• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi, Analisis, dan Interpretasi Data

2. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pada pelaksanaannya pendidikan inklusi melibatkan banyak pihak, namun terdapat dua pihak yang dinilai cukup berperan yaitu guru, baik guru kelas atau guru mata pelajaran dan guru pendamping khusus (GPK).

Guru kelas dan GPK merupakan sumber daya manusia yang dirasa sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan inklusi, hal tersebut dikarenakan keduanya memegang kendali atas proses pembelajaran yang

dilaksanakan baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Selain itu, GPK merupakan pihak yang paling banyak melakukan interaksi kepada peserta didik berkebutuhan khusus sehingga ketercapaian pendidikan dapat dilihat dari bagaimana GPK membimbing dan mengarahkan peserta didiknya.

Berikut merupakan data guru kelas yang terdapat di Sekolah Dasar Citra Alam, dimana data tersebut sangat minim dikarenakan kurang baiknya pengelolaan data pendidik dan kependidikan di sekolah.

a) Guru Sekolah Dasar Citra Alam

Tabel 4.5

Data Guru Kelas Sekolah Dasar Citra Alam

NO NAMA GURU

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

MATA PELAJARAN YANG DIAMPU

TUGAS TAMBAHAN

1 Ahmad Hantoro S1 Hukum

Islam PAI, BBQ Team Teaching

2 Epip

Yukhipipa

S1 Tarbiyah

Dan Pendidikan Guru Kelas

3 Mimin

Minarsih

S1 Pendidikan

Bahasa Inggris B. Inggris Team Teaching

4 Nuris Andri S1 Sastra

Inggris B. Indonesia Team Teaching

5 Farida Ariyani S1 Biologi Guru Kelas

6 Siti Mulya Agnah

S1 Tarbiyah

Dan Pendidikan Guru Kelas

7 Zuhrah Bina Dari

S1 Pendidikan

Bahasa Inggris English Guru Kelas

8 Hesty

Rosyidah

S1 Hukum

Islam PAI Team Teaching

9 Ristania

Fidiani IPS, PKN Team Teaching

10 Hanistiya Eka D

S1 Pendidikan

Bahasa Inggris English Guru Kelas

11 Basitoh

Djaelani Sains Guru Kelas

12 Rengki Antika S1 Pendidikan

Agama Islam PAI, BBQ Team Teaching

13 Ajeng Dyta Nurhidayah

S1 Pendidikan

Matematika Matematika Team Teaching 14 Salahuddin Al S1 Bisnis

Syari'ah IPS, PKN Guru Kelas

15 Hesti

Puspaningrum S1 Psikologi Guru Kelas

16 Ibnu S1 Bahasa Arab PAI Team Teaching

17 Muhammad

Fadhli B. Indonesia Team Teaching

18 Etika Istanti S1 Pendidikan

Matematika Matematika Team Teaching

19 Indah

Hermyati

S1 Pendidikan

Bahasa Inggris B. Inggris Guru Kelas 20 Melsa Agusri S1 Pendidikan

Matematika Matematika Guru Kelas 21 Neng Syifa

Fauziah S1 Fisika IPA Guru Kelas

22 Abdul Aziz BBQ Team Teaching

23 Sapto Budi R D3 Sejarah

Pariwisata B. Indonesia Team Teaching 24 Azizah

Ramadhani

S2 Psikologi

Pendidikan B. Inggris Guru Kelas 25 Mahmudah

Askania Ulfah

S1 Pendidikan

Agama PKN Team Teaching

26 Wawan Fahmi S1 Pendidikan

Islam B. Indonesia Guru Kelas

37 Novia

Syahbanu S1 Psikologi IPA Guru Kelas

28 Muzdalifah S1 Sastra

Inggris B. Inggris Team Teaching 29 Bagus S

Purdiyanto S1 Pendidikan Matematika Team Teaching

30 Anwar

Fathoni

S1 Hukum

Islam PAI, BBQ

31 Dian Ika P S1 Pendidikan

Biologi LH

32 Ade

Darmawan

S1 Pendidikan Agama Islam

HOP (Health, Outbond,

Physical Education)

33 Guntur Aguste S1 Seni Rupa Kesenian 34 Siti Hamimah S1 Pendidikan

Agama Islam PAI

35 Abdurrahman

Siddiq S1 Seni Rupa Musik

36 Fahrur Rizal S1 Sastra Arab Drama 37 Tuti Alawiyah S1 Kesehatan

Masyarakat Kesenian 38 Ato Sugiarto S1 Politik Islam PAI

39 Madanih BBQ

40 Projo Musik

Terdapat empat puluh orang guru dan asistennya yang disebut dengan team teaching, dimana seluruh guru dan asistennya merupakan karyawan dengan sistem kontrak selama satu tahun. Dari data yang ada dapat dilihat bahwa tidak sedikit guru yang memiliki latar belakang bukan dari bidang pendidikan, dan nampak juga bahwa sebagian besar guru yang mengampu pelajaran tidak sesusai dengan latar belakang pendidikan yang mereka miliki. Dari data tersebut juga diketahui bahwa terdapat beberapa kolom latar belakang pendidikan yang tidak terisi dikarenakan tidak tersedianya data oleh Tata Usaha (TU), hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan data atau dokumen tenaga pendidik dan kependidikan belum terlaksana secara baik.

Adapun roses perekrutan hingga penempatan guru sepenuhnya diambil alih oleh pihak manajemen atau yayasan, kepala sekolah hanya mengajukan kebutuhan seperti guru kelas, team teaching, maupun guru bidang studi kepada pihak yayasan. Atas permintaan Kepala Sekolah maka yayasan akan membuat perekrutan dan seleksi terhadap calon guru serta menempatkannya sesuai dengan kebutuhan sekolah. Proses perekrutan dilakukan dengan membuka lowongan bagi para calon guru, kemudian melakukan wawancara, tahap selanjutnya ialah tes psikotes dan tes

akademik, dilanjutkan dengan melihat bagaimana guru mempraktikan cara mengajar di kelas.

Bagi yayasan latar belakang pendidikan bukan menjadi hal atau syarat untuk menjadi guru, experience (pengalaman) juga tidak berbanding lurus dengan kompetensi dan menjadikan seseorang berbeda, selain itu yayasan juga memperhatikan passion calon guru karena baginya ketika seseorang mendapatkan passion maka orang itu akan lebih bisa melengkapi empat kompetensi yang harus dimiliki dan bahkan bisa lebih sesuai dengan kondisi sekolah.

Kesesuaian antara bidang studi mata pelajaran yang diampu dengan latar belakang pendidikan sangatlah penting karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja guru baik kinerja secara akademik maupun administratif. Hal tersebut dibuktikan pada saat peneliti meminjam RPP atau yang disebut dengan Lesson Plan (LP) dan silabus yang disebut dengan Lesson Description (LD). Banyak guru yang tidak membuat dengan alasan tidak begitu mengerti dan bahkan tidak menjadi sesuatu yang penting bagi kepala sekolah. Tidak hanya itu, pada penyampaian materi beberapa guru merasa kesulitan dan harus mencari informasi serta belajar lebih banyak mengenai materi ajar yang akan disampaikan mengingat itu bukan bidangnya, mungkin bagi sekolah tidak berpengaruh besar namun bagi peserta didik itu dapat mempengaruhi proses belajar mereka. Karena seharusnya apabila guru mengampu sebuah mata pelajaran dia sudah memiliki sepenuhnya pelajaran tersebut, bukan justru baru belajar kemudian menyampaikan, adapun jika belajar dikarenakan adanya hal baru serta pengembangan pada mata pelajaran yang diampunya.

Hal itu pun menjadi tugas tambahan bagi kepala sekolah untuk melakukan pelatihan, pembinaan, penguatan, dan coaching bagi guru yang dirasa belum dapat memenuhi standar sekolah terutama standar dalam mengajar. Untuk itu berbagai pelatihan, pembinaan, penguatan, dan coaching dilakukan sebanyak dua kali dalam sebulan, namun apabila sangat mendesak maka dilakukan dalam bentuk masif. Untuk

pengadaannya pun Kepala Sekolah menghubungi yayasan, apabila dilakukan secara masal maka akan disiapkan oleh pihak yayasan namun apabila dilakukan bagi satu orang guru maka dilakukan secara individual oleh kepala sekolah. Lebih lanjut kepala sekolah mengungkapkan bahwa dalam melakukan pengawasan dan penilain bagi guru, sekolah memiliki pedoman khusus yang menjadi dasar penilaian, di dalamnya terdapat beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh guru, yaitu meliputi Lesson Plan, Teaching Strategy, Classroom management, Individual differentation, Evaluation.71

Untuk mengawasi dan menilai kinerja guru, kepala sekolah melakukan observasi yang disebut dengan observasi supervisi terbuka. Observasi ini dilakukan dengan memberitahu guru terlebih dahulu bahwa akan adanya penilaian dari kepala sekolah sehingga guru dapat mempersiapkan dengan baik. Observasi dilakukan satu kali dalam setiap semeseter, dan hasil dari penialaian nantinya akan diberikan kepada masing-masing guru untuk menjadi bahan evaluasi, sehingga guru dapat mengetahui apa yang menjadi kekurangan dan kelebihannya serta dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan kinerjanya pada semester yang akan datang. Pada penilaian ini, hasil kerja guru yang berupa LP, LD, soal, handout materi, dan kisi- kisi akan dikumpulkan untuk kemudian dipastikan bahwa sajian tersebut sudah baik sehingga akan nyaman bagi orang tua dan peserta didik, tepat, serta bermanfaat.72 Dengan begitu guru akan lebih memperhatikan hasil kerjanya sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Sedangkan unutk mengawasi proses pembelajaran kepala sekolah melakukan observasi supervisi tertutup, yaitu dengan melihat proses pembelajaran secara langsung baik di kelas maupun di luar kelas, hanya saja pengawasan yang dilakukan tidak terjadwal. Adapun pelaksanannya dilakukan sekitar 5-10 kali dalam satu tahun.73

71Dokumen Lembar Observasi Guru Kelas

72Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah, Jakarta, 4 Februari 2017

73Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah, Jakarta, 4 Februari 2017

Berdasarkan hasil studi dokumen yang dilakukan, berkaitan dengan pengawasan dan penilaian kinerja guru, pengawasan sudah dilakukan dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan pada awal peneliti melakukan observasi dan studi dokumen dengan meminta LP pada guru kelas, masih terdapat beberapa guru yang belum menyelesaikan hasil kerjanya, padahal kita tahu bahwa seharusnya LP dikumpulkan pada awal semester. Tetapi ketika satu bulan berlalu dan peneliti meminta untuk kedua kalinya guru tersebut memberikan dengan alasan bahwa kepala sekolah sudah melakukan pengawasan yang menuntut guru untuk menyelesaikan dan mengumpulkan LP. Dari contoh peristiwa tersebut terlihat bahwa kepala sekolah benar-benar melakukan tugasnya. Bahkan kepala sekolah juga mengungkapkan bahwa ada guru yang beberapa kali merivisi hasil kerjanya baik itu berupa LP, LD, maupun handout hal itu bertujuan untuk mencari hasil terbaik yang dapat diperoleh.74 Pengawasan dan penilaian terhadap kinerja guru menjadi hal prioritas bagi kepala sekolah mengingat bahwa sebagian besar guru bukan berlatarbelakang pendidikan sehingga memberikan tugas tambahan bagi kepala sekolah untuk melakukan monitoring lebih jauh guna mengetahui apakah guru sudah dapat memaksimalkan kemampuannya dalam mengajar atau masih harus mendapatkan coaching maupun pembinaan.

Adanya proses pengawasan tentu tidak luput dari proses tindak lanjut, adapun tindak lanjut yang dilakukan oleh kepala sekolah ialah berupa pelatihan tertentu bagi guru yang membutuhkan. Kepala sekolah mengungkapkan bahwa tindak lanjut yang dilakukan tidak harus menunggu akhir semester maupun akhir tahun namun apabila dirasa mendesak maka kepala sekolah memanggil guru yang bersangkutan untuk kemudian melakukan diskusi terkait hal yang menjadi kendala.75

Salah satu guru kelas mengungkapkan bahwa pengawasan yang dilakukan kepala sekolah selama ini bersifat membangun guru karena dari

74Ibid

75Ibid

pengawasan ini guru dapat banyak belajar, ditambah jika melihat hasil penilaian yang diberikan pada setiap akhir semester juga pelatihan dan pembinaan yang diberikan bagi guru yang memang membutuhkan. Hal itu sangat berpengaruh terhadap motivasi guru untuk terus meningkatkan kemampuan.76

Dengan begitu maka pengawasan kepala sekolah terhadap kinerja guru secara keseluruhan dikatakan sudah baik. Ditambah dengan adanya tindak lanjut berupa pelatihan dan pembinaan yang juga melibatkan pihak yayasan apabila guru yang membutuhkan pelatihan berjumlah banyak, adanya pelatihan tersebut diharapkan dapat memberi perubahan bagi kompetensi yang dimiliki guru.

b) Guru Pendamping Khusus

Layaknya data guru kelas, data guru pendamping khusus pun sangat minim sehingga hanya tersedia mengenai nama dan latar belakang pendidikan. Berikut adalah data guru pembimbing khusus:

Tabel 4.6

Data Guru Pendamping Khusus Sekolah Dasar Citra Alam

No Nama GPK Latar Belakang Pendidikan

1 Maulidia Novita SMA

2 Neni Rodiah SMA

3 Intan Noor Habibah S1

4 Zara Saskia S1 (Psikologi)

5 Anggi Saputra S1 (Pendidikan Agama Islam)

6 Laili Rahminiar SMA

7 Qoyum Nur Safitri S1 (Manajemen)

8 Dwi Putri Khairunissa S1 (Bimbingan Konseling)

9 Intania Ramadhanie S1 (Psikologi)

10 Firda Nur Isnaini S1

11 Faridha Rahmawati S1

76Wawancara Pribadi dengan Guru Kelas, Jakarta 10 Januari 2017

12 Linda Lestari S1

13 Dewi Mulyati D3 (Bahasa Inggris)

14 Marlinah SMA

15 Suryadi S1 (Sastra Indonesia)

16 Syavira Dianamity S1

17 Lilis Sulistyo Rini S1

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan didapati bahwa sebagian besar dari GPK bukanlah lulusan pendidikan luar biasa, pihak departemen inklusi layaknya yayasan memang tidak terlalu mempermasalahkan latar belakang GPK sehingga mereka benar-benar tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai terhadap anak berkebutuhan khusus. Sedang dengan pengetahuan dan pengalaman yang minim tersebut tugas GPK tidak bisa dikatakan mudah, karena secara umum mereka bertugas untuk mengawasi peserta didiknya selama proses pembelajaran disekolah, memodifikasi rencana rancangan pembelajaran, materi, hingga instrument penilaian, mereka juga bertanggung jawab atas Individual Educational Programme (IEP), dan menjadi jembatan antara orang tua peserta didik dengan guru kelasnya.

Untuk memenuhi kebutuhan GPK bagi sekolah, departemen inklusi memiliki wewenang melakukan perekrutan dan penyeleksian bagi para calon GPK.

Apabila departemen inklusi sudah mendapatkan informasi dan melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan psikolog terkait kebutuhan GPK bagi peserta didik, maka pihak departemen inklusi akan mencari GPK melalui perekrutan yang biasanya diadakan di awal tahun. Lebih lanjut koordinator lapangan departemen inklusi mengungkapkan alasan perekrutan GPK di awal tahun ialah dengan tujuan memudahkan proses penyusunan program, namun tidak menutup kemungkinan proses perekrutan dibuka di pertengahan pembelajaran hal itu disebakan karena adanya permintaan orang tua peserta didik.77 Proses selanjutnya ialah seleksi dari mulai wawancara calon GPK, tes akademik dan non akademik,

77Ibid

dan tes bakat bagi calon GPK. Calon GPK yang sudah dinyatakan lulus akan mengikuti proses observasi terhadap peserta didik berkebutuhan khusus, proses terakhir ialah penempatan yang disesuaikan dengan tes akademik, apabila hasil tes akademiknya baik maka akan ditempatkan di kelas atas namun sebaliknya jika hasil tes akademiknya tidak bagus maka akan ditempatkan di kelas rendah.

Selain penempatan dalam bidang akademik, terdapat pula penempatan berdasarkan bakat untuk mengakomodir bakat yang dimiliki peserta didik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa proses perekrutan dan penyeleksian bagi GPK, pihak departemen inklusi hanya melihat hasil tes yang telah dilakukan tanpa melihat latar belakang pendidikann calon GPK, padahal hal itu sangat penting untuk diperhatikan karena perlu penanganan dan perlakuan tersendiri untuk menghadapi peserta didik berkebutuhan khusus. mereka tidak diberi pelatihan khusus baik ketika akan memulai mendampingi peserta didik maupun setelah menjadi guru pendamping khusus. Untuk menambah wawasan tugas sebagai GPK departemen inklusi menyarankan para GPK untuk mengikuti pelatihan di luar, dan melakukan koordinasi dengan GPK secara berkala, jika mengalami kendala selama proses pembelajaran di kelas maka, GPK berkoordinasi dengan koordinator lapangan departemen inklusi.

Sebagai pihak yang yang bertanggung jawab terhadap layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus, kepala departemen inklusi melakukan pengawasan dan penilaian kinerja GPK dengan memonitoring proses pembelajaran setiap harinya, hal tersebut juga tidak hanya dilakukan oleh kepala departemen akan tetapi dibantu oleh koordinator departemen inklusi. Adapun bentuk lain dari pengawasan dan penilaian ialah dengan mengharuskan seluruh GPK untuk membuat laporan. Salah satu GPK mengungkapan terdapat tiga laporan yang harus dibuat oleh GPK yaitu:

- Daily Report.

- Mounthly Report

- Progress Report Tri Wulan78

Daily Report merupakan laporan kegiatan masing-masing peserta didik pada setiap harinya dimana laporan ini diberikan kepada orang tua peserta didik berkebutuhan khusus sehingga mereka dapat mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan dan berfungsi sebagai jembatan antara orang tua dengan GPK. Sedangkan mounthly report merupakan rangkuman daily report, dimana pada penyusunan laporan tersebut GPK berkoordinasi dengan guru kelas dan kemudian melaporkannya kepada koordinator lapangan. Adapun Progress Report Tri Wulan adalah rangkuman dari mounthly report laporan ini berisi materi yang disampaikan guru di kelas selama satu bulan, dan hasil kemampuan peserta didik, jika dinilai mampu maka IEP dilanjutkan dan jika tidak maka GPK akan menurunkan indikator pencapaiannya, adapun laporan ini di tandatangani oleh guru kelas, GPK, dan koordinator kurikulum. Dan setiap enam bulan sekali GPK harus menyerahkan IEP beserta seluruh laporannya untuk sama-sama dibahas oleh guru, psikolog, dan orang tua sehingga semua pihak memahami program apa saja yang diberikan oleh GPK untuk peserta didiknya.

Kepala departemen inklusi memberikan wewenangnya kepada koordinator lapangan untuk mengumpulkan seluruh laporan tersebut.

Laporan tersebut akan dijadikan landasan bagi kepala departemen inklusi untuk melakukan penilaian dan evaluasi. Selain mengharuskan GPK membuat laporan sebagai hasil kerja, koordinator lapangan menyebutkan bahwa dalam menilai kinerja GPK kepala koordinator departemen inklusi juga memiliki pedoman penilaian yang berisi mengenai kriteria yang harus dimiliki oleh GPK, yaitu:

a. Disiplin, meliputi absensi, pengumpulan laporan, mengikuiti evaluasi, mengikuti briefing.

b. Kreatifitas, meliputi pembuatan program (IEP akademik dan IEP non akademik), pembuatan bahan ajar, pemberian materi dan penanganan

78Wawancara Pribadi dengan GPK, Jakarta, 24 Januari 2017

peserta didik, dan pelaksanaan (IEP akademik, IEP non akademik, evaluasi program).

c. Inisiatif, meliputi bertanya dan melaporkan suatu peristiwa penting dan menyelesaikan masalah.

d. Koordinasi, meliputi absensi, departemen, orang tua, perijinan, pembuatan bahan ajar dan penanganan siswa.

e. Attitude/sikap, meliputi departemen (pimpinan, teman sejawat), orang tua, dan terhadap lingkungan belajar di sekolah.

f. Penanganan ABK, meliputi KBM di lingkungan SCA, KBM di luar lingkungan SCA, di luar akademik (sebagai Probem Solver, sosialisasi anak, penanganan tantrum, keselamatan anak, toilet training, dll).

g. Kepatuhan terhadap departemen, meliputi aturan/kebijakan, instruksi/tugas-tugas yang diberikan, dan pelaksanaan S.O.P.

h. Sosialisasi, meliputi lingkungan SCA, orang tua, dan pihak yang kompeten.

Berdasarkan studi dokumen yang dilakukan, pengawasan dan penilaian kinerja GPK yang dilakukan oleh kepala departemen inklusi sudah baik hal itu dibuktikan dengan adanya dokumen mengenai form penilaian kinerja GPK sebagai pedoman penilaian. Tidak hanya itu bukti lain ialah ketika peneliti melakukan studi dokumen, didapati bahwa IEP yang dibuat oleh GPK terselesaikan di awal semester hal itu menandakan bahwa kepala departemen sangat memperhatikan hal tersebut. Tidak hanya itu hasil penilaian yang diberikan oleh kepala departemen inklusi juga akan berdampak banyak terhadap kinerja guru, hal lain yang juga menjadi motivasi perbaikan kinerja ialah adanya bonus setiap yang diberikan oleh kepala departemen untuk GPK yang memiliki nilai tertinggi, dan sebaliknya akan ada teguran bagi GPK yang memiliki nilai terendah. Adapun koordinator lapangan menjelaskan bahwa nilai-nilai yang diberikan pada setiap bulan dan berdampak pada pemberian bonus ialah nilai terhadap bagaimana GPK menjalankan SOPnya.

Banyaknya laporan

yang harus diselesaikan oleh GPK juga menjadi alat bagi kepala departemen untuk melakukan pengawasan dan penilaian, karena dari laporan tersebut dapat diketahui sejauh apa IEP tercapai dan dengan ketercapaiannya tersebut menggambarkan bagaimana kinerja GPK.

Selain itu kepala departemen inklusi juga melakukan pengawasan pembelajaran yang dilakukan dlam tiga bentuk, yaitu:

1. Pengawasan harian, dilakukan setiap hari di awal pembelajaran berlangsung, kegiatan ini juga sebagai sarana untuk melihat kehadiran GPK.

2. Sidak, dilakukan secara tiba-tiba tanpa diberitahu sebelumnya bahwa akan ada kepala departemen inklusi yang masuk dalam kelas untuk melihat bagaimana proses pembelajaran berlangsung, dilakukan kapan saja jika dibutuhkan.

3. Pengawasan ketika tantrum, dilakukan ketika peserta didik mengalami tantrum, biasanya pengawasan diwakilkan oleh koordinator lapangan untuk melihat sejauh mana GPK dapat menangangi peserta didik.

Setiap pengawasan dan penilaian harus memiliki tindak lanjut agar perubahan dari hasil pengawasan dan penilaian dapat dirasa. Bagi kepala departemen inklusi dan koordinator lapangan, tindak lanjut yang dilakukan tidaklah harus menunggu akhir semester melainkan pada saat itu juga apabila terlihat sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan GPK, lebih lanjut koordinator menjelaskan bahwa biasanya kepala departemen akan memanggil guru yang bersangkutan pada akhir pembelajaran atau disampaikan pada pertemuan rutin.79

Adapun kesan salah satu GPK terhadap pengawasan yang dilakukan oleh kepala departemen maupun koordinator lapangan departemen inklusi ialah keduanya telah memberikan banyak kesempatan bagi GPK untuk terus menigkatkan kinerja, ditambah dengan hasil penilaian yang diberikan pada setiap akhir semester dan adanya bonus bagi nilai tertinggi membuat

79Wawancara Pribadi dengan Kepala Koordinator Lapangan, Jakarta, 4 Februari 2017

GPK lebih termotivasi untuk terus memberikan yang terbaik.80 Dengan demikian pengawasan dan penilaian kinerja yang dilakukan oleh kepala departemen inklusi secara keseluruhan sudah baik, adapun proses tindak lanjut yang dilakukan juga menggambarkan bahwa pihak departemen tidak membiarkan sebuah masalah berlarut sehingga tindakan harus dilakukan pada saat itu juga. Dengan begitu GPK akan lebih cepat dan mudah mengetahui apa yang menjadi kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

Pengawasan yang dilakukan oleh kepala departemen inklusi sudah baik terlebih didukung oleh kerjasama dengan koordinator lapangan, hal tersebut dibuktikan dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti yang menunjukkan bahwa kepala departemen inklusi dibantu dengan koordinator lapangan secara konsisten selalu melakukan pengawasan pembelajaran baik secara harian, sidak, maupun tantrum.

Hal tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara GPK yang mengungkapkan bahwa keduanya secara bergantian keliling kelas untuk memastikan kehadiran GPK, kemudian bagi koordinator lapangan ditugaskan untuk membantu GPK apabila terjadi tantrum pada peserta didik. Dengan adanya pengawasan tersebut GPK merasa sangat terbantu karena akan lebih mudah memberikan penanganan bagi peserta didik.81 Hal tersebut memperlihatkan bahwa kerjasama antara pihak departemen inklusi dengan GPK begitu kuat hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan lingkungan inklusi di sekolah.

Dokumen terkait