• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien Kista Ovarium dengan Masalah Nyeri Post op Menggunakan Intervensi Terapi Murottal Kombinasi Relaksasi Napas Dalam dan Aromaterapi Lavender di RSUD Labuang Baji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien Kista Ovarium dengan Masalah Nyeri Post op Menggunakan Intervensi Terapi Murottal Kombinasi Relaksasi Napas Dalam dan Aromaterapi Lavender di RSUD Labuang Baji"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KISTA OVARIUM DENGAN NYERI POST OP MENGGUNAKAN

INTERVENSI TERAPI MUROTTAL KOMBINASI RELAKSASI NAFAS DALAM DAN

AROMATERAPI LAVENDER DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Tugas Akhir Ners

Oleh :

VILDA AMALIAH NIM : 70900120048

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

ii

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KISTA OVARIUM DENGAN NYERI POST OP MENGGUNAKAN

INTERVENSI TERAPI MUROTTAL KOMBINASI RELAKSASI NAFAS DALAM DAN

AROMATERAPI LAVENDER DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Tugas Akhir Ners

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ners Jurusan Keperawatan pada Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

VILDA AMALIAH NIM: 70900120048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVIII FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR NERS

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Vilda Amaliah

NIM : 70900120048

Tempat/ Tgl Lahir : Mallasoro, 28 Desember 1998

Jurusan/Prodi/Konsentrasi :Program studi Profesi Ners/

Departemen Maternitas

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Alamat :Btn Berua Indah 3 A17 No 1,

Pacerakkang

Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kista Ovarium Dengan Nyeri Post Op Menggunakan Intervensi Terapi Murottal Kombinasi Relaksasi Nafas Dalam dan Aromaterapi Lavender di RSUD Labuang Baji Makassar

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa Tugas Akhir Ners ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka tugas akhir ners ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 28 Januari 2021 Penyusun,

Vilda Amaliah 70900120048

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

KATA PENGANTAR

ِمي ِحهرلٱ ِن َٰ م ۡحهرلٱ ِ هللَّٱ ِم ۡسِب

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. atas berkat rahmat hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ners yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kista Ovarium Dengan Nyeri Post Op Menggunakan Intervensi Terapi Murottal Kombinasi Relaksasi Nafas Dalam dan Aromaterapi Lavender di RSUD Labuang Baji Makassar” dan tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw yang telah mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang sampai saat ini.

Tujuan disusunnya tugas akhir ners adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Profesi Ners. Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Dalam penyusunan karya akhir ners, penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata sempurna, keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, dan pada saat penyusunannya penulis banyak menghadapi hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dengan berbagai pihak, akhirnya karya akhir ners ini dapat diselesaikan dengan baik. Dengan demikian, dengan segala kerendahan hati dan hormat kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor UIN Alauddin Makassar Prof. Dr. Hamdan Juhannis MA.PhD, beserta seluruh jajarannya yang telah memberi penulis kesempatan dalam menimba ilmu di kampus tercinta ini.

2. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Dr. dr. Syatirah Jalaludin, Sp.A., M.Kes, para wakil dekan, dan seluruh staf akademik yang memberikan bantuan kepada penyusun selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

(7)

vii

3. Dr. Patima, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Profesi Ners, serta dosen-dosen pengajar yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat serta seluruh staf Prodi Keperawatan yang telah banyak membantu dalam proses administrasi dalam rangka penyusunan karya tulis ilmiah.

4. Nurul Fadhilah Gani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Pembimbing I dan Dr. Risnah,SKM., S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Pembimbing II, terima kasih yang sebesar-besarnya yang dengan sabar, tulus, dan ikhlas meluangkan waktunya, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran yang sangat berharga kepada penulis selama Menyusun karya tulis ilmiah ini.

5. Nurhidayah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Penguji I dan Prof. Dr. H.

Dahlan,M.M.Ag selaku Penguji II dalam hal ini Penguji Agama yang telah memberi masukan berupa saran yang sangat membangun kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

6.

Kepada kedua orang tua saya Barto Dg Tulo’ dan Justia Dg Romba, kepada saudara-saudaraku Sri Hastuti wulandari, Siti Hajar Ramadhana dan Muh. Rahmit Arfa. Serta seluruh keluarga besar saya. Terima kasih tak terhingga yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata, menjadi support sistem bagi penulis dalam menghadapi perjuangan menuntut ilmu dan menempuh pendidikan di tanah kelahiran saya tapi seperti diperantauan.

7. Teman-teman Mahasiswa(i) Program Studi Profesi Ners, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang begitu banyak membantu dalam penyusunan tugas akhir ners ini.

(8)

viii

Penulis berharap tugas ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya untuk perkembangan ilmu keperawatan sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh semua sebagai praktisi Kesehatan. Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan tugas akhir ners, demi terciptanya karya yang lebih baik di waktu yang akan datang.

Wassalamu’Alaikum Wr. Wb.

Makassar, 28 Januari 2021 Penyusun,

Vilda Amaliah 70900120048

(9)

vii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN SAMPUL ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR NERS ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN TUGAS AKHIR NERS ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK (INDONESIA) ... 1

ABSTRACT (INGGRIS) ... 2

BAB I PENDAHULUAN ... 3

A. Pendahuluan ... 3

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Konsep Medis ... 12

B. Konsep Asuhan Keperawatan ... 27

C. Konsep Pengkajian keperawatan ... 36

D. Diagnosis Keperawatan ... 43

E. Intervensi Keperawatan ... 44

F. Implementasi Keperawatan ... 50

G. Evaluasi Keperawatan ... 50

H. Evidance Based Practice In Nursing (EBPN) ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58

A. Rancangan Studi Kasus ... 58

B. Subjek Studi Kasus ... 58

C. Fokus Studi Kasus ... 59

D. Instrument Studi Kasus ... 59

(10)

viii

E. Prosedur Pengambilan Data ... 59

F. Tempat dan Waktu Pengambilan Data Studi Kasus ... 60

G. Analisis Data dan Penyajian Data ... 61

H. Etika Studi Kasus ... 61

BAB IV LAPORAN KASUS ... 64

A. Pengkajian ... 64

B. Diagnosis Keperawatan ... 77

C. Intervensi Keperawatan ... 78

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ... 80

BAB V PEMBAHASAN ... 89

A. Analisis Asuhan keperawatan ... 89

1. Analisis Pengkajian Keperawatan ... 89

2. Analisis Diagnosis Keperawatan ... 93

3. Analisis Intervensi Keperawatan ... 94

4. Analisis Implementasi Keperawatan... 96

5. Analisis Evaluasi Keperawatan ... 100

B. Analisis Intervensi EBPN ... 100

C. Keterbatasan ... 104

BAB VI PENUTUP ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. DOKUMENTASI ... 117

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 USG Kista ovarium ... 22

Gambar 1.2 Pathway Kista ovarium ... 26

Gambar 1.3 Kerangka Konsep Theory of Comfort Kolcaba ... 28

Gambar 1.4 Numeric Rating Scale (NRS) ... 34

(12)

x

(13)

1 ABSTRAK Nama : Vilda Amaliah

Nim : 70900120048

Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kista Ovarium dengan Masalah Nyeri Post op Menggunakan Intervensi Terapi Murottal Kombinasi Relaksasi Napas Dalam dan Aromaterapi Lavender di RSUD Labuang Baji

Pendahuluan: Pada tahun 2015 di seluruh dunia terdapat 23.400 wanita yang terdiagnosis kista ovarium dan sekitar 53,40 % meninggal. ditahun 2020 terdapat 14.896 kasus dengan kematian 9.581 orang meninggal (WHO, 2020). Sedangkan di Indonesia dari tahun 2015 sebanyak 23.400 orang dan meninggal sebanyak 13.900 orang, ditahun 2018 sebanyak 13.310 kasus dengan angka kematian mencapai 7.842 orang meninggal. diprovinsi sulawesi selatan pada tahun 2013 kasus kista ovarium dari Januari- Desember ada 12 sampai 24 tahun, yaitu 146 orang dengan penyakit ginekologi dan 31 pasien dengan kista ovarium (21,2%), dan dari 25 sampai 44 tahun ada 124 pasien dengan penyakit ginekologi dan 42 pasien dengan ovarium kista (33,8%), usia 45-64 tahun dengan pasien ginekologi 134 orang, pada pasien kista ovarium 19 orang (14,1%) usia 65 tahun ke atas yang tidak menunjukkan kista ovarium.(Dinkes, 2013). Tujuan:

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium dengan masalah nyeri post op dengan intervensi Terapi murottal kombinasi relaksasi napas dalam dan aromaterapi lavender. Metode: Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi kasus dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pendokumentasian. pelaksanaan terapi murottal dengan kombinasi relaksasi napas dalam dan aromaterapi lavender 1 kali sehari dalam 3 hari pemberian.

Hasil : analisis studi kasus pada pasien kista ovarium dengan masalah nyeri post op dengan intervensi terapi murottal kombinasi relaksasi napas dalam dan aromaterapi lavender didapatkan hasil terjadi penurunan skala nyeri dari skala 6 ke skala 2. Kesimpulan: berdasarkan hasil evaluasi kasus yang dilakukan didapatkan bahwa pemberian terapi murottal dengan kombinasi relaksasi napas dalam dan aromaterapi lavender dengan surah Ar-Rahman 78 ayat durasi ±20 menit dan aromaterapi selama ±30 menit selama 3 hari menunjukkan bahwa terjadi penurunan pada masalah nyeri post op setelah pemberian. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian terapi murottal kombinasi relaksasi napas dalam dan aromaterapi lavender efektif dilakukan dalam membantu menurunkan nyeri pada pasien.

Kata Kunci: Kista ovarium, Nyeri Post op, Terapi murottal,Relaksasi Napas Dalam,Aromaterapi Lavender.

(14)

2 ABSTRACT Nama : Vilda Amaliah

Nim : 70900120048

Judul : Analysis of Nursing Care in Ovarian Cyst Patients with Post-Op Pain Problems Using Murottal Therapy Intervention

Combination Deep Breath Relaxation and Lavender Aromatherapy at Labuang Baji Hospital

Introduction: In 2015 worldwide there were 23,400 women diagnosed with ovarian cysts and about 53.40% died. In 2020 there were 14,896 cases with 9,581 deaths (WHO, 2020). While in Indonesia from 2015 there were 23,400 people and 13,900 people died, in 2018 there were 13,310 cases with the death rate reaching 7,842 people. In the province of South Sulawesi in 2013 cases of ovarian cysts from January to December there were 12 to 24 years, namely 146 people with gynecological diseases and 31 patients with ovarian cysts (21.2%), and from 25 to 44 years there were 124 patients with gynecological diseases. and 42 patients with ovarian cysts (33.8%), aged 45- 64 years with 134 gynecological patients, 19 patients (14.1%) with ovarian cysts aged 65 years and over who did not show ovarian cysts. (Dinkes, 2013).Tujuan: melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium dengan masalah nyeri post op dengan intervensi Terapi murottal kombinasi relaksasi napas dalam dan aromaterapi lavender. Methods: The type of research used in this study is a case study with data collection techniques through interviews, observation, physical examination, and documentation. implementation of murottal therapy with a combination of deep breathing relaxation and lavender aromatherapy once a day for 3 days of administration. Results: analysis of case studies in patients with ovarian cysts with post-op pain problems with murottal therapy interventions, a combination of deep breathing relaxation and lavender aromatherapy, showed a decrease in the pain scale from a scale of 6 to a scale of 2.

Conclusion: based on the results of the case evaluation, it was found that the administration of murottal therapy with a combination of deep breathing relaxation and lavender aromatherapy with Surah Ar-Rahman 78 verses duration of ±20 minutes and aromatherapy for ±30 minutes for 3 days showed that there was a decrease in post-op pain problems. after administration. This shows that giving murottal therapy a combination of deep breathing relaxation and lavender aromatherapy is effective in helping to reduce pain in patients.

Keywords: Ovarian cyst, pain, Murottal therapy, Deep Breathing Relaxation, Lavender Aromatherapy.

(15)

3 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan

Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan, kesadaran akan pola hidup yang sehat terkadang masih terabaikan.

Sehingga banyak gejala dan penyakit yang timbul akibat pola hidup dan pola makan yang tidak teratur, salah satunya dalam kesehatan reproduksi.

Kesehatan reproduksi menjadi cukup serius sepanjang hidup, terutama bagian perempuan selain rawan terpapar penyakit juga berhubungan dengan kehidupan sosialnya, misalnya kurang pendidikan yang cukup, menikah muda, kematian ibu, masalah kesehatan reproduksi perempuan, masalah kesehatan kerja, menopause dan masalah gizi. Masalah reproduksi wanita sudah menjadi agenda besar dalam dunia kesehatan.

Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yaitu adanya penyakit kewanitaan atau ginekologi dan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang banyak menyerang wanita adalah kista ovarium (Velisitas & Laihad, 2017)

Kista ovarium merupakan suatu benjolan yang dapat membesar diovarium. Benjolan tersebut seperti balon berisi cairan, Kista ini dapat dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel pada ovarium yang bersifat jinak dan asimptomatik. Namun, tidak menutup kemungkinan kista tersebut berkembang menjadi ganas. Kista ovarium neoplastik yang mengarah keganasan disebut sebagai kanker ovarium yang umum dikhawatirkan pasien dengan kista ovarium karena kanker ovarium ganas dapat

(16)

4

mengakibatkan kematian. Kista ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan penyebab kematian karena keganasan genekologi. Oleh karena itu kista ovarium merupakan masalah penting yang menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita (Hildayani, Evi Istiqamah, 2021):(Savitri, et. al, 2020).

Menurut (WHO, 2015) memaparkan bahwa prevalensi kasus kista ovarium pada tahun 2015 di seluruh dunia terdapat 23.400 wanita yang terdiagnosis kista ovarium dan sekitar 53,40 % meninggal. Di Amerika Serikat pada tahun 2015 diperkirakan jumlah penderita kista ovarium sebanyak 32.680 wanita dengan angka kematian sebesar 54,57 %. relatif tinggi dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika sedangkan Pada tahun 2020 kasus kista ovarium mengalami fluktuasi sebesar 14.896 kasus dengan kematian hingga 9.581 orang meninggal (World Health Organization, 2020).

Hal tersebut juga terjadi di Indonesia kasus kista juga merupakan masalah relatif tinggi angka kejadian tersebut, jika menganalisis data dari tahun 2015 - 2018 kasus kista ovarium mengalami fluktuasi atau terjadi trend yang meningkat, kejadian kasus kista ovarium pada tahun 2015 sebanyak 23.400 orang dan meninggal sebanyak 13.900 orang dan pada tahun 2018 memiliki jumlah kasus sebanyak 13.310 kasus dengan angka kematian mencapai 7.842 orang meninggal yang diakibatkan oleh adanya komplikasi dan keganasan yang terjadi karena gejala yang tidak dirasakan

(17)

5

atau disebut juga silent killer oleh pasien hingga terjadi metasis.(Khoiria, Nikmatul, 2020);(Kurniawaty, 2019).

Hal yang serupa juga terdapat di provinsi sulawesi selatan pada tahun 2013 kasus kista ovarium mulai dari Januari sampai Desember ada 12 sampai 24 tahun, yaitu 146 orang dengan penyakit ginekologi dan 31 pasien dengan kista ovarium (21,2%), dan dari 25 sampai 44 tahun ada 124 pasien dengan penyakit ginekologi dan 42 pasien dengan ovarium kista .(33,8%), berusia 45-64 tahun dengan jumlah pasien ginekologi maksimal 134, sedangkan pada pasien kista ovarium terdapat 19 (14,1%) berusia 65 tahun ke atas yang tidak menunjukkan kista ovarium.(Dinkes, 2013)

Salah satu Rumah Sakit rujukan di Sulawesi selatan dengan angka kasus kista ovarium yang tinggi terdapat di RSUD Labuang Baji Makassar terjadi fluktuasi di tahun 2014 pada pasien ginekologi hingga 637 orang dengan kista ovarium hingga 38 orang (5,9%), pada tahun 2015 ada 80 pasien ginekologi, 11 orang dengan kista ovarium (3,7%), 4 orang berusia 15 hingga 24 tahun, 4 orang dari 25 sampai 44 tahun dan 3 orang dari > 65 tahun kemudian pada tahun 2016 ada 4 kasus kista ovarium dan 1 orang berusia 15 hingga 24 tahun, 2 orang berusia 25 hingga 44 tahun dan 1 orang berusia 45 hingga 64 tahun dan di Pada tahun 2017 terdapat 2 kasus kista ovarium yang berusia antara 15 hingga 24 tahun.Dari data tersebut, jumlah penderita kista ovarium terbanyak adalah berusia antara 25 hingga

(18)

6

44 tahun. (Data Rekam Medik RSUD Labuang Baji Makassar diakses Tahun 2018).

Oleh karena itu kista ovarium merupakan masalah penting yang menyangkut kualitas kesehatan reprodusi wanita, tingginya Risiko kista ovarium yang paling ditakuti adalah mengalami degenerasi ganas, torsi atau puntiran yang menyebabkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi, oleh karena itu kista ovarium memerlukan perawatan profesional dan multidisiplin. Untuk mengetahui dan mencegah munculnya kanker ovarium, maka harus dilakukan deteksi dini kanker ovarium dengan pemeriksaan yang lebih lengkap guna melakukan pencegahan keganasan.

Terdapat gejala pada penyakit kista ovarium yaitu hilangnya nafsu makan, mengalami gejala perut yang terasa penuh dan membesar, nyeri pada saat datang bulan dan mengalami pendarahan yang tidak seperti biasanya, perut yang terasa sakit dan kembung, sulit buang air kecil dan sebaliknya, merasakan sakit atau nyeri pada saat berhubungan seksual, nyeri pada bagian tubuh punggung bawah, mual dan muntah. (Maharani, 2008 dalam Adoranda, 2020): (Kurniawaty, 2019)

Setelah dilakukan proses pembedahan pada kista ovarium masalah yang timbul adalah nyeri post op dengan intervensi terapi murottal kombinasi relaksasi napas dalam dan aromaterapi lavender, nyeri pasca bedah disebabkan oleh luka operasi berlangsung dalam waktu singkat yang terjadi karena adanya luka insisi bekas pembedahan (Silpia et al., 2021).

(19)

7

Terapi yang umum di berikan terapi farmakologi namun dewasa ini telah banyak berkembang juga terapi-terapi non farmakologis salah satunya adalah terapi murotal Al-Qur’an dengan mendengarkan murotal Al-Qur'an membawa subjek lebih dekat kepada Allah dan membimbingnya untuk mengingat dan menyajikan semua masalah yang dia miliki kepada Allah. Mengucapkan Al-Qur'an dapat menurunkan hormon stres, mengaktifkan endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks dan mengalihkan dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimiawi tubuh sehingga menurunkan tekanan darah dan memperlambat pernapasan, detak jantung, dan denyut nadi. dan aktivitas gelombang otak.

(Wijaya, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian dari (Wahyuningsih & Khayati, 2021) menyatakan hasil studi kasus yang didapatkan bahwa terapi murottal Ar- Rahman dengan 78 ayat dengan durasi ±20 menit selama 3 hari dikombinasikan dengan relaksasi napas dalam dapat menurunkan nyeri pada pasien post SC.Terapi diberikan 2 jam setelah klien meminum obat analgetik agar respon penurunan murni akibat intervensi murottal dan bukan karena efek obat analgetik yang telah diberikan. Hal tersebut juga di jelaskan dalam penelitian (Mulyani & Purnawan, 2019) menjelaskan keefektifan waktu menggunakan terapi murottal antara 15 menit - 25 menit. Pada Penelitian (Fadli, 2021) menggunakan Terapi Murottal Al- Qur’an Dan Terapi Dzikir Terhadap Penurunan Nyeri Pasien post Laparatomi dan mengalami penurunan dari nyeri sedang ke nyeri ringan.

(20)

8

Selain terapi murottal pada penelitian (Sri Suhartiningsih, 2019) ; (Yati Rosmiati, 2021) dikatakan bahwa relaksasi nafas dalam juga efektif dalam menurunkan nyeri post op dengan intensitas nyeri sedang dan ringan. Tingkat pernapasan yang lebih dalam atau lebih lambat ini bagus untuk ketenangan, kontrol emosi, pemikiran yang lebih dalam, dan metabolisme yang lebih baik. Prinsip di balik inisiasi respons relaksasi adalah adanya keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.

Kemudian di penelitian lain di temukan pula bahwa terapi aromaterapi lavender mampu menurunkan nyeri pots op. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Novita Anjelia, 2021);(Fanda, 2019) menggunakan aromaterapi lavender terhadap penurunan nyeri Post op, dengan menggunakan durasi waktu ±30 menit selama 2 hari (pagi dan sore hari)

Penelitian yang di lakukan sebelumnya oleh (Maharani & Melinda, 2021) melakukan kombinasi antara terapi murottal dan relaksasi nafas dalam dalam menurunkan skala nyeri. Di penelitian (Collin & Maydinar, 2021) hanya melakukan terapi aromaterapi lavender untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien post op. menurut analisis peneliti jika di kombinasikan antara terapi murottal dengan kombinasi relaksasi nafas dalam dan aromaterapi lavender ini sangat efektif untuk menurunkan nyeri.

(21)

9

Peran perawat maternitas yang memberikan asuhan keperawatan secara holistik mempunyai tanggung jawab dan peran yang penting dalam membantu mengatasi masalah pada wanita dengan kanker ovarium. Peran perawat maternitas tersebut antara lain sebagai advocat, pendidik, memberikan pelayanan, memberikan dukungan konseling yaitu mengarah dan memberikan alternative pemecahan masalah (Madiyanti, Sulistianingsih, 2016).

Berdasarkan dari data tersebut, penulis tertarik memberikan intervensi tentang “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kista

Ovarium dengan Masalah Nyeri Post op menggunkan Intervensi Terapi Murottal Kombinasi Relaksasi Nafas Dalam Dan Aromaterapi Lavender Di Ruang Baji Gau RSUD Labuang Baji Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah Bagaimana Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kista Ovarium Dengan Nyeri Post Op Menggunakan Intervensi Terapi Murottal Kombinasi Relaksasi Nafas Dalam dan Aromaterapi Lavender di RSUD Labuang Baji Makassar.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kista Ovarium Dengan Nyeri Post Op

(22)

10

Menggunakan Intervensi Terapi Murottal Kombinasi Relaksasi Nafas Dalam dan Aromaterapi Lavender di RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis pengkajian keperawatan pada pasien kista ovarium dengan nyeri post op

b. Untuk menganalisis diagnosis keperawatan pada pasien kista ovarium dengan nyeri post op

c. Untuk menganalisis intervensi keperawatan pada pasien kista ovarium dengan nyeri post op

d. Untuk mmenganalisis implementasi keperawatan pasien kista ovarium dengan nyeri post op

e. Untuk menganalisis evaluasi keperawatan pada pasien kista ovarium dengan nyeri post op

f. Untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium dengan nyeri post op menggunakan intervensi Terapi murottal kombinasi Relaksasi Nafas Dalam dan Aromaterapi Lavender D. Manfaat penelitian

a. Manfaat Teoritis

Tugas akhir ners ini diharapkan dapat menjadi dasar praktik keperawatan sebagai proses pembelajaran dalam melakukan analisis asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium dengan nyeri post op menggunakan terapi murottal kombinasi relaksasi nafas dalam dan aromaterapi lavender.

(23)

11 b. Manfaat Aplikatif

Tugas akhir ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi pemberian intervensi EPBN dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien kista ovarium dengan nyeri post op menggunakan terapi murottal kombinasi relaksasi nafas dalam dan aromaterapi lavender pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dan masyarakat.

(24)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Medis

1. Definisi Kista Ovarium

Kista ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantong yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Ukuran normal yaitu dengan ukuran kecil yang terletak pada indung telur (ovarium).

Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul (Mumpuni, 2013);(Nugroho 2015).

Penyakit kista ini sebenarnya merupakan penyakit tumor jinak karena kebanyakan penanganannya tidak melalui operasi besar. Salah satu tumor jinak ginekologi paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian kista terbentuk karena perubahan kadar hormone yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium (Setyorini, 2014).

Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan benjolan abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal berupa udara, nanah, dan cairan kental. Terkait masalah tentang kista ovarium, Islam sudah lebih dulu mengenal beberapa penyakit salah satunya adalah penyakit yang berkaitan dengan kandungan seorang wanita salah satunya kista ovarium yang merupakan jenis penyakit tumor jinak pada rahim yang berasal dari kegagalan ovulasi yang menyebabkan terjadinya tumor yang berisi cairan. Terkait masalah dalam gangguan

(25)

13

sistem reproduksi sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam QS Ar-Ra’d/13:8

ُمَلۡعَ ي ُهّللََّ

ُداَدۡزَ ت اَمَو ُماَحۡرَ ۡلۡا ُضۡيِغَت اَمَو ىهثۡ نُا ُّلُك ُلِمَۡتَ اَم ُّلُكَو ؕ

ٍء ۡىَش هَدۡنِع ٍراَد ۡقِِبِ ؕ

Terjemahnya : Allah menegetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan apa yang berkurang di dalam rahim dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisiNya ada ukuran(nya). (QS Ar-Ra’d/13:8) (Kementerian Agama RI,2012).

Menurut (Tafsir Al-Mishbah M.Quraish Shihab, 2002) Setelah bagian sebelumnya membuktikan kekuasaan Allah, ia dapat menjelaskan pengetahuannya yang sangat luas. Ini mencakup segala sesuatu dari kecil hingga besar. Tuhan yang paling terkenal juga menentukan sifat kitab suci dan mukjizat yang diwahyukan kepada masing-masing rasul. Salah satu objek ilmu adalah tentang isi dan Allah mengetahui segala sesuatu di dalam dan di luar isi. Di pihaknya, ia memiliki ukuran yang sangat akurat baik kualitas, kuantitas, isi, waktu maupun tempat.

2. Etiologi

Penyebab pasti dari kista ovarium belum diketahui secara pasti, akan tetapi salah satu pemicunya adalah hormonal. Penyebab terjadinya kista ovarium dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan.

Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kista ovarium adalah sebagai berikut :

a. Gaya hidup tidak sehat, diantaranya :

1) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat 2) Zat tambahan pada makanan

3) Kurang olahraga

(26)

14

4) Merokok dan mengonsumsi alkohol 5) Terpapar dengan polusi dan agen infeksius 6) Sering stress

7) Zat polutan

b. Gangguan pembentukan hormon

Kista ovarium disebabkan oleh dua gangguan pembentukan hormon yaitu pada mekanisme umpan balik ovarium dan hipotalamus.

Estrogen merupakan sekresi yang berperan sebagai respon hypersekresi folikel stimulasi hormon. Dalam menggunakan obat-obatan yang merangsang pada ovulasi atau misalkan pola hidup yang tidak sehat ibu bisa menyebabkan ketidakseimbangan hormon (Nuraeni & Rina, 2018).

Menurut Susianti (2017) penyebab dari kista ovarium belum diketahui secara pasti, terdapat beberapa faktor pendukung antara lain : 1) Gangguan Hormon

Kadar hormon progesteron dan estrogen yang berlebihan atau meningkat dapat memicu terjadinya kista ovarium. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron, yaitu pil KB atau IUD (Intrauterine Device), dapat mengurangi risiko terjadinya kista ovarium.

2) Faktor Genetik

Di dalam tubuh manusia terdapat gen yang memicu kanker, yang disebut proto-onkogen. Proto-onkogen dapat bereaksi sebagai akibat dari

(27)

15

paparan karsinogen (lingkungan, makanan, bahan kimia), polusi, dan paparan radiasi.

3) Pengobatan Infertilitas

Pengobatan infertilitas dengan minum obat kesuburan dilakukan dengan menginduksi ovulasi dengan gonadotropin. Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat menyebabkan perkembangan kista.

4) Hipotiroid

Hipotiroidisme adalah suatu kondisi penurunan sekresi hormon tiroid yang dapat menyebabkan kelenjar hipofisis memproduksi lebih banyak TSH (thyroid-stimulating hormone) sehingga kadar TSH meningkat. TSH adalah faktor yang memfasilitasi perkembangan kista ovarium folikel.

5) Faktor Usia

Kista ovarium jinak terjadi pada wanita usia reproduksi. Wanita memasuki menopause (50-70 tahun) berada pada peningkatan risiko kista ovarium ganas. Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi tidak aktif dan dapat menghasilkan kista karena tingkat aktivitas yang rendah pada wanita menopause.

6) Faktor Lingkungan

Perubahan pola struktural dari masyarakat agraris ke masyarakat industri telah memberikan kontribusi terhadap perubahan fertilitas, gaya hidup, dan pola sosial ekonomi. Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan, yaitu asupan tinggi lemak, rendah serat,

(28)

16

merokok, penggunaan alkohol, bahan tambahan makanan, paparan polusi dari asap rokok atau zat berbahaya lainnya, stres dan kurangnya aktivitas atau olahraga memicu timbulnya suatu penyakit.

3. Klasifikasi

Menurut (Nugroho, 2015) klasifikasi kista ovarium adalah : a. Tipe Kista Normal

Kista fungsional ini adalah jenis kista ovarium yang paling umum.

Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, dan terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal. Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan pecah selama masa subur, melepaskan sel telur yang pada akhirnya akan siap untuk dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikel dan akan hilang saat menstruasi.

Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista korpus luteum.

Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala, dan dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu 6 hingga 8 minggu.

b. Tipe Kista Abnormal 1) Kistadenoma

Kista yang berasal dari luar ovarium. Biasanya jinak, tetapi bisa menjadi lebih besar dan menyebabkan rasa sakit.

2) Kista coklat (endometrioma)

Ini adalah endometrium yang salah tempat. Disebut kista coklat karena mengandung gumpalan darah berwarna coklat tua.

(29)

17 3) Kista dermoid

kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit, kuku, rambut, gigi, dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian ovarium. Mereka biasanya kecil dan tidak menimbulkan gejala.

4) Kista Endometriosis

Kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini tumbuh seiring dengan pertumbuhan lapisan endometrium setiap bulan, dapat menyebabkan rasa sakit yang parah, terutama saat menstruasi dan infertilitas.

5) Kista hemorrhage

kista fungsional dengan perdarahan yang menyebabkan nyeri pada satu sisi perut bagian bawah.

6) Kista Lutein

Kista yang sering terjadi selama kehamilan. Kista lutein sejati biasanya berasal dari hematoma korpus luteum. Ada 2 jenis kista lutein yaitu kista granulosa dan kista teka.

a) Kista Lutein granulosa

Kista granulosa adalah pembesaran ovarium non-neoplastik.

Setelah ovulasi, dinding sel garnose luteinize. Pada tahap selanjutnya yaitu vaskularisasi baru, darah menumpuk di tengah rongga yang membentuk badan hemoragik. Reabsorpsi darah ini dapat menyebabkan pembentukan kista korpus luteum. Kista luteinisasi yang persisten dapat menyebabkan nyeri lokal dan ketegangan dinding perut

(30)

18

yang disertai dengan amenore atau keterlambatan menstruasi yang mensimulasikan kehamilan ektopik. Kista lutein juga dapat menyebabkan torsi ovarium yang menyebabkan nyeri hebat dan pendarahan.

b) Kista teka lutein

Biasanya bilateral, berisi cairan bening kekuningan. Kista biasanya berhubungan dengan ovarium polimorfik, memar hodachidiform, kanker korionik, terapi hCG, dan klomifen sitrat, tetapi tidak banyak penyakit yang disebabkan oleh kista ini. Secara umum, kista dapat menghilang segera setelah pengangkatan tahi lalat, pengobatan koriokarsinoma, dan penghentian stimulasi ovulasi dengan klomifen, sehingga tidak diperlukan pembedahan untuk mengobati kista. Namun, jika kista pecah dan berdarah ke dalam rongga perut, laparotomi diperlukan untuk menyelamatkan pasien.

7) Kista ovarium polikistik

Kista yang berkembang karena terus pecah dan tidak bisa melepaskan sel telur. Biasanya dilakukan setiap bulan. Akumulasi kista ini menyebabkan ovarium membesar. Untuk kista ovarium polikistik persisten (persisten), pembedahan untuk mengangkat kista harus dilakukan untuk menghindari kebingungan dan rasa sakit yang parah.

(31)

19 4. Patofiologi

Berdasarkan Prawirohardjo (2017) menyatakan bahwa fungsi ovarium yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan kegagalan salah satu pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium tersebut. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat.

Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan, gagal berinvolusi, gagal mereabsorbsi cairan dan gagal melepaskan sel telur, sehingga menyebabkan folikel tersebut menjadi kista. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut folikel Graff.

Di pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit yang matang. Folikel yang pecah menjadi korpus luteum, yang ketika matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista di tengahnya. Jika fertilisasi tidak terjadi pada oosit, maka korpus luteum akan mengalami fibrosis dan penyusutan progresif. Namun, jika pembuahan benar-benar terjadi, korpus luteum awalnya akan membesar dan kemudian secara bertahap menyusut selama kehamilan (Williams, 2015).

Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista teka lutein. Kista ini dapat

(32)

20

dirangsang oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multipel dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas yang berlebihan terhadap gonadotropin, lutein. Pasien yang menjalani terapi infertilitas, induksi ovulasi, penggunaan gonadotropin (FSH dan LH) atau, kadang-kadang, klomifen sitrat, dapat mengembangkan sindrom hiperstimulasi ovarium, terutama jika disertai dengan pemberian HCG (Williams, 2015).

Kista neoplastik dapat timbul dari proliferasi sel yang berlebihan dan tidak terkendali di ovarium dan dapat bersifat ganas atau jinak.

Neoplasma ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan yang bervariasi. Sejauh ini tumor ganas yang paling umum muncul dari epitel superfisial (mesothelium), dan sebagian besar lesi bersifat kistik parsial.

Jenis kista jinak yang mirip dengan neoplasma ganas ini adalah kistadenoma serosa dan musinosa. Tumor ganas ovarium lainnya dapat terdiri dari daerah kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord. Sel tumor dan sel germinal dari sel germinal primordial.

Teratoma berasal dari tumor, sel germinal yang mengandung elemen dari ketiga lapisan germinal embrio. Ektodermal, endodermal dan mesodermal (Williams, 2015).

5. Manifetasi Klinis

Manifestasi klinis kista ovarium antara lain :

a. Rasa nyeri yang menetap di rongga panggul disertai rasa agak gatal b. Rasa nyeri sewaktu berhubungan atau nyeri rongga panggul jika

tubuh bergerak

(33)

21

c. Rasa nyeri segera timbul begitu siklus menstruasi selesai. Perdarahan menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak teratur.

d. Perut membesar, perasaan penuh tertekan di perut bagian bawah e. Mual dan ingin muntah

f. Nyeri saat buang air kecil dan konstipasi

g. Nyeri spontan pada perut.(Nuraeni & Wianti, 2018) 6. Penatalaksanaan

Perawatan dengan operasi kista ovarium harus mempertimbangkan beberapa kondisi, termasuk usia pasien dan ukuran kista. Jika kista kecil atau ukurannya kurang dari 5 cm pada pemeriksaan USG, tidak ada tanda- tanda proses ganas, kista ini biasanya dioperasi secara laparoskopi dengan cara laparoskop yang dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan membuat sayatan kecil. di dinding perut. Jika kista besar, biasanya diangkat dengan laparotomi. Teknik yang digunakan adalah anestesi umum, kista atau tes patologis yang memiliki proses keganasan dapat diperiksa.

Selama operasi, kista ovarium harus segera dibuka untuk menentukan apakah tumor tersebut ganas atau tidak. Jika keadaan meragukan, sediaan beku (frozen section) perlu diperiksa oleh ahli patologi. Kista mengalami proses keganasan, sehingga dioperasi dengan histerektomi atau salpingo-ooforektomi bilateral (Kenny & Helen, 2017).

(34)

22 7. Pemeriksaan Penunjang

Tidak jarang konfirmasi diagnosis diperoleh sebelum pembedahan, tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis akut dari gejala yang ditemui dapat membantu dalam membuat diagnosis banding. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah:

a. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

b. Ultrasonografi (USG)

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

Gambar 1.1 USG kista ovarium

(35)

23 c. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor.

d. Parasintesis

Fungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.

Perludiperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.(Bilotta, 2012).

8. Komplikasi

Menurut (Wiknjosatro, 2011) Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium adalah:

a. Pertumbuhan kista ovarium

Menyebabkan tumor di perut bagian bawah sebesar yang dapat menyebabkan hipertrofi perut. Tekanan pada perangkat di sekitarnya disebabkan oleh ukuran tumor atau lokasinya di perut. Ketika tumor menyumbat kandung kemih, itu bisa membuat urin sulit untuk melewatinya, tetapi kista besar yang terbuka di perut dapat menyebabkan edema di kaki, hanya dengan merasakan beban di perut.

b. Karena aktivitas hormonal dari kista ovarium

Tumor ovarium tidak bisa mengubah pola menstruasi tanpa mengeluarkan hormon itu sendiri.

(36)

24 c. Karena komplikasi kista ovarium 1) Pendarahan kista

Berkembang dengan sedikit sehingga berkembang secara bertahap dan kista membesar. Menyebabkan pembesaran luka dan gejala klinis minimal. Namun, ketika sejumlah besar perdarahan terjadi, kista berkembang lebih cepat, menyebabkan nyeri.

2) Torsio atau puntiran tungkai

Puntiran atau puntiran batang terjadi pada tumor bertangkai yang berdiameter lebih besar dari 5 cm. Memutar mempengaruhi ovarium, saluran tuba, atau ligamen bulat rahim. Jika terus-menerus, twist ini dapat menyebabkan serangan jantung, peritonitis dan kematian. Torsi biasanya unilateral dan berhubungan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang tidak melekat atau dapat terjadi pada ovarium normal. Torsi lebih sering terjadi pada wanita usia reproduksi. Gejala termasuk tiba-tiba, sakit parah di kuadran bawah perut, mual dan muntah, demam, dan leukositosis.

Laparoskopi adalah pengobatan pilihan, adneksa diangkat (distorsi), viabilitasnya dinilai, adneksa gangren diangkat, setiap kista diangkat dan dievaluasi secara histologis.

3) Infeksi tumor

Jika terjadi pada tumor ada sumber bakteri pathogen.

4) Robeknya dinding kista

Ini terjadi pada torsi sumbu tetapi juga terjadi karena trauma, seperti jatuh atau pukulan ke perut dan lebih sering terjadi selama

(37)

25

hubungan seksual. Jika pecahnya kista disertai dengan perdarahan yang timbul secara akut, maka terjadilah perdarahan bebas ke dalam rahim dan rongga peritoneum dan menimbulkan nyeri yang terus menerus disertai tanda-tanda perut yang akut.

5) Perubahan keganasan

Setelah tumor diangkat, pemeriksaan mikroskopis yang cermat diperlukan untuk menentukan perubahan keganasan. Ada asites dalam yang mungkin mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang setelah menopause, sehingga lebih mungkin berkembang menjadi kanker (ganas).

Faktor-faktor ini membuat pemeriksaan panggul menjadi penting.

(38)

26 9. Pathway

Gambar 1.2 Sumber : (arif., 2016), (NANDA, 2015) Gaya hidup tidak sehat

(alcohol, merokok, kurang olahraga)

Estrogen meningkat

Kista ovarium

Faktor genetic status menopause hipotiroid

Sel telur gagal berovulasi

Produksi hormon meningkat

Pertumbuhan folikel tidak teratur

Kegagalan sel telur matang Pre operasi

Pembesaran ovarium

Komplikasi kista Kurang informasi

Ansietas Defisit pengetahuan Pendarahan ke

dalam kista

Nyeri perut mendadak Nyeri akut Menstruasi tidak

teratur Menekan organ

disekitar ovarium

Menekan kandung kemih

Gangguan miksi

menekan anus

obstipasi

Gangguan eliminasi urine

Post operasi

Pengaruh anastesi Peristaltik usus menurun Absorapsi air dikolom menurun

konstipasi

Relaksasi otot polos

lambung Hcl meningkat Mual muntah

Intake nutrisi Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Luka operasi Terputusnya

konuinitas jaringan Nyeri akut

Kerusakan

integritas kulit Resik infeksi

Kurang informasi

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

Defisit pengetahuan

(39)

27 B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Konsep teori keperawatan Comfort Kolcaba

Teori kenyamanan yang dikemukakan oleh Catherine Corkaba pada tahun 1990 merupakan teori rentang menengah karena konsep dan proposisinya yang terbatas, tingkat abstraksi yang rendah, dan aplikasi yang mudah untuk pelayanan keperawatan. Teori ini berasumsi bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan bagi semua orang. Kenyamanan adalah kebutuhan untuk berpindah dari penyakit ke kesehatan, dan kenyamanan adalah label untuk tahap akhir perilaku terapeutik dari perawat ke pasien (Risnah dan Muh Irwan, 2021).

Menurut Kolcaba, kenyamanan merupakan konsep yang erat kaitannya dengan ilmu keperawatan. Perawat memberikan kenyamanan kepada pasien dan keluarganya melalui intervensi yang berorientasi pada pengukuran kenyamanan. Hubungan intervensi dengan teori yang diajukan adalah menghadirkan rasa aman dan nyaman pada nyeri yang dialami pasien dengan memberikan tindakan terapi murottal untuk meredakan nyeri akut pasien dengan menekan nilai-nilai Islami.

Ada tiga jenis kenyamanan menurut kolcaba, yaitu: Relief berarti ketika kenyamanan tertentu yang dibutuhkan klien terpenuhi, Ease berarti ketika klien merasa tenang dan puas, dan terakhir transendensi ketika klien berhasil mengatasi kenyamanannya (Alligood & Tomey, 2010). Ketiga jenis kenyamanan tersebut dapat terjadi dalam empat konteks, yaitu fisik,

(40)

28

spiritual, sosiokultural dan lingkungan. Hubungan antara jenis kenyamanan dan empat konteks dijelaskan dalam struktur taksonomi.

Gambar 1.3 Kerangka Kerja Konsep Theory of Comfort

Menurut (Alligood & Tomey, 2010) setiap konsep teori kenyamanan didefinisikan sebagai:

a. Kebutuhan perawatan kesehatan : Identifikasi klien/keluarga

b. Variabel Intervensi: Faktor yang tidak mungkin berubah dan klien hanya memiliki sedikit kendali seperti prognosis, status keuangan, dukungan sosial.

c. Kenyamanan : Sebuah konsep yang erat kaitannya dengan perawat.

Perawat memberikan kenyamanan kepada klien dan keluarganya melalui tindakan kenyamanan.Tujuan comfort adalah untuk memungkinkan klien dan keluarga mengembangkan hubungan yang sehat dalam perilaku mencari kesehatan (HSB).

d. Meningkatkan kenyamanan: Menurut teori kenyamanan, tujuan utama asuhan keperawatan intervensi kenyamanan lanjutan secara teoritis

(41)

29

meningkatkan tingkat kenyamanan dari waktu ke waktu dengan keinginan untuk mengejar perilaku sehat (HSB). HSB dapat bersifat internal (penyembuhan, fungsi kekebalan, jumlah sel T, dll) atau eksternal (aktivitas terkait kesehatan, hasil fungsional) atau kematian yang damai.

e. Integritas Institusional : Didefinisikan sebagai nilai, stabilitas keuangan, dan integritas organisasi kesehatan di tingkat lokal, regional dan nasional.

f. Kebijakan Terbaik: Protokol dan prosedur lembaga untuk semua penggunaan setelah bukti dikumpulkan.

g. Praktik Terbaik: Semua protokol dan prosedur yang ditetapkan oleh agen untuk praktik klien dan keluarga tertentu setelah bukti dikumpulkan.

2. Konsep Meta-paradigma

Berikut ini adalah konsep inti asuhan menurut Kolcaba:

a. Perawat: Pengkaji kebutuhan kenyamanan, perancang tindakan kenyamanan untuk memenuhi kebutuhan klien, dan peninjau kenyamanan bagi klien, keluarga dan masyarakat setelah tindakan tersebut dilaksanakan untuk kemudian dibandingkan dengan pengalaman kenyamanan sebelumnya.

b. Klien : Dapat berupa individu, keluarga atau masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

(42)

30

c. Lingkungan: Faktor eksternal yang dapat dipengaruhi (lingkungan fisik rumah, kebijakan dan institusi) yang dapat dimanipulasi untuk mencapai kenyamanan.

d. Kesehatan: Klien/keluarga/masyarakat dapat berfungsi secara optimal karena fokus yang tinggi pada kebutuhan kenyamanan.

1. Teori Kenyamanan dan Praktik Keperawatan

Kolcaba menunjukkan bahwa menentukan lingkungan di mana kebutuhan kenyamanan klien dan keluarga terjadi adalah penting untuk penerapan teori yang tepat. Mereka telah mengembangkan pedoman untuk menilai kebutuhan kenyamanan klien dan keluarga yaitu:

a. Kebutuhan kenyamanan fisik

Risiko gangguan actual atau gangguan mekanisme fisiologi karena penyakit atau prosedur invasive. Kebutuhan fisiologi yang tidak disadari.

b. Klien dan keluarga seperti kesimbangan cairan dan elektrolit, oksigenasi, termogulasi, nutris, imunitas, kimia darah, istirahat dan tidur. Kebutuhan fisik yang nyata seperti nyeri, mual, muntah, menggigil, gatal-gatal, mudah diatasi atau tanpa obat.

c. Kebutuhan kenyamanan sosial budaya

Ada kebutuhan akan jaminan budaya yang sensitif, bahasa tubuh yang positif dan peduli. Kebutuhan ini dipenuhi dengan pelatihan yang meliputi perilaku “bisa melakukan” pesan kesehatan, dan dorongan. Hubungan yang baik dengan perawat dan memberikan

(43)

31

informasi yang tepat untuk setiap prosedur. Kebutuhan sosial juga mencakup kebutuhan keluarga akan keuangan, penghormatan terhadap tradisi budaya.

d. Kebutuhan kenyamanan lingkungan

Meliputi ketertiban, ketenangan, perabotan yang nyaman, bau, dan keamanan yang minimal. Ini termasuk memperhatikan lingkungan ruang perawatan. Jika perawat tidak memaksimalkan kenyamanan, ada hal yang bisa dilakukan perawat untuk mengurangi kebisingan, pencahayaan, dan tidur dengan nyaman

3. Konsep Teori Nyeri a. Definisi

Nyeri adalah perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.

Nyeri bersifat individual dan tidak dapat diukur secara objektif, tetapi dapat diukur secara subjektif karena hanya pasien yang merasakan nyeri (Heriana, 2014)

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional yang onsetnya tiba-tiba atau lambat dan dengan intensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional. Onset yang tiba-tiba atau lambat, ringan sampai berat dan persisten selama lebih dari 3 bulan dengan intensitas (SDKI, 2017).

(44)

32 c. Penyebab

Menurut Kriteria Diagnostik Keperawatan Indonesia, ada 2 faktor penyebab nyeri yaitu:

1) Faktor risiko

a) Nyeri akut/ nyeri berat

i. Laporan verbal dan nonverbal.

ii. Menunjukkan kerusakan

iii. Posisi untuk mengurangi rasa sakit iv. Ekspresi wajah kesakitan

v. Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu tubuh, nadi) vi. Perilaku ekspresif (gelisah, merintih, nafas dalam, berkabung) b) Nyeri kronis

i. Perubahan berat badan

ii. Perubahan verbal dan non verbal

iii. Menunjukkan gerakan protektif, kecemasan, depresi, fokus diri.

iv. Kelelahan

v. Perubahan pola tidur vi. Takut terluka

vii. Berkurangnya interaksi dengan orang lain 2) Faktor predisposisi

a) Trauma b) Peradangan

c) Trauma psikologis

(45)

33 3) Faktor presipitasi

a) Lingkungan b) Suhu ekstrim c) Kegiatan d) Emosi d. Fisiologi Nyeri

Rasa nyeri yang terjadi erat kaitannya dengan adanya reseptor dan rangsang karena banyaknya nosiseptor di kulit dan selaput lendir, ketika nosiseptor dirangsang, rangsangan ini dilepaskan ketika bradikinin, serotonin, histamin, dan jaringan rusak. Stimulasi tersebut dapat berupa pulsa termal, mekanik, atau listrik (Smeltzer & Bare, 2013)

Nyeri dirasakan saat nosiseptor menginduksi serabut aferen aferen perifer yaitu serabut saraf Adelta dan C, karena mielin terletak di serabut saraf adelta, impuls nyeri dengan cepat mencapai korteks serebral, dengan sensasi akut yang dengan jelas mengidentifikasi penyebab dan intensitas nyeri. Karena ukuran kecil dari serat C dan kurangnya selubung mielin, impuls nyeri ditransmisikan perlahan dan lokalisasi nyeri buruk, tetapi sensasinya visceral dan terus menerus (Potter & Perry, 2010)

Ketika ada rangsangan eksternal, serat A-delta dan C memancarkan rangsangan ini, melepaskan mediator kimia seperti prostaglandin, kalium, bradikinin, histamin, serotonin, yang diaktifkan sebagai respons terhadap rasa sakit. Jika jaringan rusak, rangsangan nyeri

(46)

34

berlanjut dari serabut saraf aferen ke kornu dorsalis medula spinalis.

Ketika mencapai kornu dorsalis, impuls neurotransmiter (substansi P) dilepaskan yang ditransmisikan dari sinapsis perifer ke saraf traktus spinotalamikus yang kemudian dengan cepat mengirimkan informasi ke hipotalamus dan korteks serebri untuk merasakan nyeri. Jadi rasa sakit terjadi di area jaringan yang rusak.(Potter & Perry, 2010).

d. Penilaian intensitas nyeri

1) Verbal Descriptif Scale (VDS)

Skala Deskripsi Verbal (VDS) adalah baris yang terdiri dari tiga sampai lima kata deskriptif yang disusun sepanjang baris.

Deskripsi berkisar dari "tanpa rasa sakit" hingga "sangat menyakitkan". Perawat akan memberikan skala kepada pasien dan pasien akan memilih intensitas nyeri yang dirasakannya (Potter &

Perry, 2010)

2) Numerical Rating Scale (NRS)

Skala Peringkat Numerik (NRS) atau Skala Peringkat Numerik. Seringkali alat deskripsi kata tidak digunakan dan pasien diminta untuk menilai nyeri pada skala 0 sampai 10 (Potter & Perry, 2010)

Gambar 1.4 Numerical Rating Scale (NRS)

(47)

35 e. Manajemen nyeri

1) Farmakologi

Cara yang efektif untuk mengurangi nyeri adalah melalui teknik farmakologi menggunakan obat-obatan seperti analgesik, terutama pada nyeri hebat yang berlangsung berjam-jam atau berhari- hari. Metode yang sangat umum digunakan untuk mengobati rasa sakit adalah dengan menggunakan analgesik.

Menurut (Smeltzer & Bare, 2013) ada tiga jenis analgesik, yaitu:

a) Obat non-narkotika dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID): Dapat meredakan nyeri ringan hingga sedang. NSAID mungkin sangat berguna pada pasien yang rentan terhadap depresi pernapasan.

b) Narkotika atau pereda nyeri opioid: Pereda nyeri ini biasanya digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga berat, seperti nyeri pascaoperasi. Efek samping dari opioid ini dapat menyebabkan depresi pernafasan, sedasi, konstipasi, mual, dan muntah.

c) Obat atau adjuvant lain (analgesik): Ajuvan seperti obat penenang, ansiolitik, dan relaksan otot dapat meningkatkan kontrol nyeri atau meredakan gejala terkait nyeri lainnya seperti depresi dan mual (Potter

& Perry, 2010) 2) Nonfarmakologis

Menurut (Smeltzer & Bare, 2013) memberikan perawatan untuk menurunkan tingkat nyeri dengan teknik nonfarmakologi, teknik nonfarmakologi ini kurang berisiko meskipun efek ini tidak

(48)

36

menggantikan penggunaan analgesik. Berikut beberapa tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri:

a) Masase/pijat (terapi pijat) b) Distraksi/pengalihan c) Terapi musik

d) Imajinasi terbimbing e) Relaksasi napas dalam f) Kompres hangat/dingin g) Aromaterapi

h) Terapi murottal i) Terapi akupresur.

C. Konsep Pengkajian keperawatan

Berikut pengkajian keperawatan pada pasien dengan Kista Ovarium (Eka & Prabowo, 2014)

1. Biodata

Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi;

nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan keberapa, lamanya perkawinan dan alamat.

2. Keluhan Utama

Meneliti secara detail apa yang ibu rasakan untuk mengetahui masalah utama yang ibu rasakan terkait kesehatan reproduksinya. Salah satu keluhan yang muncul pada kasus kista ovarium adalah nyeri perut pada bagian bawah.

(49)

37 3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit dahulu

Hal ini dipelajari untuk mengetahui apakah penyakit yang pernah diderita sebelumnya dapat mempengaruhi dan memperburuk penyakit yang diderita saat ini.

b. Riwayat kesehatan saat ini

Dievaluasi untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita saat ini berkaitan dengan gangguan reproduksi khususnya kista ovarium. Salah satu gejala kista ovarium adalah nyeri pada perut bagian bawah.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji untuk mengetahui apakah ada penyakit genetik pada keluarga seperti asma, diabetes mellitus, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit yang menular.

d. Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, sudah berapa kali ia menikah, sah atau tidak, menikah pada usia berapa dan berapa lama menikah.

e. Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui menarche pada umur berapa, siklus, lama haid, jumlah haid, golongan, warna darah, dismenore atau tidak dan tepung albus atau tidak. Ini dievaluasi untuk menentukan ada kelainan pada sistem reproduksi yang berhubungan dengan menstruasi.

(50)

38

f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

Ini dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan, anak yang hidup, persalinan aterm, persalinan premature, keguguran, persalinan dengan tindakan, riwayat pendarahan pada kehamilan, persalinan atau nifas sebelumnya.

g. Riwayat KB

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengikuti KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, ada keluhan selama menggunakan kontrasepsi untuk mengetahui alat kontrasepsi yang sedang digunakan ibu yang mungkin menjadi penyebab atau akibat dari penyakitnya saat ini.

4. Pemeriksaan umum

a. Kondisi umum diuji untuk menilai apakah kondisi umum pasien baik atau buruk.

b. Kesadaran dievaluasi untuk menilai kesadaran pasien.

c. Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mengetahui kondisi ibu sehubungan dengan kondisi yang dialami ibu, seperti : Tekanan darah, suhu, nadi serta pernafasan.

5. Pola persepsi manajemen kesehatan.

a. Pola persepsi

Manajemen kesehatan Mengambarkan presepsi pemeliharaan, penanganan kesehatan, penatalaksanan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan dan pengetahuan tentang kesehatan.

(51)

39 b. Pola nutrisi

Kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak), mual/muntah, perubahan pada penurunan berat badan. Tanda:

Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit c. Pola eliminasi

Pada kista ovarium terdapat tanda haid tidak teratur, perubahan pola defekasi misal, darah pada feses, nyeri pada saat defekasi, sering berkemih.Tanda: Perubahan pada bising usus

d. Pola latihan aktifitas

Kelemahan/keletihan, perubahan pada pola tidur, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, anxietas, keringat malam, pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi

e. Pola personal hygiene

Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan aktivitas karena adanya kemungkinan timbul nyeri sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.

f. Pola kognitif perseptual

Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif meliputi pengkajian fungsi pendengaran, penglihatan, perasaan, pembau dan kompensasi terhadap tubuh.

(52)

40 g. Pola istirahat tidur

Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang energi. Jumlah jam tidur pad siang dan malam hari, masalah selama tidur, insomia, mimpi buruk, dan penggunaan obat.

i. Pola seksual dan reproduksi

Masalah seksualitas misalnya, dampak pada hubungan saat melakukan hubungan seksualitas. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun mempunyai banyak pasangan seksual dan aktivitas seksual dini.

6. Data Objektif

Perawat dapat mengumpulkan data untuk menentukan apakah kondisi pasien stabil. Komponen evaluasi data objektif ini adalah:

a. Pemeriksaan keseluruhan 1) Kondisi umum

Dievaluasi untuk menilai apakah keadaan umum pasien baik atau tidak.

2) Kesadaran

Hal ini diyakini dapat meningkatkan kesadaran pasien.

3) Tanda-tanda vital

Kondisi ibu dievaluasi untuk melihat apakah ada hubungannya dengan kondisi ibu, sebagai berikut: Tekanan darah, suhu tubuh, nadi, pernapasan.

(53)

41 7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki : a. Kepala : Dievaluasi untuk mengetahui bentuk kepala, kondisi

rambut, rontok atau tidaknya, rambut rontok dan kebersihan kulit kepala.

b. Muka : Dievaluasi untuk mengetahui apakah keadaan wajah pucat atau tidak.

c. Mata : Ini dikaji untuk mengetahui kondisi mata dengan sklera, ikterik, konjungtiva, anemis.

d. Hidung : Hal ini dievaluasi untuk mengetahui keadaan hidung dengan simetri, bersih atau tidak, jika ada infeksi.

e. Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah terdapat penumpukan sekret.

f. Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir mengalami pecah- pecah atau tidak, stomatitis atau tidak, gapakah ada gigi berlubang g. Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar

tiroid, limfe, apakah ada distensi vena jugularis atau tidak.

h. Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak

i. Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, apakah terdapat benjolan atau tidak.

j. Abdomen : Dikaji untuk mengetahui apakah terdapat luka bekas operasi dan apakah terdapat pembesaran perut.

(54)

42

k. Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.

l. Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, sianosis atau tidak, edema atau tidak, reflek patella positif atau tidak.

m. Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada genetalia, abses ata pengeluaran yang tidak normal.

n. Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau tidak.

8. Pemeriksaan khusus a. Inspeksi

Inspeksi adalah proses pengamatan yang dilakukan untuk melihat keadaan wajah, payudara, abdomen dan genetalia.

b. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba yang digunakan untuk memeriksa payudara dan abdomen.

9. Data spiritual

Klien melakukan aktivitas keagamaannya sesuai dengan keyakinannya.

10. Data psikologis

Yang perlu dipelajari adalah perasaan pasien setelah mengetahui penyakit yang dideritanya saat ini

(55)

43 11. Pola kebiasaan sehari-hari

Klien mengalami gangguan dalam aktivitas dan tidurnya karena merasa nyeri.

12. Pemeriksaan penunjang

Ultrasonografi dengan USG dapat melihat ukuran kista, bentuk kista, isi kista, dll.

D. Diagnosis Keperawatan

Adapun diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien kista ovarium sebagai berikut : (Nurarif and Kusuma 2015, SDKI 2017). 1. Pre Operasi

a. Nyeri akut b. Ansietas

c. Defisit pengetahuan d. Gangguan eliminasi urine 2. Post Operasi

a. Nyeri akut b. Resiko infeksi

c. Hambatan mobilisasi fisik d. Resiko Konstipasi

e. Gangguan Integritas kulit f. Defisit nutrisi

g. Defisit perawatan diri

Gambar

Gambar  1.1  USG kista ovarium
Gambar 1.2 Sumber : (arif., 2016), (NANDA, 2015) Gaya  hidup  tidak  sehat
Gambar 1.3  Kerangka Kerja Konsep Theory of Comfort
Tabel 3.4 Implementasi & Evaluasi Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil :Terdapat Perbedaan efektifitas yang signifikan antara inhalasi aromaterapi lavender dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan persepsi nyeri insersi av shunt

i Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Chronic Kidney Disease dengan Intervensi Kombinasi Inovasi Pemberian Aromaterapi Mawar dan Murottal Al – Qur’an Surah Ar – Rahman

Bagi Institusi Pendidikan Institusi dapat lebih banyak memberikan referensi tentang aplikasi tindakan-tindakan seperti teknik aromaterapi mawar kombinasi terapi murottal pada kasus

Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien CKD Chronic Kidney Disease dengan Intervensi Kombinasi Inovasi Aromaterapi Mawar dan Murottal Al Qur’an Surah Ar-Rahman terhadap