• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWASPADAAN DALAM PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI

Dalam dokumen PELAYANAN KONTRASEPSI (Halaman 126-131)

A. Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan standar diterapkan untuk mencegah transmisi silang sebelum maupun sesudah pasien didiagnosis dan sebelum adanya hasil pemeriksaan laboratorium.

Tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan termasuk bidan dan dokter berisiko besar terinfeksi. Oleh sebab itu, penting sekali pemahaman dan kepatuhan petugas untuk menerapkan kewaspadaan standar agar tidak terinfeksi.

Berikut ini beberapa istilah dalam PPI:

1. Asepsis adalah segala upaya dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh baik lewat benda hidup maupun benda mati.

2. Antisepsis adalah segala upaya untuk membunuh atau menghambat mikroorganisme pada benda hidup.

3. Desinfeksi adalah segala upaya dalam membunuh ataupun menghambat mikroorganisme pada benda mati.

4. Pre cleaning atau dekontaminasi adalah merendam alat di dalam larutan enzimatik atau detergen selama 10-15 menit untuk menghilangkan noda darah atau cairan tubuh serta menginaktivasi Hepatitis B dan HIV/AIDs.

5. Cuci bilas adalah upaya menghilangkan 80% mikroorganisme dengan cara mencuci instrumen menggunakan detergen dan membilas dengan air mengalir.

6. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah upaya menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora dengan teknik merebus, mengukus, dan kimia.

7. Sterilisasi adalah upaya menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, virus, endospora/penyebab gangren, dekubitus, dan tetanus).

Aplikasi kewaspadaan standar dilakukan dengan prinsip-prinsip berikut:

1. Setiap orang dianggap dapat menjadi sumber penularan infeksi 2. Melakukan prosedur cuci tangan dengan baik dan benar

Kebersihan tangan adalah cara membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan terlihat kotor (terkena cairan tubuh), atau menggunakan cairan berbahan dasar alkohol (Alcohol Based Hand Rub = ABHR) bila tangan tidak tampak kotor. Kebersihan tangan dianggap sebagai salah satu elemen terpenting dari PPI. Sebagian besar infeksi dapat dicegah melalui kebersihan tangan dengan cara yang benar dan dengan waktu yang tepat. Sebagaimana diketahui bahwa tidak ada pekerjaan tanpa melibatkan tangan, sehingga tangan petugas kesehatan yang terkontaminasi merupakan media penularan utama mikroorganisme di fasilitas pelayanan kesehatan. Bakteri patogen berpindah dari tangan petugas ke pasien atau sebaliknya atau dari lingkungan yang terkontaminasi.

Prinsip-prinsip kebersihan tangan:

a. Pastikan petugas kesehatan sudah memahami 5 momen (waktu), yaitu 2 sebelum (sebelum kontak dengan klien; sebelum melakukan tindakan aseptik) dan 3 sesudah (sesudah kontak dengan darah dan cairan tubuh klien; sesudah kontak dengan klien;

sesudah kontak dengan lingkungan sekitar klien).

b. Melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun jika tangan kotor serta menggunakan cairan berbahan dasar alkohol jika tangan tampak bersih.

c. Mematuhi langkah-langkah cuci tangan secara berurutan dengan baik dan benar.

d. Tersedia sarana kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun dalam dispenser

memastikan kuku tetap pendek, bersih dan bebas dari pewarnaan kuku dan tidak menggunakan kuku palsu, hindari pemakaian aksesoris tangan (jam tangan, perhiasan), tutupi luka atau lecet dengan pembalut anti air.

f. Bebaskan area tangan sampai pergelangan tangan jika menggunakan baju lengan panjang (digulung ke atas).

g. Gunakan bahan yang mengandung alkohol untuk mendekontaminasi tangan secara rutin, bila tangan tidak jelas terlihat kotor.

h. Sabun cair dianjurkan di dalam botol yang memiliki dispenser, jika menggunakan sabun batangan maka sabun dipotong kecil untuk sekali pakai.

i. Kertas tisu sekali pakai sebagai pengering tangan, jika tidak memungkinkan dapat menggunakan handuk sekali pakai lalu dicuci kembali.

Cuci tangan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir (handwash) serta cuci tangan dengan hand sanitizer (handrub). Keduanya dilakukan dengan 6 langkah, namun setelah 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash. Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash selama 40-60 detik.

1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

a. Indikasi: cuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan ketika tangan terlihat kotor atau ketika akan menggunakan sarung tangan yang dipakai dalam perawatan pasien.

b. Prosedur:

- Basahi kedua tangan dengan air bersih dan mengalir, kemudian ambil sabun secukupnya pada kedua telapak tangan. Gosokkan kedua telapak tangan bersama-sama

- Gosok punggung tangan menggunakan telapak tangan sebelahnya dan juga sela-sela jari

- Bersihkan jari dan buku-buku jari dengan menyatukan kedua tangan

- Bersihkan ujung-ujung jari dengan menggosokkan ke telapak tangan sebelahnya - Bersihkan sela jempol dan telunjuk dengan cara menggenggam jempol

menggunakan tangan sebelahnya

- Bersihkan sabun dengan air mengalir, lalu dikeringkan. Bila perlu, matikan air kran dengan tisu atau handuk agar tidak menyentuhnya kembali secara langsung

Gambar: Cara Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air

Sumber PMK Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan kesehatan

2. Mencuci tangan dengan handrub

a. Indikasi: handrub berbahan dasar alkohol digunakan untuk membersihkan tangan bila terlihat tidak kotor atau terkontaminasi atau bila cuci tangan dengan air mengalir sulit untuk diakses (misalnya: di ambulans, homecare, imunisasi di luar gedung, pasokan air yang terputus, dan lain-lain).

b. Prosedur

- Tuangkan cairan handrub pada kedua telapak tangan kemudian usap dan gosok keduanya secara lembut dengan arah memutar

- Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian - Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

- Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci - Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

- Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

Gambar: Cara Mencuci Tangan dengan Antiseptik Berbasis Alkohol

Sumber PMK Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan kesehatan

3. Menggunakan barier protektif atau Alat Pelindung Diri (APD). APD terdiri dari sarung tangan, masker, pelindung mata, pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup (boot).

Gambar: Alat Pelindung Diri

Sumber: PMK Nomor 27 Tahun 2017 tentang PPI

Tujuannya adalah:

- Mengurangi risiko penyedia layanan terinfeksi melalui kontak darah atau cairan tubuh klien

- Mencegah penularan flora kulit penyedia layanan dengan klien

- Mengurangi kontaminasi tangan penyedia layanan dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari klien satu ke yang lainnya atau sebaliknya.

Gunakan sarung tangan:

- Saat melakukan prosedur bedah - Ketika melakukan periksa dalam - Saat mengambil sampel darah

- Jika menangani peralatan/linen yang terkontaminasi bahan/sekret - Saat mengelola dan membuang limbah

- Membersihkan percikan darah/sekret tubuh di peralatan, permukaan meja bedah, dan lantai

Catatan: hindari menggantung masker di leher, memakai sarung tangan sambil menulis dan menyentuh permukaan lingkungan untuk mencegah infeksi.

4. Penggunaan aseptik dan antiseptik

Prosedur ini bisa dilakukan dengan membersihkan bagian kulit maupun membran mukosa sebelum operasi, membersihkan luka, atau menggosok tangan sebelum operasi menggunakan alkohol.

5. Budaya aman dalam setiap prosedur

Budaya bekerja secara aman dapat dilakukan dengan cara dekontaminasi dan menutup jarum suntik sebelum dibuang ke wadah tahan tusuk (untuk alat suntik disposable).

6. Pemrosesan alat bekas pakai

7. Pengelolaan limbah bahan berbahaya

Berfungsi untuk melindungi petugas yang terlibat dari cidera maupun penularan infeksi kepada masyarakat.

B. Perlindungan Diri Bagi Petugas

Dalam melakukan prosedur pelayanan kesehatan, penyedia layanan dan klien memiliki risiko terinfeksi akibat kontak dengan darah maupun cairan tubuh. Hal ini termasuk pelayanan KB khususnya metode AKDR, implan, suntik, dan vasektomi/tubektomi.

Oleh sebab itu, implementasi PPI di setiap fasilitas kesehatan penting dilakukan untuk mengurangi risiko penularan mikroorganisme.

Sebagian besar infeksi bisa dicegah dengan cara yang mudah dan murah seperti:

1. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas baik tenaga kesehatan maupun non kesehatan

2. Menaati prosedur PPI yang direkomendasikan, terutama cuci tangan dan pemakaian sarung tangan

3. Mencegah terjadinya luka tusuk/sayat dan melakukan prosedur antisepsis

4. Memperhatikan prosedur dekontaminasi dan pembersihan alat-alat kotor yang dilanjutkan dengan sterilisasi atau Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)

5. Meningkatkan keamanan pada ruang pelayanan dan area-area lain yang berisiko tinggi dan paparan terhadap infeksi sering terjadi

Mencegah luka tusuk antara lain:

1. Gunakan teknik zona aman saat membawa atau memindahkan benda/instrumen yang tajam

2. Pilih media/penghantar instrumen tajam yang sesuai (misalnya: wadah logam) 3. Gunakan pinset atau klem ketika mengambil jarum atau memasang skalpel/pisau

bedah

4. Beritahukan pada operator bahwa anda akan memberikan instrumen tajam

Tatalaksana bila tertusuk jarum atau benda tajam di fasilitas kesehatan maka segera bilas luka dengan air mengalir dan sabun/cairan antiseptik sampai bersih. Kemudian, laporkan kejadian pada petugas PPI atau petugas kesehatan lain untuk mendapatkan tindak lanjut.

Materi Pokok 3.

Dalam dokumen PELAYANAN KONTRASEPSI (Halaman 126-131)