• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode, Media dan Strategi Pembelajaran Bagi Anak Tunarungu

Dalam dokumen Pendidikan Inklusif dan Difabel (Halaman 108-116)

BIMBINGAN BAGI TUNA RUNGU

E. Metode, Media dan Strategi Pembelajaran Bagi Anak Tunarungu

telinga tersebut telah terjadi campuran antara ketunarunguan konduktif dan ketunarunguan perspektif.7

mulutnya dalam berbicara, sehingga dia dapat memahami bagaimana gerak mulut yang benar pada saat mengucapkan suatu kata. Maka ia akan mampu membayangkan dirinya untuk berbicara tanpa cermin, hal ini tentu akan bermanfaat sekali bagi kemampuan membacanya.9 b. Metode Ujar

Metode ujar atau membaca ujar adalah suatu kegiatan pengamatan visual dari bentuk dan gerak bibir lawan bicara saat proses percakapan sedang berlangsung. Membaca ujar juga sering disebut dengan membaca bibir (lip reading). Saat membaca ujar sangat perlu untuk mengamati ekspresi muka lawan bicara dan pengetahuan bahasa turut berperan.10

Metode ujar ini terdapat beberapa kelemahan antara lain :11 1) Tidak semua bunyi terlihat melalui bibir

2) Ada kesamaan bentuk pada bibir untuk beberapa huruf misalnya huruf bilabial (p, b, m) dan delta (t, d, n)

3) Harus selalu berhadapan dengan lawan bicara dengan jarak tidak boleh terlalu jauh

4) Penerangan harus cukup

9Ibid, hlm. 132-133

10Antonius Aris Sudana, Konsep Dasar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta : Familia, 2013), hlm. 5-6

11Ibid, hlm. 6

5) Ucapan dan bentuk tatabahasa harus jelas

6) Saat berbicara tidak boleh terlalu cepat atau lambat 7) Pengucapan kata tidak boleh di kulum atau ditelan c. Metode Manual

Metode manual adalah suatu cara yang digunakan dalam mengajarkan anak tunarungu untuk berkomunikasi dengan orang lain, dengan menggunakan isyarat atau ejaan jari. Menggunakan modalitas gesti-visual anak tunarungu menangkap informasi yang diberikan oleh orang lain.12

Bahasa isyarat pada dasarnya memiliki beberapa komponen antara lain :13

1) Ungkapan badaniah, merupakan semua ekspresi badan, muka (mimik), pantomimik, dan gesti yang dilakukan orang secara wajar dan alamiah.

2) Bahasa isyarat lokal, yaitu ungkapan manual dalam bentuk bahasa isyarat konvensional yang berfungsi sebagai pengganti kata. Bahasa isyarat lokal ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu bahasa isyarat alamiah dan bahasa isyarat konseptual.

12Ibid, hlm. 6

13Ibid, hlm. 6-7

3) Bahasa isyarat formal, adalah bahasa nasional dalam isyarat yang memakai kosa kata isyarat dengan struktur bahasa sama persis dengan bahasa lisan.

d. Metode Komunikasi Total

Dalam implementasinya, metode ini memuat spektrum model berbahasa yang lengkap, yaitu: membedakan gerak atau mimik tubuh anak, bahasa isyarat yang formal, belajar berbicara, membaca ucapan, isyarat jari tangan, serta belajar membaca dan menulis. Dengan komunikasi total, anak tunarungu memiliki kesempatan untuk mengembangkan setiap sisa pendengarannya dengan alat bantu dengar dan atau sistem terpercaya untuk memperbesar kemampuan mendengarnya. Metode komunikasi total adalah sebagian jalan kompromistis antara penganjur pendekatan manual dan penganjur pendekatan oral.14

2. Media Pembelajaran Bagi Anak Tunarungu

Anak tunarungu memiliki media khusus dalam proses pembelajaran, karena mereka memiliki hambatan dalam mendengar dan berbicara.

14Ilun Mullifah, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Learning Assistance Program For Islamic Schools, 2008), hlm. 11

Adapun media yang digunakan antara lain :15

a. Audiometer

Audiometer adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur taraf kehilangan pendengaran seseorang. Melalui audiometer, kita dapat mengetahiu kondisi pendengaran anak tunarungu.

b. Hearing Aids

Dengan menggunakan alat bantu dengar (hearing aids) anak tunarungu dapat berlatih mendengar, baik secara kelompok maupun secara individual. Anak tunarungu yang menggunakan alat ini diharapkan mampu memilah suara-suara mana yang diperlukan, dan dengan bantuan mimik dan gerak bibir dari guru (speech therapist), anak tunarungu tersebut dapat dilatih menangkap arti dari apa yang diucapkan.

c. Komputer

Komputer merupakan alat bantu khusus yang dapat memberikan informasi secara visual. Alat bantu ini sangat membantu bagi anak tunarungu yang mengalami kelainan pendengaran berat.

Keefektifan penggunaan komputer tergantung pada software dan

15Haenudin, Op.Cit, hlm. 113-118

materinya yang harus dapat dimengerti oleh anak tunarungu.

Disamping itu anak tunarungu harus bisa membaca atau paling tidak mampu menginterpretasikan simbol-simbol yang digunakan.

d. Audiovisual

Alat bantu audiovisual dapat berupa bentuk film, video-tapes, TV. Penggunaan audiovisual tersebut sangat bermanfaat bagi anak tunarungu, karena mereka dapat memperhatikan sesuatu yang ditampilkan sekalipun dalam kemampuan mendengar yang terbatas.

e. Tape Recorder

Tape recorder sangat berguna untuk mengontrol hasil ucapan yang telah direkam, sehingga kita dapat mengikuti perkembangan bahasa lisan anak tunarungu dari hari kehari dan dari tahun ke tahun.

Alat ini juga sangat berguna untuk membimbing mereka dalam memperbaiki kemampuan bicara mereka.

f. Spatel

Spatel merupakan alat bantu untuk memperbaiki posisi organ bicara. Dengan menggunakan spatel, kita dapat membetulkan posisi lidah anak tunarungu, sehingga mereka dapat berbicara dengan benar.

g. Cermin

Cermin dapat digunakan sebagai alat bantu bagi anak tunarungu dalam belajar mengucapkan sesuatu dengan artikulasi yang

baik. Disamping itu anak tunarungu dapat menyamakan ucapan melalui cermin dengan apa yang diucapkan oleh guru atau Artikulator (speech therapist). Dengan menggunakan alat ini, guru dapat mengontrol gerakan-gerakan yang tidak tepat dari anak tunarungu, sehingga mereka menjadi sadar dalam mengucapkan konsonan, vocal, kata-kata atau kalimat secara benar.

3. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Tunarungu

Tujuan utama pendidikan bagi anak yang mengalami gangguan pendengaran adalah agar anak mampu mengikuti dan berperan seluas-luasnya dalam seluruh bidang kehidupan di masyarakat. Smith memberikan strategi pembelajaran sebagai berikut :16

a. Anak-anak dengan gangguan pendengaran agar diberikan tempat duduk di depan papan tulis, dan diusahakan jauh dari bunyi-bunyi getaran mesin pemanas maupun AC.

b. Anak-anak tunarungu harus diberi kesempatan yang relatif sama dengan anak normal lainnya dalam kegiatan berbahasa dan berbicara.

c. Jika anak tunarungu menampakan ketidakmengertian atau kebingungan dalam menerima penjelasan dari guru, maka guru harus mengulangi atau menjelaskan lagi ucapan pernyataan yang kurang jelas.

16Ilun Mullifah, Op.Cit, hlm. 14

d. Guru dalam menjelaskan materi terhadap anak tunarungu sebaiknya tidak terlalu cepat dan tergesa-gesa, dan guru hendaknya memperhatikan ekspresi wajah anak apakah telah mengadakan kontak mata sebelum materi diberikan.

Bagi siswa dan siswi tunarungu yang mengandalkan membaca ucapan, biasanya dalam menangkap dan memahami sesuatu cenderung melihat gerak mulut atau bibir dan otot-otot wajah guru atau lawan bicaranya. Smith memberikan petunjuk sebagai berikut :17

a. Guru ketika sedang berbicara atau menjelaskan di depan kelas perlu menghindari aktivitas berupa keliling ruangan sambil berbicara sehingga tidak dapat diikuti oleh siswa dan siswi tunarungu.

b. Guru ketika menjelaskan di depan kelas hendaknya mengambil posisi yang cukup cahaya sehingga wajah dan ucapan guru dapat dilihat dengan jelas oleh anak.

c. Guru hendaknya tidak berlebihan ketika menggunakan mulut, usahakan bicara pelan dan alami.

d. Bagi guru laki-laki hendaknya tidak memelihara kumis yang terlalu lebat karena dapat menghalangi anak dalam mengamati gerak mulut.

e. Ketika guru menjelaskan materi dari papan tulis hendaknya memposisikan kembali menghadap ke depan anak dengan jelas.

17Ibid, hlm. 15

Dalam dokumen Pendidikan Inklusif dan Difabel (Halaman 108-116)