BAB III METODELOGI PENELITIAN
E. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Kepala Sekolah
Dimensi Aspek Teknik Pengumpulan
Data Perencanaan
1. Perencanaan Tujuan 2. Penyusunan Jadwal dan
Program
Wawancara
Wawancara dan Studi Dokumen
Pelaksanaan 1. Pembagian Tugas Wawancara dan Studi Dokumen
Pengawasan
1. Monitoring 2. Penilaian Guru 3. Tindak Lanjut
Wawancara dan Studi Dokumen
Wawancara dan Studi Dokumen
Wawancara Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Departemen Inklusi
Dimensi Aspek Teknik Pengumpulan
Data Perencanaan 1. Rekruitmen Guru Wawancara Pengawasan
1. Monitoring 2. Penilaian Guru 3. Tindak Lanjut
Wawancara dan Studi Dokumen
Wawancara dan Studi Dokumen
Wawancara
57 Ibid, h. 175.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Guru Kelas
Dimensi Aspek Teknik Pengumpulan
Data Perencanaan
Pembelajaran
1. Penyusunan Silabus 2. Penyusunan RPP
Studi Dokumen dan Wawancara
Studi Dokumen dan Wawancara
Pelaksanaan Pembelajaran
1. Penataan Kelas 2. Alokasi Waktu 3. Pendahuluan 4. Kegiatan Inti 5. Penutup
Wawancara dan Observasi Observasi
Wawancara dan Observasi Wawancara dan Observasi Wawancara dan Observasi Penilaian
Pembelajaran
1. Teknik Penilaian 2. Instrumen Penilaian
Wawancara, Studi
Dokumen, dan Observasi Wawancara dan Observasi Studi Dokumen
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Guru Pendamping Khusus
Dimensi Aspek Teknik Pengumpulan
Data Perencanaan
Pembelajaran
1. Penyusunan Program Studi Dokumen dan Wawancara
Pelaksanaan Pembelajaran
1. Jenis Pendampingan 2. Pelaksanaan program
khusus
Wawancara dan Observasi Observasi
Wawancara dan Observasi Penilaian
Pembelajaran
1. Teknik Penilaian Instrumen
Wawancara, Studi
Dokumen, dan Observasi F. Pemerikasaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memeriksa atau mengecek keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama58. Triangulasi dilakukan untuk mengecek ulang antara data hasil observasi yang diperkuat dengan studi dokumen dan wawancara sehingga ditemukan keseuaian.
58Opcit, h. 330
G. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yang diproses dari kegiatan wawancara, penyebaran angket, pengamatan lokasi dan dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul, dianalisis, diinterpretasikan/ditafsirkan dan disimpulkan ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami, logis dan sesuai dengan penelitian yang dibahas.
Data hasil wawancara dengan kepala sekolah dikonfirmasikan dengan data hasil pedoman wawancara orang tua murid dan sedapat mungkin dibuktikan dengan dokumen yang diperoleh peneliti. Untuk memperkuat data yang telah diperoleh melalui dokumentasi serta wawancara kepada orang tua murid, peneliti melakukan observasi terkait pelaksanaan program bina diri yang dilakukan oleh guru khusus bina diri selama penelitian berlangsung.
Untuk menganalisis data yang diperoleh melalui studi dokumen, wawancara dan observasi, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Scoring
Scoring merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir jawaban yang dipilih. Scoring digunakan untuk mengolah data hasil observasi pembelajaran yang dilakukan peneliti. Dalam menentukan scoring hasil penelitian untuk pertanyaan masing-masing jawaban diberi nilai sebagai berikut:
Tabel 3.6 Scoring
Nilai Keterangan
5 Sangat Baik / Yang Setara 4 Baik / Yang Setara
3 Cukup Baik / Yang Setara 2 Kurang Baik / Yang Setara 1 Tidak Baik / Yang Setara 2. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
3. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictograf dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terotganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
4. Conclusion Drawing/ verification (Verifikasi)
Verifikasi adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengmpulan data berikutnya. Tapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel.
52 BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah Dasar Citra Alam dan Departemen Inklusi 1. Profil Sekolah
Sekolah Dasar Citra Alam merupakan sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Citra Nurul Falah Khaled Azmi dimana tidak hanya terdapat Sekolah Dasar (SD) melainkan juga terdapat beberapa jenjang pendidikan yaitu Play Group (PG), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendiri sekolah berpandangan bahwa setiap anak terlahir dengan keunikannya dan mereka berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan Undang- Undang yang ada. Adapun pandangan tersebut diwujudkan dalam bentuk visi, misi, serta tujuan sekolah. Lebih jauh mengenai pendidikan inklusi, yayasan memiliki satuan unit khusus yang menangani inklusi yaitu departemen inklusi.
Sekolah Dasar Citra Alam beralamat di Jalan Damai II No. 54 Ciganjur Jakarta Selatan, didirikan pada tahun 2000 dengan menerapkan kurikulum karakter yang berlandaskan Asmaul Husna, integrated study pada pelajaran agama dengan pelajaran lainnya yang dapat mengasah kepekaan siswa terhadap keberadaan Allah SWT. Sekolah hadir dengan melihat realita yang terjadi pada saat ini bahwa pada saat ini anak-anak belajar bukan untuk hidupnya, tetapi mereka belajar untuk sekolah. Hal ini dapat dilihat dari apa yang dipelajari anak-anak di sekolah tampak sangat jauh dari realita kehidupan yang mereka alami. Mereka tidak dapat memahami apa yang dipelajari dan tidak dapat mengaitkannya dengan pengalaman langsung yang kelak di masa depan akan mereka hadapi. Kondisi yang terus-menerus seperti ini pada akhirnya mengakibatkan anak-anak tumbuh menjadi orang-orang yang cerdas dan berpengetahuan tetapi tidak mempunyai kearifan, tidak produktif serta berpeluang hanya mengejar kehidupan dimasa depan tetapi tidak memiliki kepedulian terhadap alam lingkungannya.
Berkaitan dengan perkembangannya, Kepala Sekolah Dasar Citra Alam mengungkapkan bahwa pendidikan di sekolah merupakan salah satu solusi atas permasalahan yang terjadi di negara, sekolah pun menawarkan sebuah solusi di bidang pendidikan dengan melihat dari segmen pasar dimana sekolah formil lain tidak melirik peluang-peluang tertentu.59 Adapun yang ditawarkan ialah yang pertama berbasis alam, yang kedua merupakan sekolah inklusi, kemudian yang ketiga ialah pendidikan karakter dimana karakter ini nantinya akan membentuk jati diri pribadi, lalu jati diri keluarga, dan berkembang membentuk jati diri bangsa. Adapun penawaran lainnya ialah penguatan sistem antara sistem pendidikan nasional dan sistem pendidikan di Sekolah Dasar Citra Alam yang kemudian dikolaboratif dengan memperhatikan hal hal yang tidak dilirik oleh sekolah lain. Dan hal itu telah mengantarkan Sekolah Dasar Citra Alam mengalami perkembangan secara signifikan baik itu sekolah sebagai institusi, maupun sekolah sebagai lembaga formil yang bisa berbicara ditingkat yang lebih tinggi, baik nasional dan internasional. Bahkan belum lama sekolah menjadi pembicara di KEMENDIKNAS mengenai metode pembelajaran High Order Thinking System (HOTS) dan menjadi narasumber di Rusia. Artinya kepercayaan masyarakat bahkan pemerintah sebagai institusi sudah mengakui keberhasilan sekolah. Sekolah juga dipercaya sebagai sekolah induk bagi beberapa sekolah dan menjadi sekolah model bagi sekolah alam yang terjaring dalam Jaringan Sekolah Alam Nasional (JSAN).
Kini Sekolah Dasar Citra Alam memiliki 316 peserta didik dengan jumlah peserta didik berkebutuhan khusus sebanyak 17 orang. Pada awalnya sekolah membatasi jumlah peserta didik berkebutuhan khusus disetiap kelas yaitu sekitar 2 atau 3 orang, namun karena minat masyarakat yang begitu banyak maka sekolah menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada.
2. Visi Sekolah Citra Alam
Visi Sekolah Citra Alam sama halnya dengan visi pada jenjang pendidikan lainnya yaitu “Mempersiapkan khalifah yang berakhlak karimah, jujur,
59Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah, Abdul Hadi Suryawijaya, M,Pd. (10 Maret 2017)
bertanggung jawab, serta menebar kasih sayang melalui pendidikan berbasis alam dan budaya yang berkualitas”. 2
Dapat dilihat visi yang diusung sekolah sudah bagus namun sayangnya belum terdapat waktu yang jelas kapan visi tersebut dapat dicapai, tidak hanya itu sebaiknya pada kalimat di awal dijelaskan bahwa ini merupakan visi dari sebuah lembaga pendidikan. Meski demikian semua program dan kegiatan yang ada di sekolah sudah dapat dikatakan mengacu pada visi.
3. Misi Sekolah Citra Alam
Untuk muwujudkan visi sekolah, berikut adalah upaya-upaya yang dilakukan sekolah dan dituangkan dalam misi:
1) Membentuk dan mempersiapkan pribadi yang mencintai dan mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2) Pendidikan diarahkan agar anak didik dapat menjadi anak yang produktif (dalam ibadah dan bekerja), mandiri (dalam hidup dan berusaha) dan berakhlak mulia pada alam dan manusia.
3) Membentuk pribadi yang diarahkan agar dapat mencintai belajar, mencintai sesama makhluk Allah, berempati, berfikir kritis, dapat memecahkan masalah.
4) Membentuk pribadi yang dapat mengapresiasi budaya dan kesenian.
5) Menyelenggarakan pendidikan yang menumbuhkan kepedulian dan kecintaan terhadap alam.
6) Menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan potensi intelektual, psikologi, fisik dan sosial yang diseimbangkan oleh aspek spiritual, penanaman dan pengembangan karakter positif, untuk menjadi masyarakat pembelajar dan bertanggung jawab.60
Dapat dilihat bahwa misi yang diusung sekolah sebagai langkah untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Program yang dirancang dilaksanakan dengan baik dan dilakukan secara berkelanjutan terutama pada penyelenggaraan program ibadah, sedangkan untuk program pengembangan bakat yang merupakan program unggulan memperoleh respon dan antusiasme yang tinggi dari peserta didik. Tidak hanya itu, pada proses pembelajaran, guru diberi kebebasan untuk menggunakan metode apapun dalam menyampaikan materi namun tetap mengacu pada kebutuhan peserta didiknya.
60Ibid
4. Tujuan Sekolah Citra Alam
Adapun tujuan sekolah dasar citra alam, yaitu:
1) Meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan seluruh warga sekolah terhadap Allah SWT.
2) Meningkatkan kualitas ibadah, kemampuan membaca Al-Qur’an serta pengamalannya dari seluruh warga sekolah dalam kehidupan sehari- hari.
3) Mengembangkan kepribadian seluruh warga sekolah yang produktif, kreatif, inovatif, mandiri, berfikir kritis dan bertanggung jawab.
4) Meningkatkan kepedulian, kepekaan dan kecintaan seluruh warga sekolah terhadap alam dan lingkungan.
5) Mengembangkan kepribadian seluruh warga sekolah yang sesuai dengan adat istiadat, karakter, dan budaya bangsa Indonesia.
6) Meningkatkan setiap potensi siswa supaya mampu berprestasi dan berkompetisi di era globalisasi.
7) Meningkatkan keterampilan komunikasi dan kecerdasan emosi siswa.
8) Memberikan layanan pendidikan secara adil kepada masyarakat tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, suku bangsa, dan agama.61 Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dirancang berbagai program yang sesuai. Berkaitan dengan tujuan sekolah yang menginginkan kualitas keimanan dan ketakwaaan serta meningkatkan kualitas ibadah, kegiatan yang menunjang hal tersebut diwujudkan dengan adanya tadarus setiap pagi, dilanjutkan dengan doa bersama. Kegiatan ibadah lainnya ialah melakukan sholat sunnah dhuha dan sholat dzhur dimana pelaksanaannya bagi kelas rendah (kelas 1,2,3) dilakukan berjamaah di kelas, sedangkan untuk kelas tinggi (kelas 4,5,6) dilakukan berjamaah di masjid. Tidak hanya itu terdapat pula pelajaran BTQ (Baca Tulis Qur’an) yang mengharuskan mereka untuk dapat membaca, menulis, bahkan menghafal beberapa surah Al Quran.
Adapun tujuan sekolah yang berhubungan dengan kepribadian peserta didik maupun warga sekolah lainnya diimplementasikan dengan budaya senyum, sapa, dan salam bagi seluruh warga sekolah, serta kebiasaan untuk menjaga lingkungan. Adanya program inklusi pun menjadi salah satu cara sekolah mengembangkan kepribadian para peserta didiknya baik bagi peserta didik normal maupun bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Untuk mewujudkan tujuan yang berkaitan dengan meningkatkan potensi peserta
61Ibid
didik, sekolah menerapkan pembelajaran yang tidak hanya dilakukan dikelas namun juga diluar kelas, metode dan strategi yang digunakan juga beragam yaitu active learning, eksplorasi, game, collaborative learning, CTL (Contextual Teaching and Learning), SCAM, Home Visit, dan lain-lain. Dan untuk mengembangkan kepedulian serta kepekaan peserta didik terhadap lingkungannya, selain mendesain sekolah seolah-olah berada di alam terbuka sekolah juga memiliki program tahunan yaitu camping dimana peserta didik diajak untuk merasakan hidup di alam terbuka selama beberapa hari dan itu akan memberikan stimulus kepada mereka mengenai lingkungan dan alam.
5. Profil Departemen Inklusi
Departemen Inklusi merupakan satuan unit dari Lembaga Pendidikan Citra Alam yang bertanggung jawab terhadap layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang bersekolah di Sekolah Citra Alam. Beragamnya kekhususan yang dimiliki peserta didik mengharuskan adanya perlakuan khusus yang diberikan kepada mereka, guna meningkatkan kemampuan dan kemandirian mereka. Departemen ini merupakan payung yang melindungi anak-anak berkebutuhan khusus dalam mendapatkan haknya. Selain itu departemen inklusi juga bertanggung jawab atas ketersediaannya GPK (Guru Pendamping Khusus) yang bertugas mendampingi proses belajar peserta didik baik dari mulai perekrutan hingga penempatan, serta bekerjasama dengan psikolog untuk memantau kebutuhan peserta didik yang membutuhkan pendampingan. Departemen ini juga secara berkelanjutan berhak mengawasi kinerja GPK dan pelaksanaan program Individual Educatinal Programme (IEP) yang dibuat oleh GPK, untuk melaksanakan tugasnya kepala departemen inklusi berkoordinasi dengan kepala sekolah. Adapun struktur organisasi departemen inklusi sebagai berikut:
Bagan 4.1 Struktur Departemen Inklusi Sumber: http://departemeninklusisca.com/
6. Visi Departemen Inklusi
Sebagai sebuah unit yang berdiri sendiri, departemen inklusi memiliki visi sebagai berikut:
1) Memberikan perubahan positif kepada sekolah Citra Alam terutama dalam menangani masalah ABK, baik menyangkut program maupun pelaksanaan di lapangan.
2) Memberikan perubahan positif kepada guru-guru dengan adanya program dan pola yang terstruktur untuk ABK, sehingga ini akan meningkatkan pemahaman guru terhadap ABK.
3) Memberikan perubahan positif kepada anak-anak Special Needs dalam meningkatkan kualitas akademik dan personal.
4) Memberikan pemahaman baru kepada orang tua, langkah - langkah yang diambil orangtua untuk meningkatkan kualitas anak terutama di area sekolah.
5) Memberikan pemahaman baru kepada orangtua tentang peran Guru Pembimbing Khusus di area sekolah.
6) Kehadiran Guru Pembimbing Khusus di sekolah dapat memberikan energi positif, untuk membantu meningkatkan kualitas anak- anak Special Needs atau ABK di sekolah.62
Rumusan visi tersebut terlalu banyak dan beragam sehingga tidak praktis dan tidak sesuai dengan prinsip perumusan visi pada sebuah lembaga, sebaiknya visi dibuat dalam satu paragraf atau bukan berupa poin seperti yang ada saat ini. Selain itu sebaiknya di dalam visi dicantumkan waktu yang jelas kapan visi tersebut akan dicapai.
Meski demikian secara keseluruhan program yang dirancang oleh departemen inklusi sudah dapat dikatakan mengacu pada visi yang ada.
Terutama jika dikaitakan dengan visi memberikan perubahan positif kepada peserta didik berkebutuhan khusus, hal tersebut diwujudkan dengan program life skills, dimana program ini bertujuan untuk menggali, mengembangkan sekaligus membangun potensi yang dimiliki peserta didik dalam hubungannya dengan keterampilan hidup sehingga mereka dapat memberi kontribusi yang baik dalam interaksi sosial di masyarakat. Adapun program life skills tersebut terdiri dari tujuh program yaitu spiritual skills, communication skills, social skills, emotional skills, academic skills, motorik skills, dan character building.
7. Misi Departemen Inklusi
Adapun untuk mewujudkan visinya, berikut adalah langkah yang dilakukan departemen inklusi yang dituangkan dalam misi:
1) Menjadi tempat orangtua ABK untuk berkomunikasi secara intensif untuk meningkatkan kemampuan ABK di sekolah.
2) Menjadi tempat para guru Citra Alam untuk membahas penanganan ABK apabila di lapangan para guru mendapatkan masalah dari guru pendamping atau ABK itu sendiri.
3) Menjadi tempat yang tepat untuk orang tua mendapatkan guru pendamping yang tepat di sekolah.
4) Menjadi Mitra yang handal untuk orang tua, dimana Departemen Inklusi harus menjadi tempat yang sangat respon terhadap masalah anak didiknya.
5) Menjadi tempat generasi muda yang memiliki dedikasi tinggi terhadap pendidikan, untuk menjadi tenaga pendidik yang berkualitas.
62Websaite Departemen Inklusi (http://departemeninklusisca.com/),diakses pada 13.02.2017-12.05 WIB.
6) Menjadi tempat yang bisa menjadi tolok ukur keberhasilan Citra Alam sebagai salah satu sekolah inklusi.63
Terkait dengan misi sebagai tempat komunikasi dan mitra handal untuk orang tua, departemen mewajibkan seluruh GPK untuk mengisi buku laporan harian yang di dalamnya menceritakan kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam satu hari penuh sehingga orang tua mengetahui lebih jelas mengenai kegiatan anaknya. Adapun terkait dengan misi untuk menjadi tempat para guru membahas penangan ABK, departemen selalu melakukan rapat koordinasi dengan seluruh GPK secara berkala yaitu dua kali dalam satu bulan.
Sedangkan misi untuk menjadi tempat bagi orang tua mendapatkan guru pendamping, departemen membuat sistem perekrutan bagi calon GPK dan melakukan seleksi yang terdiri dari beberapa tahap.
Rumusan misi ini sebaiknya menjadi rumusan sebuah visi karena kalimatnya menunjukkan tentang hal-hal apa yang ingin diraih oleh departemen bukan tentang langkah apa yang akan dilakukan. Meski demikian program yang dirancang sudah dapat mengacu pada misi.
B. Deskripsi, Analisis, dan Interpretasi Data
Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang di dalamnya memberikan kesempatan bagi seluruh peserta didik untuk mendapatkan pelayanan tanpa terkecuali bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Mengingat begitu banyak hal yang menjadi faktor dalam ketercapaian pendidikan inklusi, maka diperlukan pengelolaan yang baik, dari mulai pengelolaan kurikulum dan pembelajaran, pengelolaan SDM, pengelolan sarana dan prasarana, hingga pengelolaan peserta didik. Berikut ini disajikan hasil temuan yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan inklusi.
1. Pengelolaan Kurikulum dan Pembelajaran
Kurikulum merupakan seperangkat atau sebuah sistem gagasan dan penyusunan tentang isi dan bahan pembelajaran yang menjadi pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu
63Ibid
adanya pengembangan kurikulum baik pada komponen tujuan, isi, metode atau strategi, maupun evaluasi.
Pada komponen tujuan, pendidikan inklusi sudah memiliki tujuan yang jelas yaitu memberikan kesempatan bagi seluruh peserta didik berkebutuhan khusus untuk dapat mengikuti pendidikan dalam satu lingkungan secara bersama dengan peserta didik normal. Di sekolah dasar citra alam sendiri kurikulum yang digunakan ialah kurikulum pendidikan nasional dengan mengkolaborasikan kurikulum sekolah yang berlandaskan Asmaul Husna, sebagai upaya pelaksanaan kurikulum tersebut maka terdapat beberapa hal yang menjadi pembiasaan disekolah yaitu dengan melakukan sholat dhuha berjamaah yang kemudian dilanjutkan dengan doa bersama, setelah itu seluruh peserta didik dituntun untuk melafalkan Asmaul Husna. Adapun kegiatan tersebut dilaksanakan di tempat yang berbeda sesuai dengan tingkatan, yaitu bagi kelas rendah; kelas 1, 2, dan 3 dilaksanakan di dalam kelas masing-masing. Sedangkan bagi kelas tinggi;
kelas 4, 5, dan 6 dilaksanakan di masjid sekolah secara bersama.
Kemudian pada komponen isi dan metode atau strategi, hal itu sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Untuk itu maka guru sebagai pihak yang memiliki peran penting dalam pembelajaran harus dapat merancang perangkat pembelajaran serta menentukan metode atau strategi dengan tepat. Sama halnya dengan sekolah dasar citra alam, guru wajib membuat perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dimaksud ialah berupa Silabus atau dengan nama lain sekolah menyebutnya Lesson Description (LD), dan Rencana Rancangan Pembelajaran (RPP) atau dengan nama lain sekolah menyebutnya Lesson Plan (LP). Salah satu guru kelas mengungkapkan bahwa setiap guru kelas merupakan guru bidang studi yang harus membuat perangkat pembelajaran, adapun format perangkat pembelajaran baik Lesson Description (LD) maupun Lesson Plan (LP) sudah diberikan oleh pihak sekolah, guru hanya perlu membuat
sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.64 Perangkat pembelajaran yang telah dibuat oleh guru kelas diserahkan kepada kepala sekolah pada awal semester sebagai hasil kerja dan kepada seluruh orang tua peserta didik sehingga mereka dapat mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Berkaitan dengan peserta didik berkebutuhan khusus, mereka akan tetap mendapatkan Lesson Description (LD) yang sama dengan teman-teman di kelasnya, hanya saja guru kelas akan berkordinasi kepada GPK terkait kemampuan dan kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus.
Adapun langkah dari pembuatan LP menurut salah satu guru ialah:
1. Pengkajian silabus meliputi: KI dan KD, materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, alokasi waktu, dan sumber belajar
2. Setelah melakukan pengkajian maka guru akan lebih membuat LP dengan mulai mengisi identitas yaitu mata pelajaran, kelas, minggu ke berapa target dicapai, berapa kali periode pertemuan yang direncanakan, tahun ajaran berapa, dan nama guru yang membuat.
3. Kemudian menentukan topik atau materi pelajaran, tidak lupa mencantumkan tema sekolah, menentukan KD dan KI, menentukan tujuan pembelajaran, dan menentukan metode pembelajaran.
4. Guru juga mencantumkan enjoy moment atau yang biasa disebut dengan ice breaking.
5. Kemudian guru menjabarkan langkah dalam kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
6. Setelah itu guru mencantumkan sumber belajar walaupun pada pelaksanaannya menggunakan handout yang telah dibuat guru.
7. Kemudian menentukan teknik penilaian berupa uraian atau pilihan ganda, mencocokkan/menjodohkan, studi kasus, dan sebagainya. 65
64Wawancara Pribadi dengan Guru Kelas, Jakarta, 12 Januari 2017
65Ibid
Berdasarkan temuan di lapangan disinyalir bahwa guru kurang peduli dalam menyusun perangkat pembelajaran. Dari empat orang guru kelas hanya tiga orang yang sudah selesai menyusun perangkat pembelajarannya. Padahal kita tahu bahwa LP dikumpulkan pada awal tahun pembelajaran. Adapun perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru sangat sederhana dan bahasa yang digunakan pun belum operasional sehingga masih sulit untuk menilai sejauh mana ketercapaian yang sudah diraih peserta didik. Tidak hanya itu, meskipun sudah dapat format pembuatan LP namun dari keempat guru menunjukkan LP yang yang berbeda-beda dalam sistematika penulisannya. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa perancangan perangkat pembelajaran yang merupakan bagian dari proses perencanaan belum dilaksanakan dengan baik oleh guru kelas. Untuk mengetahui lebih jelas, berikut adalah contoh LP kelas 5 SD Sekolah Citra Alam:
Gambar 4.1 LP kelas 5 SD Citra Alam Sumber: Dokumen Guru Kelas