain menebalkan huruf di buku tugas adalah menuliskan huruf tersebut di papan tulis sebagai unjuk diri anak, dengan aktivitas menebalkan huruf abjad a-z berupa titik-titik yang berbentuk huruf mampu menstimulasi anak pada motorik halus dan koordinasi motorik visual yang berperan penting dalam keterampilan menulis.

Kegiatan menebalkan huruf mampu mengoptimalkan fungsi belajar menulis huruf a-z yang menjadi aktivitas inti yang perlu dicermati. Berdasarkan hasil observasi proses kegiatan menebalkan huruf, guru RA Amaliya membimbing

141 -

Putus Dalam Meningkatkan Koordinasi Mata dan Tangan Anak Usia 4-5 Tahun di TK KHIDMAH: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol. 2, Nomor 2, Juli 2022, hlm. 188.

142

dan mendampingi anak dalam kegiatan tersebut seperti pengarahan terlebih dahulu, kemudian ketika anak mulai menebalkan huruf, perlu diperhatikan hal-hal berikut: a) cara memegang alat tulis, 2) alur penulisan huruf, 3) kerapihan huruf yang terbentuk, 4) penekanan alat tulis, dan 5) fokus selama pengerjaan.

Guru melaksanakan pembelajaran membaca permulaan untuk anak usia 5-6 tahun di RA Amaliya dengan metode menebalkan huruf yang dijadikan strategi sebagai aktivitas inti pembelajaran membaca permulaan. Dalam penerapannya berdasarkan data dokumentasi, observasi, dan wawancara untuk berfokus pada aktivitas menebalkan huruf selain motorik halus, guru juga dapat menstimulasi kemampuan verbal dengan mengajak anak-anak menyerukan urutan abjad, serta menyebutkan kata berawalan huruf-huruf tersebut. Misalnya a untuk ayam dan awan, b untuk bola dan bebek, dan seterusnya.

2. Strategi Guru Dalam Pengenalan Membaca Permulaan Dengan Dinding Kata

Cunningham dan Allington menegaskan bahwa word wall adalah strategi yang efektif dalam mengajarkan huruf dan kata.

Dinding kata atau dinding huruf ditempel disalah satu sudut kelas dan dilakukan Bersama-sama anak pada saat kegiatan membaca.143 Dinding kata atau huruf merupakan media yang dibuat oleh guru dengan tampilan yang menarik.

Huruf-huruf yang ditempel pada dinding dan beragam menciptakan ruangan yang penuh tantangan bagi anak, menciptakan minat belajar dan pada akhirnya mereka secara tidak sadar akan mengenal, menghafal, dam membedakan susunan huruf-huruf tersebut beserta bunyi dan maknanya.

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Wagstaff tentang pengembangan pengenalan huruf maupun kata dalam word wall adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan pertama adalah membaca nyaring dan bernyanyi, dengan tujuan mengenalkan kosa kata pada anak,

2) -kata yang sering

digunakan oleh anak atau kata-kata yang tidak dimengerti anak. Biasanya kata tersebut muncul berasal dari buku yang sering dibacakan atau kata dalam lirik lagu yang sering dinyanyikan anak,

143

3) Melakukan pengenalan huruf dan bunyinya, 4) Asosiasikan huruf dan bunyi,

5) Berlatih dan menghafal bentuk huruf,

6) Melakukan permainan kata dengan suku kata yang sama, 7) Membaca suku kata menjadi kata sederhana.144

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa penelitian dari Mia Rachmawaty tentang membaca permulaan melalui word wall atau dinding kata adalah strategi guru dalam pembelajaran bahasa untuk anak dalam kegiatan membaca permulaan, yang berisi simbol, huruf dan kata yang disusun dari susunan abjad terkecil. Sehingga dalam letak posisi dan penempatan word wall tersebut harus berada pada posisi yang strategis dan anak dengan mudah melihat, menghafal dan membaca huruf yang bersifat mudah dan praktis dapat dilakukan secara bersama- sama antara guru dan siswa. Begitupun dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap strategi guru dalam pengenalan membaca permulaan di RA Amaliya melalui dinding kata (word wall) bahwa pada dinding kata yang berupa tempelan-tempelan huruf abjad, angka, kata beserta dengan

144 Ibid, hlm. 37-38.

gambarnya membuat word wall lebih menarik, juga mebuat anak tidak mudah bosan dalam mengeja dan membacanya.

Adanya dinding kata atau word wall membantu guru menstimulasi anak dalam mengenalkan huruf serta mengeja kata dengan lebih mudah.

3. Strategi Guru Dalam Pengenalan Membaca Permulaan Dengan Media Buku Bacaan

Penggunaan media buku bacaan menjadi penting karena untuk mengetahui dan mengontrol perkembangan anak membaca, sejauhmana kemampuannya dalam mengenal huruf dan membaca. Sebagaimana pendapat Glenn Doman yang mengatakan bahwa membaca harus berdurasi cepat, hanya sekilas-sekilas saja dan harus segera berhenti sebelum anak ingin berhenti. Suasana pembelajaran membaca pun mesti penuh dengan keramahan dan kehangatan.145

Media buku bacaan yang digunakan adalah buku bacalah, pada buku bacalah terdapat beberapa jilid yang ada yaitu jilid 1 (bacalah 1) dan jilid 2 (bacalah 2). Apabila peserta didik sudah selesai membaca pada jilid 1 dan guru melihat dan merasakan

145

peserta didik masih belum lancar maka guru akan mengulang kembali pada awal jilid 1. Tiap anak diperbolehkan mengulang buku bacalah hingga beberapa kali pada setiap jilid. Ketika anak sudah mampu membaca pada jilid 1, maka guru akan melanjutkan bacaan peserta didik pada jilid 2.

Pada RA Amaliya pengenalan membaca permulaan melalui media buku bacaan digunakan diawal waktu pembelajaran dan terjadwal hanya pada hari kamis-sabtu dengan waktu yang tidak lama kurang dari 3 menit, hanya membaca beberapa suku kata saja semisal ca, ci, ka, ku, ba, ca, la, ma, na, si, dst. Guru di RA Amaliya melakukannya dengan hati-hati, dalam mengajarkannya dengan teknik yang bervariasi memperhatikan kondisi anak terutama psikologisnya.

4. Strategi Guru Dalam Pengenalan Membaca Permulaan Dengan Permainan Huruf dan Kata Melalui Aktifitas Bernyanyi

Permainan huruf dan kata melalui aktivitas bernyanyi ini merupakan aktivitas pembelajaran yang menekankan pada kata-kata yang dilagukan dengan suasana menyenangkan sehingga anak tidak merasa jenuh. Selain memberikan

kesenangan kepada anak, bernyanyi ini diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang cukup tepat jika digunakan sebagai sarana dalam menyajikan proses pembelajaran membaca permulaan bagi anak usia dini. Sebagaimana yang disampaikan oleh Suyadi bahwa menyanyi selain menyenangkan dapat pula digunakan untuk meningkatkan daya ingat anak karena dengan bernyanyi atau mendengarkan musik, konsentrasi anak dapat meningkat.146

Rasyid menuliskan bahwa bernyanyi mengasah kemampuan anak menyerap, meningkatkan dan mengucapkan kata-kata. Jika anak belajar menyanyikan yang penting bagian lagu, secara tidak sadar anak belajar:

a. Membedakan bunyi huruf, kata dan kalimat.

b. Melafalkan huruf, kata dan kalimat dengan jelas.

c. Mengingat huruf, kata dan kalimat.147

Hasil penelitian yang peneliti lakukan mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah tentang meningkatkan kemampuan mengenal huruf dengan metode

146 Suyadi, Anak Yang Menakjubkan, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), hlm. 110.

147 Rasyid Father, Cerdas Anakmu dengan Musik, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 110.

bernyanyi adalah mampu membuat anak senang dalam belajar dan tidak membuat anak cepat bosan, juga dengan metode ini dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf. Bernyanyi adalah suatu kegiatan yang mempunyai faktor pendorong agar lebih efektif dalam penggunaannya, yaitu konsentrasi, jiwa yang tenang, pengulangan dan motivasi.148 Begitupun dengan kondisi yang terjadi pada siswa kelompok B RA Amaliya bahwa pembelajaran yang diselingi dengan bernyanyi yang merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak sebab dengan bernyanyi anak dapat mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya, suasana kelas pun menjadi lebih hidup.

Hal-hal tersebut akan mendorong anak untuk lebih giat dalam belajar, misalkan seperti guru bernyanyi sambil menunjuk huruf secara acak diikuti oleh anak-anak sambil menebak dan menyebutkan huruf apa yang ditunjuk gurunya. Contohnya guru meng-cover nyanyian -sama belajar tertawa ha-ha-ha, tertawa besar ha-ha-ha tertawa kecil hi-hi- menjadi -sama belajar huruf ya ya ya, ini

148

Menggunakan Metode Bernyanyi di TK Al- Al Abyadh, vol. 4, nomor 1, Juni 2021, hlm. 44.

-

, dan untuk pengenalan persuku kata juga bisa -

-anak akan membacanya langsung, dibaca menjadi ba-

5. Strategi Guru Dalam Pengenalan Membaca Permulaan Dengan Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan respon anak terhadap guru saat proses pembelajaran berlangsung, artinya ada hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik yang sedang beralngsung pada saat guru menjelaskan didepan kelas sesuai dengan tema pada saat itu. Metode tanya jawab adalah sutau metode dimana guru memberikan pertanyaan kepada anak atau sebaliknya anak yang bertanya kepada guru dan guru akan menjawab.

Setyanto mengartikan bahwa metode Tanya jawab sebagai cara mengajar yang memungkinkan terjadinya interaksi dua

arah secara langsung antara guru dengan siswa.149 Menarik perhatian siswa dengan strategi guru yang dilakukan jika pertanyaan yang dilontarkan guru menarik, merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, salah satunya daya ingatan. Melatih siswa dalam menyusun dan menjawab pertanyaan, kemudian menghidupkan suasan kelas.

Hasil Penelitian yang dilakukan peneliti mendukung hasil penelitian dari Luisa Ari Puspitasari tentang penerapan metode tanya jawab untuk pengenalan aksara pada anak usia 4-5 tahun, penerapan metode tanya jawab ini antara lain memberikan kesempatan kepada anak untuk menjawab pertanyaan, merangsang anak untuk aktif dalam berfikir, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya pada hal yang belum dipahami.150

Sebagaimana yang diketahui bahwa metode tanya jawab adalah cara guru memeberikan pertanyaan terbuka, sehingga anak dapat menjawab beberapa kemungkinan, berdasarkan

149

Metode Tanya Jawab Berbantuan Media Flip Chart Pada Anak Kelompok B1 TK Ikal Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, vol. 3, nomor 1, Februari 2015, hlm. 3.

150 Luisa

Aksara kepada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Dharmawanita 1 Batangsaren Kauman skripsi, IAIN Tulungagung, Tulungagung, 2019), hlm. 86-87.

pengalaman anak. Guru harus berusaha agar anak aktif memberi jawaban atau keterangan, bukan guru yang aktif memberi keterangan. Metode ini dimaksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu agar siswa memusatkan lagi perhatiannya tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnya dan untuk merangsang perhatian anak.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa pada saat guru melontarkan pertanyaan beberapa huruf yang diambil guru berupa potongan huruf kemudian melibatkan anak dalam kegiatan menyusun huruf menjadi sebuah kata, hal tersebut membuat anak merasa senang dalam belajar. Ketika di akhir pembelajaran guru menanyakan kembali kegiatan yang sudah dilakukan dari jam pertama sampai akhir pembelajaran, sebagian besar anak dapat menangkap dan mengulang kembali kegiatan pembelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Namun sebagian kecil anak belum mampu mengungkapkan, menggunakan kalimat atau pertanyaan sederhana. Hal tersebut bisa dilihat ketika anak diminta menceritakan kembali kegiatan pembelajaran apa saja yang sudah dilakukan sesuai dengan

tema yang sudah dijelaskan hanya beberapa anak yang tidak dapat menjawab pertanyaan dari gurunya.

6. Strategi Guru Dalam Pengenalan Membaca Permulaan Dengan Metode pemberian Tugas

Metode pemberian tugas menurut Mamonto adalah salah satu metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran baik dalam bentuk tugas-tugas di sekolah ataupun di rumah untuk melatih tanggung jawab anak dan melatih seberapa besar pemahaman anak terhadap materi yang diberikan. Dalam perspektif yang berbeda Widodo mengemukakan bahwa metode pemberian tugas merupakan sebuah upaya membelajarkan siswa dengan cara memberikan tugas penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri atau menampilkan diri dalam menyampaikan hasil dengan tuntutan kualifikasi atau kompetensi yang akan dicapai.151

Metode pemberian tugas mampu membuat anak mandiri, melatih anak bertanggung jawab atas tugas yang diberikan,

151

PAUD Lectura:

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 4, nomor 2, April 2021, hlm. 47.

membuat anak disiplin, mengingkatkan pemahaman siswa akan materi pembelajaran. Metode pemberian tugas yang diterapkan oleh sekolah RA Amaliya dalam pengenalan membaca adalah tugas yang diberikan oleh guru berupa menulis huruf, maka akan ada tugas tambahan di rumah atau PR. Tujuannya untuk mengulang kembali apa yang telah dipelajari di sekolah.

Pemberian tugas bertujuan agar selaras dengan anak bisa mengenal huruf juga bisa menuliskan huruf-huruf tersebut dibuku tugasnya. Ketika anak sudah bisa menuliskan huruf- huruf tersebut maka untuk membacanya akan lebih mudah.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas adalah metode yang dilaksanakan dengan memberikan tugas kepada anak dalam proses belajar mengajar untuk meninjau perkembangan dan kecerdasannya serta memberikan pengalaman belajar. Yang perlu diperhatikan dalam metode pemberian tugas adalah kejelasan tugas yang harus dilaksanakan dan pembatasan memberikan tugas, pemberian batasan tugas merupakan syarat yang mutlak pada metode ini dan harus menjadi perhatian oleh guru di RA Amaliya. Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah

penjelasan guru kepada anak, mengapa ia harus mengerjakan tugas tersebut. Maka dari itu metode pemberian tugas dimaksudkan agar memberi kesempatan anak untuk belajar lebih banyak, memupuk rasa tanggung jawab kepada anak, memperkuat motivasi belajar, membangun hubungan yang erat degan orangtua, serta mengembangkan keberanian berinisiatif.

B. Kendala Yang Dihadapi Guru Dalam Pengenalan Membaca Permulaan Untuk Anak Usia 5-6 Tahun

Mengenal huruf erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan membaca anak di kemudian hari. Belajar mengenal huruf sama seperti belajar hal-hal lainnya, perlu dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa dalam mengenal huruf dapat dilakukan dengan 3 tahap, yaitu mengenal huruf dan bunyi nya, mengenal huruf dalam kata, serta membuat bentuk huruf.

Kendala yang dihadapi guru dalam pengenalan membaca permulaan adalah beragam dan tidak mudah, diperlukan Teknik dan strategi maupun cara untuk mengatasinya. Mengatasi anak yang belum bisa membaca membuat orangtua menuntut kepada pihak sekolah terutama guru kelasnya agar anaknya bisa untuk

membaca dan menulis. Pada kenyataannya kendala yang terjadi adalah anak yang tidak memperhatikan guru dan membuat anak sulit untuk konsentrasi, anak yang mengganggu teman lainnya yang membuat anak yang lain ikut untuk tidak meperhatikan guru yang membuat suasana kelas menjadi kacau. Oleh karena itu untuk mengembalikan perhatian anak adalah dengan metode bernyanyi tepuk-tepuk, atau dengan beberapa permainan sederhana. Berikut kendala yang di hadapi guru dalam pengenalan membaca permulaan untuk anak usia 5-6 tahun:

a. Kesulitan mengenal huruf

NJCLD (National Joint Committee of Learning Disabilities) dalam Lerner berpendapat bahwa kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung.

Kondisi ini bukan karena kecatatan fisik atau mental, bukan juga karena pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena faktor kesulitan dari dalam individu itu sendiri saat

mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi terhadap objek yang diinderainya.152

Kesulitan melafalkan huruf sering dijumpai pada anak kelompok B karena kemiripan bentuk huruf. Menurut Tadkiroatun menyatakan bahwa tahu huruf tidak otomatis bisa membaca, banyak anak yang hafal semua huruf tetapi tetap belum bisa membaca. Maka cara pengenalan yang dapat digunakan adalah membacakan cerita, menghafal nama huruf, mengidentifikasi bentuk huruf, mengeja/ mengurai bentuk kata, membaca buku, memajangkan media.153

Bentuk pengenalan membaca di RA Amaliya adalah kegiatan didahului dengan pengenalan bentuk atau lafal huruf seperti menghafal huruf dengan dinyanyikan, secara alfabetis, hingga menghafal suku kata. Kemudian pada tahap identifikasi huruf anak diminta melihat dan menyebutkan huruf yang ditunjukkan guru, menunjukkan huruf awal yang sama, selanjutnya anak dilatih menggabungkan huruf menjadi suku

152 sulitan Belajar Bagi Anak Usia Dini

Jurnal Panrita, vol. 2, nomor 1, Desember 2021, hlm. 4.

153

Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 12, nomor 2, Oktober 2007, hlm. 115.

kata seperti bentuk huruf konsonan dengan huruf vokal yakni la-ci, sa-pu, nu-ri, bu-ku. Penekanan membaca pada keterampilan melafalkan huruf dirancang sepenuhnya oleh guru, kegiatan latihan mengeja dari huruf ke kata, mengeja dari huruf ke suku kata ke kata. Setelah anak mampu melewati dan menguasai dalam pengenalan huruf maka selanjutnya adalah latihan membaca teks seperti membaca teks 1-10 kalimat dalam buku serta membaca buku cerita singkat bergambar.

Kesulitan yang sering dijumpai adalah salah menyebutkan bentuk huruf yang mirip misalnya huruf b dengan huruf d, guru

Ketika mengeja per suku kata pun seperti itu terbalik menyebutkan huruf, sama juga seperti salah menyebutkan huruf m dengan n.

Menurut Sastra seseorang yang belum dapat membedakan beberapa huruf alfabet seperti perbedaan antara bunyi [b] dan [d] atau juga bunyi [p] dan [q], yang perbedaannya hanya terletak pada posisi setengah lingkaran berarti ia mengalami gangguan disleksia. Dalam buku How to Create A Smart Kids (cara praktis menciptakan anak sehat dan cerdas) Vizara

Auryn, menjelaskan bahwa disleksia berasal dari kata Yunani,

dengan kata-

mengenali huruf atau kata. Mereka juga sulit menyebutkan nama benda yang sederhana walaupun sangat mengenalnya seperti pensil dan sendok. Penderita disleksia juga sering salah dalam mengeja atau membaca rangkaian huruf tertentu seperti

kesederhanaan elemen ini menjadi sebuah kerumitan yang membingungkan. Hal ini terjadi karena kelemahan otak dalam memproses informasi.154

Cara mengatasi kesulitan tersebut yang pertama adalah dengan menggunakan media belajar yang biasanya lebih memahami sesuatu dengan gambar untuk membantu memudahkan dalam mengenalkan huruf, membedakan huruf hingga akhirnya anak mampu membaca dan menulis dengan lancar. Kedua, melalui metode multisensori, yang dimana metode ini mendayagunakan kemampuan visual atau

154

Jurnal Multidisipliner, vol. 1, nomor 1, April 2022, hlm. 101-102.

Dokumen terkait