• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi dan Karakteristik Anak Tunadaksa

Dalam dokumen Pendidikan Inklusif dan Difabel (Halaman 124-133)

BIMBINGAN BAGI TUNA DAKSA

B. Klasifikasi dan Karakteristik Anak Tunadaksa

Sama seperti anak berkelainan lainnya, anak tunadaksa dilihat dari jenis dan karakteristiknya memiliki gradasi yang berbeda. Perbedaan berat-ringannya gradasi ketunadaksaan, baik tunadaksa ortopedi maupun neurologis, berpengaruh pada layanan pendidikannya.

Anak tunadaksa ortopedi ialah anak tunadaksa yang mengalami kelainan, kecacatan, ketunaan tertentu pada bagian tulang, otot tubuh atau derah persendian, baik yang dibawa sejak lair, maupun yang diperoleh karena penyakit atau kecelakaan sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh secara normal.8

Menurut ilmu kedokteran, penderita cacat tubuh atau tunadaksa ortopedi adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami kelainan yang ditunjukkan pada tubuh atau sebagian tubuhnya yang tetap dan yang sedemikian sifatnya.

Kelainan tersebut merupakan rintangan tersendiri bagi para penderitanya untuk mempertahankan atau mendapatkan suatu lapangan pekerjaan yang selanjutnya dapat ditempatkan berdasarkan bakat, pendidikan, pengalaman, dan pasaran kerja jika ia tidak memiliki kelainan-kelainan tersebut.

Berikut ini merupakan contoh kelainan atau cacat yang termasuk dalam kategori tunadaksa ortopedi. Contohnya seperti kelainan pertumbuhan anggota tubuh atau anggota badan yang tidak berkembang sempurna, cacat punggung, amputansi tangan, lengan, kaki dan lain sebagainya, Adapun Jenis-jenis kelainan yang terjadi pada sistem otot dan rangka antara lain :9

8Mohammad Efendi. Op Cit, hlm. 115

9Agustyawati, Op.Cit, hlm. 112

a. Poliomylitus, yaitu mengalami kelumpuhan otot sehingga otot mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2-6 tahun.

b. Muscle Distrophy, yaitu mengalami kelumpuhan pada fungsi otot yang sifatnya progresif, semakin hari semakin parah. Kondisi kelumpuhannya simetris, yaitu pada kedua tangan atau kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya. Gejala ini dapat terlihat pada usia 3 tahun, yaitu ditandai dengan gerakan-gerakan yang lambat, semakin hari keadaannya semakin mundur, jika berjalan sering jatuh tanpa sebab, hingga akhirnya anak tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya, melainkan harus duduk dikursi roda.

2. Anak Tunadaksa Saraf

Anak Tunadaksa saraf maksudnya ialah anak yang memiliki kelainan akibat gangguan pada susunan saraf di otak. Adapun otak sendiri merupakan pengontrol dan pengendali seluruh aktivitas tubuh yang memiliki jumlah saraf yang menjadi pengendali mekanisme tubuh tersebut, sehingga jika otak memiliki kelainan, maka akan terjadi sesuatu pada organisme fisik, emosi dan mental.10

10Mohammad Efendi, Op.Cit, hlm. 116-117

Mohammad Efendi, dalam bukunya “Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan” menjelaskan bahwa apabila terdapat luka pada bagian otak tertentu, maka efeknya bagi penderita ialah akan mengalami gangguan dalam perkembangan, yang kemudian memungkinkan pula akan berakibat pada ketidakmampuan dalam melaksanakan berbagai bentuk kegiatan. Salah satu kelainan yang dapat terjadi pada gangguan fungsi otak dapat dilihat pada anak yang mengalami cerebral palsy (CP). Cerebral berarti otak, dan palsy berarti ketidakmampuan atau gangguan motorik. Jadi, cerebral palsy ini merupakan suatu gangguan aspek motorik yang disebabkan oleh disfungsinya otak.

Berbagai perubahan gerakan atau fungsi motorik yang tidak normal ini bisa juga disebabkan karena kecelakaan, luka, atau terdapat penyakit pada susunan saraf yang terdapat pada rongga tengkorak.

Terganggunya fungsi motorik tersebut, secara otomatis dapat menyebabkan penderitanya mengalami rentetan kesulitan yang selanjutnya kemungkinan besar dapat mempengaruhi kesulitan pada belajar, masalah- masalah kejiwaan, kelainan sensoris, kejang-kejang, maupun penyimpangan perilaku yang bersumber pada fungsi organ tubuhnya. Selain itu, telah ditemui dalam banyak kasus, bahwa luka atau gangguan yang terjadi pada otak atau bagian-bagiannya, baik yang terdapat sebelum kelahiran atau setelahnya dapat

menyebabkan gangguan pada mental, kekacauan bahasa (aphasia), ketidakmampuan membaca (disleksia) ketidakmampuan menulis (agrafia), ketidakmampuan memahami kata-kata (word deafness), ketidakmampuan berbicara (speech defect), ketidakmampuan menghitung (ekalkuli) dan berbagai bentuk gangguan gerak lainnya.

Kerusakan pada sistem saraf pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak itulah yang disebut dengan Cerebral Palcy.11

Berikut ini merupakan pengklasifikasiannya menurut derajat kecacatan, topografi anggota badan yang cacat, serta sosiologi kelainan geraknya.

a. Penggolongan Menurut Derajat Kecacatan

Menurut derajat kecacatan, Cerebral Palsy ini dapat digolongkan menjadi golongan ringan, sedang dan berat.12

11Agustyawati, Op.Cit, hlm. 109

12Ibid.

1) Golongan ringan : Mereka dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama anak normal lainnya, meskipun cacat tapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.

2) Golongan sedang : Mereka yang membutuhkan treatment atau latihan khusus untuk berbicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri. Golongan ini memerlukan alat-alat khusus untuk membantu menolong gerakannya, seperti brace untuk menyangga kaki, kruk atau tongkat sebagai penopang untuk berjalan. Dengan pertolongan secara khusus tersebut, mereka diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.

3) Golongan berat : Mereka tetap membutuhkan peralatan dalam ambulasi, berbicara, dan menolong dirinya sendiri. Mereka tidak dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat.

b. Penggolongan Menurut Topografi

Jika dilihat dari topografi atau banyaknya jumlah anggota tubuh yang mengalami kelumpuhan, cerebral palsy ini diklasifikasikan menjadi 6 golongan, yaitu :13

1. Monoplegia, yaitu hanya satu anggota gerak yang lumpuh, misalnya kaki kiri, sedangkan kaki kanan dan kedua tangannya normal.

2. Hemiplegia, yaitu lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri.

3. Paraplegia, yaitu lumpuh pada kedua tungkai kakinya.

4. Diplegia, yaitu lumpuh pada kedua tangan kanan dan kiri, atau kedua kaki kanan dan kiri.

5. Triplegia, yaitu tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.

13Ibid, hlm. 110

6. Quadriplegia/tetraplegia, yaitu mengalami kelumpuhan seluruh anggota geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan kedua kakinya.

c. Penggolongan Menurut Fisiologi

Kelainan gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik) dibedakan menjadi :

1) Spastik, ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian maupun seluruh otot. Kekakuan tersebut terjadi saat akan digerakkan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan ini akan semakin bertambah, akan tetapi sebaliknya, gejala itu akan berkurang jika penderitanya berada dalam kondisi yang tenang.

Gejala spastik dapat terjadi karena lapisan luar otak (khususnya lapisan motor) bidang piramida dan beberapa kemungkinan ekstra piramida yang berhubungan dengan pengontrolan gerakan sadar tidak berfungsi sempurna.14

14Mohammad Efendi, Op.Cit, hlm. 119

2) Athetoid, yaitu kondisi dimana tidak terdapat kekejangan atau kekakuan, akan tetapi justru otot-otot dapat digerakkan dengan sangat mudah, namun hampir semua gerakan terjadi di luar kontrol diri dan koordinasi gerak mereka. Hal ini terjadi karena luka atau gangguan pada bidang piramida yang terletak pada otak tengah maupun otak depan.15

3) Ataxia, yaitu kondisi dimana penderita mengalami gangguan sistem koordinasi, sehingga seakan-akan kehilangan keseimbangan, kekakuan tidak terlihat, tapi mengalami kekakuan tersebut pada saat berdiri atau berjalan. Contoh gangguan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari ialah pada saat makan, mulut terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan masuk ke ujung mulut

4) Tremor, yaitu gerakan-gerakan kecil dan berlangsung terus menerus sehingga tampak seperti getaran-getaran yang biasanya terjadi pada kepala, mata, tungkai dan bibir.

15Ibid, hlm. 121

5) Rigid, yakni kekakuan otot, tetapi tidak seperti spastik, gerakannya tampak tidak ada keluwesan.

Tipe campuran, yakni kondisi dimana penderitanya mengalami dua gejala atau lebih, sehingga akibatnya menjadi lebih berat dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis kecacatan.

Dalam dokumen Pendidikan Inklusif dan Difabel (Halaman 124-133)