• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Keadilan

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 37-41)

21

pidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan pidana dilakukan.” Seseorang yang dapat dimintakan pertanggungajawaban nya ialah seseorang yang mempunyai akal sehat dimana ia dapat membedakan mana yang baik mana yang tidak, mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan.37

Ancaman bagi pelaku pembunuhan berencana sesuai dengan apa yang tercantum dalam Pasal 340 KUHP yaitu, “Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”.

Penjatuhan hukuman mati bagi sebagian orang diakui sangat berat,38 oleh karena itu beberapa ahli yang setuju dengan pidana mati mengemukakan syarat-syarat, yaitu :

1) Hukuman mati sebagai suatu alternatif yang berupa ancaman;

2) Hukuman mati hanya diperbolehkan dijatuhkan apabila ada kesalahan dapat dibuktikan.

merupakan alat kontrol sosial yang ada di dalam masyarakat.39 Selain itu, hukum memiliki tujuan yaitu keadilan. Pengertian mengenai keadilan sudah banyak dibicarakan oleh ahli filsafat hukum dan diantaranya telah menjadi perdebatan, namun makna keadilan itu sendiri tidaklah mudah untuk dipahami.40

Keadilan dalam perspektif hukum merupakan konsep yang mengacu pada keseimbangan, kesetaraan dan perlakuan yang adil tanpa memandang ras, suku, status sosial, budaya dan orientasi seksual masyarakat.41 Keadilan memiliki aspek restoratif dimana keadilan bertujuan untuk memulihkan keadaan dan membawa rasa damai yang ditimbulkan dengan pelanggaran hukum. Selain itu, keadilan juga memiliki 3 (tiga) aspek, yaitu:

1) perlakuan yang sama dan setara bagi setiap individu;

2) setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum;

3) keputusan hukum harus didasarkan pada keadilan dimana hakim tidak bertindak memihak ke salah satu pihak atau berlaku netral.

Keadilan merupakan suatu landasan munculnya institusi sosial seperti institusi peradilan sebab keadilan merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat. Patokan mengenai keadilan sendiri berbeda-beda.42 Setiap ada keadilan maka selalu dikaitkan dengan adanya ketidakadilan. Menurut Anthon

39 Samsul Wahidin, “Hakim Agung Sebagai Agent Of Change Menuju Law And Legal Reform”, Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 5, No. 2, Desember 2014, hlm. 160.

40 Subhan Amin, “Keadilan dalam Perspektif Filsafat Hukum terhadap Masyarakat”, El-Afkar, Vol. 8, No. I, Januari-Juni 2019, hlm. 01.

41 https://fahum.umsu.ac.id/apa-itu-keadilan-dalam-

hukum/#:~:text=Keadilan%20dalam%20hukum%20adalah%20prinsip,semua%20individu%20dal am%20sistem%20hukum. Diakses pada tanggal 24 Juli 2023 Pukul 21.06.

42 Inge Dwisvimiar, “Keadilan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 11, No. 3, September 2011, hlm. 522.

23

F. Susanto, keadilan akan selalu berkaitan dengan ketidakadilan dan keraguan bahwa pada hakekatnya keadilan tidak akan berdaya apabila tidak ada ketidakadilan dan keraguan.43 Keadilan, ketidakadilan dan keraguan membentuk suatu wilayah yang labil serta mudah goyah (melee) sebab konsep keadilan yang dikaitkan dengan ketidakadilan memasuki wilayah non sistematik atau yang lebih dikenal dengan anti sistematik. Keadilan yang berkaitan dengan ketidakadilan dan keraguan ini menganggap hukum bersifat plural dan plastik. 44

Teori keadilan pertama kali dirumuskan oleh seorang filsuf bernama Aristoteles. Aristoteles menyatakan bahwa keadilan memberikan hak kepada siapapun yang memang menjadi hak nya (fiat jutitia bereat mundus). Ia juga beranggapan bahwa keadilan merupakan suatu keutamaan dan bersifat umum sebab Aristoteles menganggap keadilan dalam arti persamaan. Keadilan tidak dapat dikategorikan sebagai keutamaan apabila dalam ukuran nya tidak berkaitan dengan aspek sosial, khususnya dalam hubungan antar manusia. 45 Keadilan yang cukup tidak hanya mencapai kebahagiaan untuk diri sendiri melainkan juga kebahagiaan orang lain.

Aristoteles membagi keadilan menjadi dua, yaitu keadilan distributif dan keadilan korektif. Keadilan distributif merupakan keadilan yang ditentukan oleh pembuat undang-undang nya sendiri. Keadilan distributif ini memberikan

43 Anthon F. Susanto, “Keraguan dan Ketidakadilan Hukum (Sebuah Pembacaan Dekonstruktif)”, Jurnal Keadilan Sosial, Edisi 1 Tahun 2010, hlm. 23.

44 Erlyn Indarti, “Demokrasi dan Kekerasan: Sebuah Tinjauan Filsafat Hukum”, Aequitas Juris, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm. 33.

45 Citra Ayu Kishardian Salsabila, “Konsep Hukum dan Keadilan Dalam Perspektif Aristoteles”, Jurnal Pendidikan, Seni, Sains dan Sosial Humanioral, 2023,hlm. 3.

keadilan kepada seseorang sesuai dengan porsinya.46 Keadilan korektif yaitu keadilan yang menjamin dari adanya serangan-serangan illegal. Keadilan korektif ini memberikan ganti rugi bagi pihak yang telah dirugikan sehingga dikatakan ganti rugi dan sanksi merupakan salah satu bentuk dari keadilan itu sendiri. Selain Aristoteles, Plato juga menganggap keadilan hanya terdapat dalam hukum dan perundang-undangan yang dibuat khusus oleh para ahli.

Plato juga menganggap bahwa keadilan didasarkan pada pengetahuan tentang sesuatu yang baik.47

John Rawls mengemukakan keadilan ialah fairness. Ia membagikan beberapa pendapat mengenai keadilan, yaitu :48

1. Keadilan berasal dari pilihan yang adil.

2. Keadilan sebagai fairness menghasilkan keadilan yang prosedural murni sehingga tidak ada standar untuk menentukan apakah sudah adil. Keadilan dilihat tidak hanya dari hasilnya, melainkan juga dari prosesnya sendiri.

Leibniz memberikan pandangan nya mengenai keadilan ialah iustitia est coritas sapientis atau cinta kasih seseorang bijaksana yang menandakan kebaikan hati serta pengertian praktir dalam segala bidang hidup.49 Menurut Satjipto Rahardjo, keadilan berarti bagaimana cara seseorang memperlakukan manusia serta menggambarkan bagaimana hakikatnya manusia.50 Setiap

46 Ana Suheri, “Wujud Keadilan dalam Masyarakat Ditinjau Dari Perspektif Hukum Nasional”, Jurnal Morality, Vol. 4, No. 2, Juni 2018, hlm. 62.

47 W. Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum, Jakarta: Rajawali Press, 1990, hlm. 118.

48 Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum Edisi Tepat, Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2015, hlm.

246.

49 Urip Sucipto, Filsafat Hulum, Yogyakarta: Deepublish, 3029, hlm. 11.

50 Rommy Haryono Djojorahardjo, “Mewujudkan Aspek Keadilan dalam Putusan Hakim di Peradilan Perdata.” Jurnal Media Hukum dan Peradilan, hlm. 89.

25

keadilan maka ada kepastian hukum. Keadilan dan kepastian hukum merupakan dua hal yang saling terikat dan berhubungan.51 Selain terikat kepada kepastian hukum, keadilan juga tidak dapat dipisahkan dari tujuan hukum itu sendiri. Kualitas hukum di suatu negara terlihat dari keadilan dan kepastian hukum itu sendiri. Penerapan keadilan dan kepastian hukum yang baik maka akan berdampak pada kualitas hukum sendiri. Keadilan sendiri tertuang dalam putusan hakim. Setiap mewujudkan putusan hakim yang berisi keadilan dan kepastian hukum tidaklah mudah sebab di Indonesia sendiri tidak mengenal sistem “dissenting opinion”.52 Putusan hakim yang dapat menghasilkan keadilan harus dapat membentuk “ius constitutum” dan “ius contituendum” melalui metode yurisprudensi sebagai salah satu sumber hukum.

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 37-41)

Dokumen terkait