• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Ekopedagogik

Istilah ekopedagogik merupakan gabungan dari dua istilah. Yang pertama adalah ekologi (ecology) yang berarti ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dan yang kedua adalah pedagogi (pedagogy) yang berarti ilmu mendidik. Dalam arti yang lebih luas, istilah ekopedagogik merupakan istilah yang lahir dari perkembangan pedagogik kritis yang diprakarsai oleh Paolo Freire. Dalam konteks ini, ekopedagogik merupakan sebuah gerakan yang berorientasi ke masa depan “untuk mengembangkan apresiasi yang kuat tentang potensi kolektif manusia yang mampu mendorong terciptanya keadilan sosial di seluruh dunia, agar kemudian lahir kesadaran masyarakat dunia tentang pentingnya ekoliterasi kritis (melek lingkungan secara kritis) bagi setiap warga dunia”

Ekopedagogik sebagai suatu pemikiran, gerakan, atau suatu pendekatan dalam pendidikan (seperti yang dikemukakan oleh Paulo Freire, Moacir Gadotti dan Leonardo Boff) mengawali gagasannya dengan pertanyaan “bagaimana mere-edukasi “warga bumi" agar mereka menjadi lebih peduli, menghargai dan lebih berupaya melakukan upaya-upaya baru bagi pelestarian lingkungan hidup, guna kesejahteraan hidup dan kehidupan di muka bumi. Dari konsep ekopedagogik selanjutnya muncul sejumlah kritik dan pertanyaan terhadap pendidikan dan sistem pendidikan, sebagai berikut:

1) Bagaimana caranya agar kita semua sebagai warga planet ini mampu berpartisipasi dalam menciptakan satu dunia yang kita inginkan?

2) Seperti apa bentuk pendidikan yang dapat mendorong semua orang sehingga mereka mampu menghadapi apa yang sedang terjadi di lingkungan?

3) Pendidikan semacam apa yang sungguh-sungguh relevan dengan keadaan pada hari ini, sesuai dengan keadaan kemasyarakatan kita saat ini dan sesuai dengan kerawanan ekologis yang terjadi?

4) Dan bagaimana bentuk pendidikan lingkungan tradisional yang ternyata tidak relevan lagi dengan keadaan saat ini?

Itulah beberapa pertanyaan yang muncul dalam konsep ecopedagogy, yang ingin diupayakan jawabannya?

Seiring ecopedagogy dikenal istilah Ecoliteracy, yaitu istilah yang berasal dari kata ecological dan literacy. Istilah ecoliteracy bertujuan untuk menjelaskan proses peningkatan pemahaman individu atau masyarakat terhadap hakikat dan prinsip-prinsip ekologi. Istilah ecoliteracy merupakan suatu paradigma baru yang bertujuan meningkatkan kesadaran ekologis masyarakat. Melalui ecoliteracy diperkenalkan dan diperbarui pemahaman masyarakat akan pentingnya kesadaran ekologis global, guna menciptakan keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan kesanggupan bumi untuk menopangnya.

Terkait dengan ekopedagogik sebagai suatu konsep, sedikitnya dibahas tiga konsep ekoliterasi. penting lainnya, yaitu :

1. Konsep ekoliterasi teknis (fungsional) yaitu bertujuan untuk memahami dasar-dasar sains, konsep ekologi dan biologi, serta dampak positif dan negatif kegiatan manusia terhadap sistem ekologi.

2. Konsep ekoliterasi budaya yaitu bertujuan untuk meningkatkan wawasan, kesadaran dan pemahaman tentang berbagai perspektif budaya dalam hubungan antara manusia dan lingkungan yang menghasilkan keberlanjutan kehidupan.

3. Konsep ekoliterasi kritis yaitu bertujuan untuk melibatkan siswa atau mahasiswa terhadap politik ekologi, kemajuan teknologi dan komunikasi melalui dialog yang kritis dan konstruktif.

Berdasarkan dimensinya tersebut, maka konsep ekopedagogik terkait dengan isu-isu kritis lingkungan dalam setiap proses pendidikan. Proses pendidikan dan pembelajaran hendaknya tidak hanya mempelajari materi ajar semata terlepas dari isu-isu lingkungan, tetapi juga mempelajari materi ajar tersebut dalam kaitannya dengan interaksi manusia dengan lingkungannya dan dengan isu-isu lingkungan. Keterlaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran yang berbasis konsep ekopedagogik hanya bisa dilakukan jika para guru dan pengajar lainnya memiliki pengetahuan yang terkait dengan lingkungan hidup dan isu-isu lingkungan hidup tersebut.

172 Ada sejumlah alasan mengapa konsep ekopedagogik penting dipelajari, yaitu sebagai berikut:

1. Konsep ekopedagogik dapat membangun kesadaran kolektif untuk berperan aktif dalam menjaga dan merawat planet bumi.

2. Dengan konsep ekopedagogik, maka alam tidak dipandang sebagai lingkungan hidup (environment) semata, tetapi sebagai ruang pemberi dan pemakna kehidupan (lebenstraum).

3. Dengan ekopedagogik, pendidikan menjadi sesuatu yang dapat mengubah paradigma ilmu yang bersifat mekanistik, reduksionis, parsial dan bebas nilai menjadi lebih ekologis, holistik dan terikat nilai-nilai sehingga dapat menumbuhkan kearifan lingkungan (environmental wisdom).

Misalnya dapat membangun watak manusia yang menghargai hak hidup makhluk hidup lainnya.

4. Pendidikan ekopedagogik lebih menekankan pendekatan biosentrisme dan ekosentrisme, bukan lagi antroposentrisme. Antroposentrisme merupakan suatu etika yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta dan bahwa kebutuhan dan kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting diantara mahkluk hidup lainnya. Sedangkan biosentrisme, merupakan suatu paradigma yang memandang bahwa setiap kehidupan dan mahkluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri, sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral. Pada paham ekosentrisme, justru memusatkan perhatian pada fakta bahwa ada saling keterkaitan dan ketergantungan seluruh komunitas ekologis dalam suatu ekosistem, baik yang hidup maupun yang tidak hidup.

5. Ekopedagogik merupakan pendidikan untuk mengenali alam, sehingga tumbuh rasa cinta terhadap alam beserta isinya.

Jika pada setiap kegiatan pendidikan dan pembelajaran dilaksanakan dengan berbasis ekopedagogik, maka semua peserta didik akan mengalami dan memiliki peningkatan literasi tentang lingkungan (melek lingkungan), dari waktu ke waktu, sehingga timbul rasa tanggungjawab untuk menjaga dan merawatnya.

Di dalam praktek belajar mengajar, untuk dapat menampung atau menerima konsep ecopedagogy, maka pandangan pribadi masing-masing guru dalam bidang pendidikan dan pandangan mereka mengenai dunia akan dipengaruhi oleh filsafat pribadi mereka dan pandangan politik mereka.

Mungkin guru kita masih memiliki asumsi populer yang menyatakan bahwa sebagai manusia kita unggul dan memiliki hak untuk mendominasi dan mengeksploitasi alam (paham Antrophosentrism).

Ada lima tujuan pendidikan lingkungan yang disepakati usai pertemuan di Tbilisi 1977 oleh dunia internasional. Fien dalam Miyake, dkk. (2003) mengemukakan kelima tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Di bidang pengetahuan, membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk mendapatkan berbagai pengalaman dan mendapat pengetahuan tentang apa yang diperlukan untuk menciptakan dan menjaga lingkungan yang berkelanjutan.

2. Di bidang kesadaran, membantu kelompok sosial dan individu untuk mendapatkan kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan secara keseluruhan beserta isu-isu yang menyertainya, pertanyaan, dan permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan dan pembangunan.

3. Di bidang perilaku, membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk memperoleh serangkaian nilai perasaan peduli terhadap lingkungan dan motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam perbaikan dan perlindungan lingkungan.

4. Di bidang ketrampilan, membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk mendapatkan ketrampilan untuk mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memecahkan permasalahan lingkungan.

5. Di bidang partisipasi, memberikan kesempatan dan motivasi terhadap individu, kelompok dan masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan.

Universitas Negeri Jakarta memiliki Program Studi Pendidikan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk jenjang S2 dan S3, bahkan merupakan merupakan program studi yang awal dalam gerakan pendidikan tentang lingkungan hidup dan masalah kependudukan. Program studi ini telah meluluskan banyak magister dan doctor dalam bidang PKLH. Sehubungan dengan konsep ekopedagogik, maka adalah mereka dapat diharapkan memberikan konstribusi dalam kegiatan pendidikan yang berdasarkan pembangunan yang berkelanjutan (EfSD = educational for sustainable development)

EfSD adalah merupakan suatu konsep yang sejalan dengan konsep ekopedagogik. Bila EfSD dipandang sebagai suatu sasaran atau tujuan, maka ekopedagogik bisa dipandang sebagai suatu

173 pendekatan dalam mencapai sasaran tersebut. EfSD bukanlah suatu program atau project, melainkan suatu payung untuk berbagai macam bentuk pendidikan yang telah ada. EfSD merupakan sesuatu yang harus diciptakan sehingga ia bisa memayungi kegiatan-kegiatan pendidikan agar kegiatan pembangunan tepat sasaran yaitu “sustainable development”. EfSD mempromosikan berbagai upaya untuk berpikir ulang tentang program-program dan sistem-sistem pendidikan baik method maupun kontennya. Konsep EfSD seharusnya mempengaruhi semua komponen dalam pendidkan, yakni mempengaruhi tataran legislasi (legialation), kebijakan (policy), pendanaan (finance), kurikulum (curriculum), pembelajaran (instruction), penilaian (assessment) dan lain-lain.

EfSD mempunyai beberapa karakteristik utama yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bentuk yang sesuai secara kultural, antara lain sebagai berikut:

1. EfSD didasari oleh prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang penting untuk pembangunan berkelanjutan

2. EfSD sesuai dengan perilaku baik (well-being) untuk keempat dimensi sustainability, yaitu:

lingkungan (environment), masyarakat (society), budaya (culture), dan ekonomi (economy).

3. EfSD menggunakan bermacam-macam teknik mendidik, yang mendukung belajar partisipatif dan keahlian berpikir yang lebih tinggi (higher-order thinking skills).

4. EfSD didasarkan kepada kebutuhan-kebutuhan, persepsi dan kondisi lokal, namun pemenuhan kebutuhan local mempunyai dampak dan konsekwensi internasional

5. EfSD adalah bidang interdisiplinaritas, artinya setiap disiplin ilmu memberikan konstribusi dalam gerakan EfSD; lebih jauh lagi EfSD menuntut pemikiran yang menyatu secara transdisiplinaritas.

Melalui kegiatan pendidikan berbasis konsep ekopedagogik, berbagai permasalahan lingkungan seperti: pengelolaan tata ruang, penangulangan pencemaran lingkungan, pola dan gaya hidup yang tidak ramah lingkungan, kerusakan ekosistem, serta upaya konservasi berbagai sumber daya alam bisa terwujud dapat ditanggulangi.

Perilaku ekopedagogik bisa terbentuk pada mahasiswa sebagai suatu kompetensi, jika peserta didik diberikan materi atau bahan perkuliahan yang sesuai dengan konsep tersebut. Tingkat kesadaran dan kepekaan mahasiswa PKLH untuk tidak menggunakan plastik saat mereka melakukan kegiatan berbelanja misalnya, dapat dipandang sebagai perilaku green consumerism. Di lain pihak jika peserta didik tidak sembarangan dalam membuang sampah, itu adalah merupakan kegiatan mendidik yang sesuai dengan konsep ekopedagogik.

Lebih jauh lagi jika masyarakat mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam, kemudian menghasilkan produk yang bernilai ekonomi, kemudian menumbuhkan kreatifitas dan kepedulian terhadap lingkungan, kemudian selanjutnya menjaga kelestarian lingkungan, maka itu adalah contoh lain dari ekopedagogik yang berhasil.

Berdasarkan uraian di atas maka pembelajaran berbasis ekopedagogik adalah merupakan suatu proses belajar dan upaya mendidik untuk mengubah perilaku dan sikap peserta didik atau elemen masyarakat sehinga dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran mereka tentang nilai-nilai lingkungan dan permasalahan lingkungan. Dengan perilaku eko pedagogik peserta didik dan masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam kegiatan pembangun sesuai konsep pembangunan berkelanjutan.

Secara operasional pemahaman mahasiswa terhadap konsep ekopedagogik adalah pengetahuan mahasiswa tentang proses belajar dan upaya mendidik yang bertujuan untuk mengubah perilaku dan sikap peserta didik dalam aspek ekoliterasi teknis, ekoliterasi budaya dan ekoliterasi kritis, yang berkaitan dengan perilaku “green consumerism” dengan indikator mengiterpretasikan, membandingkan, menyimpulkan, mengklasifikasikan, dan menjelaskan.

Kerangka Teoretik

Ada empat pilar yang dapat mengubah perilaku manusia, yaitu values atau norm, attitude, persepsi dan learning. Proses pendidikan pembelajaran adalah bagian penting dalam pembentukan perilaku manusia. Program studi yang fokus pada pendidikan lingkungan cenderung menganut pendidikan berbasis ekopedagogik dalam kurikulumnya. Oleh sebab itu secara teoretik maka pemahaman mahasiswa tentang konsep ekopedagogik diduga berhugungan dengan perilaku green consumerism. Berdasarkan dugaan ini maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

174

”terdapat hubungan positif antara pemahaman konsep ekopedagogik dengan perilaku green consumeris.”

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metoda penelitian yang digunakan adalah survey, dan tempat penelitian adalah Program Studi Pendidikan LIngkungan Hidup (PKLH) Program Pascasarjana, Universitas Negari Jakarta mulai dari bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan Februari 2014.