• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Tunalaras

Dalam dokumen Pendidikan Inklusif dan Difabel (Halaman 143-149)

BIMBINGAN BAGI TUNA LARAS

A. Pengertian Tunalaras

Tunalaras merupakan satu dari beberapa fenomena psikologi pada anak di dunia pendidikan, khususnya fenomena anak berkebutuhan khusus dan inklusif.

Menurut ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan Nomor 12 Tahun 1952, anak tunalaras ialah individu yang mempunyai tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan norma-norma sosial dengan frekuensi yang cukup besar, kurang mempunyai toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah terpengaruh oleh suasana. Hal tersebut memberikan dampak kesulitan, baik diri sendiri maupun orang lain.1

Pengertian yang hampir serupa dikemukakan dalam dokumen kurikulum SLB bagian E tahun 1977, yang disebut tunalaras adalah :

1. Anak yang mengalami gangguan atau hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang menyesuaikan diri dengan baik, baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

1Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 142

2. Anak yang mempunyai kebiasaan melanggar norma umum yang berlaku di masyarakat

3. Anak yang melakukan kejahatan.2

Berdasarkan ulasan di atas, kita bisa pahami bahwa anak berkebutuhan khusus tidak hanya terbatas pada ciri fisik saja. Seperti pemahaman beberapa individu. Akan tetapi juga mencakup mental maupun emosional. Sesungguhnya, beberapa individu yang awam terhadap pengetahuan ini sudah menyematkan beberapa istilah bagi anak tunalaras. Istilah tersebut menunjukkan ciri maupun dampak dari tunalaras ini.

Hanya saja, tidak semua individu menyadari bahwa anak tersebut membutuhkan penanganan khusus seperti anak berkebutuhan khusus lainnya.

Beberapa istilah yang disematkan kepada anak tunalaras ialah “bad boy” yang diucapkan oleh orang tua kepada anak yang nakal. “Incorrigible” penyebutan para guru kepada anak yang sulit diatur. Para psikolog atau psikiater lebih senang menyebutnya “emotional disturb child”. Para pekerja sosial menyebutnya “social maladjusted child”, sedangkan para hakim menyebutnya “delinquent”.3

2Ibid.

3Ibid, hlm. 142-143

Pemberian sebutan anak berkelainan perilaku (tunalaras) didasarkan pada realitanya bahwa penderita kelainan perilaku mengalami problema interpersonal dan atau interpersonal secara ekstrem. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menyelaraskan perilaku dengan norma umum yang berlaku di masyarakat.

Asumsinya, semakin sering frekuensi dan ekstrimitas penyimpangan perilakunya, semakin berat kategori derajat kelainan perilakunya.4

Meskipun anak tunalaras memiliki kondisi fisik yang normal, akan tetapi kelainan pada emosi dan mentalnya mengharuskan pendidik untuk memberikan penanganan yang khusus, sesuai kebutuhannya. Anak berkebutuhan khusus, termasuk tunalaras berhak mendapat pelayanan dari berbagai aspek, seperti halnya individu normal, terutama pelayanan pendidikan. Hal ini sudah dicantumkan dalam kandungan Undang-Undang.

Undang-Undang Dasar 1945 yang dalam hal ini menyatakan dengan singkat dan jelas bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Dan juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan

4Mohammad Efendi, Op.Cit., hlm. 142

khusus”. Hak masing-masing warga negara untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan, dan ketreampilan tamatan pendidikan dasar.5

Undang-Undang yang tertera di atas telah menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus, baik secara fisik, mental, emosional, intelektual, maupun sosial membutuhkan perhatian khusus dalam dunia pendidikan. Adapun pelayanan yang menangani anak tunalaras serta pendidik yang membimbing anak tersebut dipaparkan pada penjelasan berikut :6

1. Sekolah Luar Biasa bagian Tunalaras, yaitu suatu lembaga pendidikan yang memberikan pelayanan pendidikan secara khusus bagi anak tunalaras. Saat ini penyelenggaraan pendidikan anak tunalaras ialah Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kehakiman, Departemen Sosial, dan lembaga sosial atau yayasan.

2. Kelas Khusus, yakni suatu bentuk pelayanan pendidikan bagi anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus, termasuk anak tunalaras melalui

5Agustyawati, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Ciputat : Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), hlm. 178

6Ibid., hlm. 179-180

kelompok belajar di lembaga pendidikan umum dengan menggunakan kurikulum umum yang berlaku di lembaga pendidikan yang bersangkutan.

3. Guru Pembimbing Khusus atau Guru Bantu, adalah guru khusus yang bertugas di sekolah umum untuk memberikan bimbingan dan pelayanan kepada anak tunalaras yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pendidikan dan sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari di sekolah yang menyelenggarakan program Pendidikan Terpadu bagi anak tunalaras.

Ketiga pelayanan pendidikan diatas merupakan tiga poin utama yang berhak didapatkan oleh anak tunalaras dalam dunia pendidikan. Hak anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunalaras untuk mendapatkan pelayanan pendidikan tercantum dalam beberapa Undang-Undang yang menjadi dasar negara Republik Indonesia, diantaranya :7

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar.

4. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.

7Ibid, hlm. 180

5. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1990 tentang Pendidikan Luar Biasa.

6. Keputusan Mendikbud No. 002/U/1986 tentang Pendidikan Terpadu bagi Anak Cacat.

7. Keputusan Mendikbud No. 0491/U/1992 tentang Pendidikan Luar Biasa.

8. Keputusan Mendikbud No. 0126/U/1994 tentang Kurikulum Pendidikan Luar Biasa.

9. Keputusan Mendiknas No. 031/U/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Pemaparan mengenai makna tunalaras dan siapa saja yang masuk ke dalam golongan anak tunalaras diatas, menginterpretasikan ciri-ciri anak tunalaras yang dapat diidentifikasikan. Adapun ciri-ciri anak tunalaras jika diidentifikasi dari pengertiannya sebagai berikut :8

1. Tidak mampu mendefinisikan secara tepat kesehatan mental dan perilaku yang normal.

2. Tidak mampu mengukur emosi dan perilakunya sendiri.

3. Mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsi sosialisasi.

8Mohammad Efendi, Op.Cit, hlm. 144

Hemat kami, anak tunalaras ialah anak yang memiliki kelainan dalam segi mental dan emosional. Sehingga terinterpretasikan dari perilakunya yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Hal ini memberikan dampak, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Meskipun anak tunalaras tidak memiliki kelainan pada fisik seperti anak berkebutuhan khusus lainnya, dan tidak pula memiliki tingkah laku unik seperti yang lainnya. Akan tetapi, anak tunalaras juga berhak mendapatkan penanganan khusus dalam dunia pendidikan. Hal ini sudah tercantum dalam Undang-Undang sebagai dasar negara Republik Indonesia. Maka sebagai pendidik maupun calon pendidik yang profesional, sudah sepatutnya kita memahami ciri anak tunalaras, agar kita tidak salah dalam mengambil tindakan untuk menghadapinya.

Dalam dokumen Pendidikan Inklusif dan Difabel (Halaman 143-149)