• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Konsep teori keperawatan Comfort Kolcaba

Teori kenyamanan yang dikemukakan oleh Catherine Corkaba pada tahun 1990 merupakan teori rentang menengah karena konsep dan proposisinya yang terbatas, tingkat abstraksi yang rendah, dan aplikasi yang mudah untuk pelayanan keperawatan. Teori ini berasumsi bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan bagi semua orang. Kenyamanan adalah kebutuhan untuk berpindah dari penyakit ke kesehatan, dan kenyamanan adalah label untuk tahap akhir perilaku terapeutik dari perawat ke pasien (Risnah dan Muh Irwan, 2021).

Menurut Kolcaba, kenyamanan merupakan konsep yang erat kaitannya dengan ilmu keperawatan. Perawat memberikan kenyamanan kepada pasien dan keluarganya melalui intervensi yang berorientasi pada pengukuran kenyamanan. Hubungan intervensi dengan teori yang diajukan adalah menghadirkan rasa aman dan nyaman pada nyeri yang dialami pasien dengan memberikan tindakan terapi murottal untuk meredakan nyeri akut pasien dengan menekan nilai-nilai Islami.

Ada tiga jenis kenyamanan menurut kolcaba, yaitu: Relief berarti ketika kenyamanan tertentu yang dibutuhkan klien terpenuhi, Ease berarti ketika klien merasa tenang dan puas, dan terakhir transendensi ketika klien berhasil mengatasi kenyamanannya (Alligood & Tomey, 2010). Ketiga jenis kenyamanan tersebut dapat terjadi dalam empat konteks, yaitu fisik,

28

spiritual, sosiokultural dan lingkungan. Hubungan antara jenis kenyamanan dan empat konteks dijelaskan dalam struktur taksonomi.

Gambar 1.3 Kerangka Kerja Konsep Theory of Comfort

Menurut (Alligood & Tomey, 2010) setiap konsep teori kenyamanan didefinisikan sebagai:

a. Kebutuhan perawatan kesehatan : Identifikasi klien/keluarga

b. Variabel Intervensi: Faktor yang tidak mungkin berubah dan klien hanya memiliki sedikit kendali seperti prognosis, status keuangan, dukungan sosial.

c. Kenyamanan : Sebuah konsep yang erat kaitannya dengan perawat.

Perawat memberikan kenyamanan kepada klien dan keluarganya melalui tindakan kenyamanan.Tujuan comfort adalah untuk memungkinkan klien dan keluarga mengembangkan hubungan yang sehat dalam perilaku mencari kesehatan (HSB).

d. Meningkatkan kenyamanan: Menurut teori kenyamanan, tujuan utama asuhan keperawatan intervensi kenyamanan lanjutan secara teoritis

29

meningkatkan tingkat kenyamanan dari waktu ke waktu dengan keinginan untuk mengejar perilaku sehat (HSB). HSB dapat bersifat internal (penyembuhan, fungsi kekebalan, jumlah sel T, dll) atau eksternal (aktivitas terkait kesehatan, hasil fungsional) atau kematian yang damai.

e. Integritas Institusional : Didefinisikan sebagai nilai, stabilitas keuangan, dan integritas organisasi kesehatan di tingkat lokal, regional dan nasional.

f. Kebijakan Terbaik: Protokol dan prosedur lembaga untuk semua penggunaan setelah bukti dikumpulkan.

g. Praktik Terbaik: Semua protokol dan prosedur yang ditetapkan oleh agen untuk praktik klien dan keluarga tertentu setelah bukti dikumpulkan.

2. Konsep Meta-paradigma

Berikut ini adalah konsep inti asuhan menurut Kolcaba:

a. Perawat: Pengkaji kebutuhan kenyamanan, perancang tindakan kenyamanan untuk memenuhi kebutuhan klien, dan peninjau kenyamanan bagi klien, keluarga dan masyarakat setelah tindakan tersebut dilaksanakan untuk kemudian dibandingkan dengan pengalaman kenyamanan sebelumnya.

b. Klien : Dapat berupa individu, keluarga atau masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

30

c. Lingkungan: Faktor eksternal yang dapat dipengaruhi (lingkungan fisik rumah, kebijakan dan institusi) yang dapat dimanipulasi untuk mencapai kenyamanan.

d. Kesehatan: Klien/keluarga/masyarakat dapat berfungsi secara optimal karena fokus yang tinggi pada kebutuhan kenyamanan.

1. Teori Kenyamanan dan Praktik Keperawatan

Kolcaba menunjukkan bahwa menentukan lingkungan di mana kebutuhan kenyamanan klien dan keluarga terjadi adalah penting untuk penerapan teori yang tepat. Mereka telah mengembangkan pedoman untuk menilai kebutuhan kenyamanan klien dan keluarga yaitu:

a. Kebutuhan kenyamanan fisik

Risiko gangguan actual atau gangguan mekanisme fisiologi karena penyakit atau prosedur invasive. Kebutuhan fisiologi yang tidak disadari.

b. Klien dan keluarga seperti kesimbangan cairan dan elektrolit, oksigenasi, termogulasi, nutris, imunitas, kimia darah, istirahat dan tidur. Kebutuhan fisik yang nyata seperti nyeri, mual, muntah, menggigil, gatal-gatal, mudah diatasi atau tanpa obat.

c. Kebutuhan kenyamanan sosial budaya

Ada kebutuhan akan jaminan budaya yang sensitif, bahasa tubuh yang positif dan peduli. Kebutuhan ini dipenuhi dengan pelatihan yang meliputi perilaku “bisa melakukan” pesan kesehatan, dan dorongan. Hubungan yang baik dengan perawat dan memberikan

31

informasi yang tepat untuk setiap prosedur. Kebutuhan sosial juga mencakup kebutuhan keluarga akan keuangan, penghormatan terhadap tradisi budaya.

d. Kebutuhan kenyamanan lingkungan

Meliputi ketertiban, ketenangan, perabotan yang nyaman, bau, dan keamanan yang minimal. Ini termasuk memperhatikan lingkungan ruang perawatan. Jika perawat tidak memaksimalkan kenyamanan, ada hal yang bisa dilakukan perawat untuk mengurangi kebisingan, pencahayaan, dan tidur dengan nyaman

3. Konsep Teori Nyeri a. Definisi

Nyeri adalah perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.

Nyeri bersifat individual dan tidak dapat diukur secara objektif, tetapi dapat diukur secara subjektif karena hanya pasien yang merasakan nyeri (Heriana, 2014)

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional yang onsetnya tiba-tiba atau lambat dan dengan intensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional. Onset yang tiba-tiba atau lambat, ringan sampai berat dan persisten selama lebih dari 3 bulan dengan intensitas (SDKI, 2017).

32 c. Penyebab

Menurut Kriteria Diagnostik Keperawatan Indonesia, ada 2 faktor penyebab nyeri yaitu:

1) Faktor risiko

a) Nyeri akut/ nyeri berat

i. Laporan verbal dan nonverbal.

ii. Menunjukkan kerusakan

iii. Posisi untuk mengurangi rasa sakit iv. Ekspresi wajah kesakitan

v. Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu tubuh, nadi) vi. Perilaku ekspresif (gelisah, merintih, nafas dalam, berkabung) b) Nyeri kronis

i. Perubahan berat badan

ii. Perubahan verbal dan non verbal

iii. Menunjukkan gerakan protektif, kecemasan, depresi, fokus diri.

iv. Kelelahan

v. Perubahan pola tidur vi. Takut terluka

vii. Berkurangnya interaksi dengan orang lain 2) Faktor predisposisi

a) Trauma b) Peradangan

c) Trauma psikologis

33 3) Faktor presipitasi

a) Lingkungan b) Suhu ekstrim c) Kegiatan d) Emosi d. Fisiologi Nyeri

Rasa nyeri yang terjadi erat kaitannya dengan adanya reseptor dan rangsang karena banyaknya nosiseptor di kulit dan selaput lendir, ketika nosiseptor dirangsang, rangsangan ini dilepaskan ketika bradikinin, serotonin, histamin, dan jaringan rusak. Stimulasi tersebut dapat berupa pulsa termal, mekanik, atau listrik (Smeltzer & Bare, 2013)

Nyeri dirasakan saat nosiseptor menginduksi serabut aferen aferen perifer yaitu serabut saraf Adelta dan C, karena mielin terletak di serabut saraf adelta, impuls nyeri dengan cepat mencapai korteks serebral, dengan sensasi akut yang dengan jelas mengidentifikasi penyebab dan intensitas nyeri. Karena ukuran kecil dari serat C dan kurangnya selubung mielin, impuls nyeri ditransmisikan perlahan dan lokalisasi nyeri buruk, tetapi sensasinya visceral dan terus menerus (Potter & Perry, 2010)

Ketika ada rangsangan eksternal, serat A-delta dan C memancarkan rangsangan ini, melepaskan mediator kimia seperti prostaglandin, kalium, bradikinin, histamin, serotonin, yang diaktifkan sebagai respons terhadap rasa sakit. Jika jaringan rusak, rangsangan nyeri

34

berlanjut dari serabut saraf aferen ke kornu dorsalis medula spinalis.

Ketika mencapai kornu dorsalis, impuls neurotransmiter (substansi P) dilepaskan yang ditransmisikan dari sinapsis perifer ke saraf traktus spinotalamikus yang kemudian dengan cepat mengirimkan informasi ke hipotalamus dan korteks serebri untuk merasakan nyeri. Jadi rasa sakit terjadi di area jaringan yang rusak.(Potter & Perry, 2010).

d. Penilaian intensitas nyeri

1) Verbal Descriptif Scale (VDS)

Skala Deskripsi Verbal (VDS) adalah baris yang terdiri dari tiga sampai lima kata deskriptif yang disusun sepanjang baris.

Deskripsi berkisar dari "tanpa rasa sakit" hingga "sangat menyakitkan". Perawat akan memberikan skala kepada pasien dan pasien akan memilih intensitas nyeri yang dirasakannya (Potter &

Perry, 2010)

2) Numerical Rating Scale (NRS)

Skala Peringkat Numerik (NRS) atau Skala Peringkat Numerik. Seringkali alat deskripsi kata tidak digunakan dan pasien diminta untuk menilai nyeri pada skala 0 sampai 10 (Potter & Perry, 2010)

Gambar 1.4 Numerical Rating Scale (NRS)

35 e. Manajemen nyeri

1) Farmakologi

Cara yang efektif untuk mengurangi nyeri adalah melalui teknik farmakologi menggunakan obat-obatan seperti analgesik, terutama pada nyeri hebat yang berlangsung berjam-jam atau berhari- hari. Metode yang sangat umum digunakan untuk mengobati rasa sakit adalah dengan menggunakan analgesik.

Menurut (Smeltzer & Bare, 2013) ada tiga jenis analgesik, yaitu:

a) Obat non-narkotika dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID): Dapat meredakan nyeri ringan hingga sedang. NSAID mungkin sangat berguna pada pasien yang rentan terhadap depresi pernapasan.

b) Narkotika atau pereda nyeri opioid: Pereda nyeri ini biasanya digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga berat, seperti nyeri pascaoperasi. Efek samping dari opioid ini dapat menyebabkan depresi pernafasan, sedasi, konstipasi, mual, dan muntah.

c) Obat atau adjuvant lain (analgesik): Ajuvan seperti obat penenang, ansiolitik, dan relaksan otot dapat meningkatkan kontrol nyeri atau meredakan gejala terkait nyeri lainnya seperti depresi dan mual (Potter

& Perry, 2010) 2) Nonfarmakologis

Menurut (Smeltzer & Bare, 2013) memberikan perawatan untuk menurunkan tingkat nyeri dengan teknik nonfarmakologi, teknik nonfarmakologi ini kurang berisiko meskipun efek ini tidak

36

menggantikan penggunaan analgesik. Berikut beberapa tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri:

a) Masase/pijat (terapi pijat) b) Distraksi/pengalihan c) Terapi musik

d) Imajinasi terbimbing e) Relaksasi napas dalam f) Kompres hangat/dingin g) Aromaterapi

h) Terapi murottal i) Terapi akupresur.

Dokumen terkait