• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pengeringan Sistem Polder dengan Pompa

BAB 3 INFRASTRUKTUR PADA DRAINASE

3.4. Konsep Pengeringan Sistem Polder dengan Pompa

bagaimana bersikap ketika banjir datang akan jauh lebih berguna untuk mencegah banjir dan meminimalisir kerugian akibat banjir yang bisa datang setiap tahun [18].

Kelengkapan sarana

fisik sistem polder,

antara lain adalah

saluran air, kanal,

kolam penampungan

memanjang, waduk,

tanggul, dan pompa.

BAB 4 SISTEM POLDER KALI BANGER

DI SEMARANG

4.1. Pendahuluan

Banjir telah menjadi permasalahan yang hampir rutin dihadapi oleh beberapa kota besar di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, terutama yang berada di pesisir dan terletak dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar. Lebih jauh, banjir yang terjadi di Semarang secara lebih terperinci disebabkan oleh 3 (tiga) permasalahan utama, yaitu:

a. Fenomena alam: hujan setempat, debit DAS hulu, pasang surut air laut (naiknya muka air laut sebagai dampak pencairan es di Kutub Utara dan Selatan akibat pemanasan global), dan gejala penurunan elevasi tanah (land subsidence).

b. Kondisi alam geografis, topografi, perubahan dimensi sungai, penyempitan, slope, meandering, pendangkalan karena

sedimentasi, back water (dalam istilah lokal sering disebut rob) pasang surut dan sebagainya.

c. Aktivitas manusia: pengelolaan operasionalisasi dan pemeliharaan (OP) yang tidak memadai termasuk dalam kegiatan artificial yang dapat mengantisipasi sesaat (antara lain stasiun pompa), perubahan tata ruang, tata guna lahan (termasuk proses konsolidasi tanah di area pesisir), tata olah lahan (termasuk pengambilan air tanah berlebihan yang tidak imbang dengan kemampuan pengisian air tanah).

Kota Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah mengalami pertumbuhan yang pesat dalam berbagai aspek, baik aspek sosial, ekonomi maupun perdagangan. Selain dampak positif akan pertumbuhan yang tersebut, Kota Semarang juga mengalami persoalan lingkungan yang serius. Di wilayah Semarang bagian utara yang dekat dengan bagian pantai (lebih dikenal dengan Semarang Bawah), muncul berbagai permasalahan lingkungan seperti banjir dan rob. Banjir dan rob telah lama menjadi persoalan yang tidak mudah diatasi, utamanya di Kecamatan Semarang Utara.

Kawasan yang wilayahnya menjadi langganan rob dan banjir adalah Kelurahan Tambakmulyo, Tambakrejo, Tanjung Mas serta Bandarharjo. Banjir di kawasan tersebut rata-rata mencapai ketinggian antara 30 dan 40 cm, tetapi lokasi yang paling parah adalah Tambakmulyo dan Tambakrejo, karena memang paling dekat dengan pantai [20]

Permasalahan banjir di Kota Semarang telah mencapai kondisi yang memprihatinkan karena menyebabkan terhambatnya berbagai kegiatan ekonomi dan sosial. Banjir yang terjadi di kawasan Bandara Ahmad Yani telah menghambat lalu lintas penerbangan. Demikian pula banjir di bagian timur dan barat Kota Semarang telah menghambat lalu lintas masuk dan ke luar Kota Semarang dari kedua arah tersebut. Banjir yang terjadi di beberapa bagian pusat kota, seperti di Kawasan Johar, Pelabuhan Tanjung Emas, dan beberapa kawasan permukiman juga menghambat kegiatan ekonomi dan sosial di kawasan tersebut [13]. Di antara berbagai sistem penanganan banjir, Sistem Polder telah dianggap sebagai salah satu solusi struktural yang dipilih dan menjadi prioritas untuk diimplemetasikan di Kota Semarang. Pembangunan sistem polder di Semarang diawali dengan ditandatanganinya beberapa perjanjian kerja sama antara Pemerintah Indonesia, Pemerintah Kerajaan Belanda, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan Pemerintah Kota Semarang.

4.2. Sistem Polder Banger

Sistem Polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan bangunan fisik yang meliputi sistem drainase, kolam retensi, tanggul yang mengelilingi kawasan, serta pompa dan pintu air sebagai satu kesatuan pengelolaan tata air tak terpisahkan. Sistem Polder yang bertujuan untuk mengendalikan banjir perkotaan secara terpadu merupakan sistem pengendalian banjir yang telah berhasil diterapkan di Belanda dan Singapura. Beberapa polder

yang telah beroperasi seperti Polder Kali Semarang, Polder Tawang, Polder Tanah Mas maupun Polder Banger untuk mengatasi banjir dan rob [21].

Nama Polder Banger itu sendiri diambil dari nama saluran drainase primer di area tersebut, yaitu Kali Banger. Adapun batas area polder Banger adalah pada sebelah utara: Jalan Arteri Utara (Jalan tol lingkar luar); sebelah Timur: Banjir Kanal Timur (BKT);

sebelah Selatan: Jalan Brigjen Katamso; dan sebelah Barat: Jalan Ronggowarsito. Area polder Banger meliputi Kecamatan Semarang Timur seluas 530 ha dengan penduduk sekitar 84.000 jiwa. Kali Banger mengalir dari selatan ke utara, langsung menuju laut.

Panjang Kali Banger 5,250 m, dengan lebar di bagian hulu 10 m dan di bagian hilir sampai dengan 30 m. Keseluruhan area Kali Banger meliputi luasan 11 ha. Ketinggian permukaan air Kali Banger sebelah utara tergantung pasang surut air laut. Pada saat pasang ketinggian permukaan mencapai +0.50 m dpa, sedangkan pada waktu surut sekitar -0.50 m dpa. Karena itu, banjir terjadi karena dua mekanisme, yaitu limpasan air yang meluap dari tanggul Kali Banger ketika pasang tinggi dan tertutupnya muara Kali Banger sehingga curah hujan yang turun tidak teralirkan. Di sebelah selatan, ketinggian permukaan air Kali Banger tidak terpengaruh pasang surut. Ketinggiannya sekitar +1.00 m dpa, lebih tinggi daripada pasang tertinggi. Genangan yang terjadi di sebelah selatan lebih banyak disebabkan curah hujan yang tinggi. Kali Banger mengalami sedimentasi akibat sedimen bawaan air laut dan dari jalan di kiri kanan kali yang tidak diperkeras. Ketinggian

permukaan tanah di area Polder Banger termasuk sangat rendah dengan ketinggian antara -0.50 dpa sampai dengan +0.50 dpa.

Dengan kata lain, pada saat pasang air laut sebagian area Polder Banger dipastikan tergenang. Hampir setiap hari terjadi banjir dengan frekuensi yang semakin tinggi. Jalan Ronggowarsito sebelah utara bahkan dikenal sebagai genangan abadi. Permukaan tanah di sekitar Banger mengalami penurunan signifikan dengan rata-rata 9 cm/tahun. Penurunan tinggi permukaan tanah (land subsidence) dapat dilihat dengan jelas pada beberapa bangunan rumah yang tidak ditinggikan sementara jalan di depan rumah tersebut ditinggikan, secara berkala. Dengan kondisi penurunan permukaan tanah dan naiknya permukaan laut, bila tidak ditangani dengan tepat, dalam 10–20 tahun lagi, 85% dari area Banger akan mengalami banjir permanen dan aset-aset yang berada di dalamnya dimungkinkan hilang. [13]

Gambar 4.1 Struktur Sistem Polder Banger Semarang

Selain permukiman, dalam area Banger terdapat jaringan rel kereta api, jaringan distribusi BBM milik Pertamina, gudang senjata yang sudah terendam, dan industri-industri kecil. Kawasan Banger merupakan kawasan yang berada di sekitar Kali Banger di Kota Semarang. Kawasan ini terdiri atas sepuluh kelurahan di Kecamatan Semarang Tengah, meliputi luas lebih kurang 550 ha.

Jumlah kepala keluarga yang tinggal di kawasan tersebut lebih kurang 21.160 KK, dengan jumlah penduduk yang tinggal di kawasan tersebut lebih kurang 84.000 jiwa [22].

Gambar 4.2 Rumah Pompa Polder Banger

BAB 5 PEDOMAN PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN SISTEM POLDER PADA POLDER BANGER

5.1. Definisi Operasi dan Pemeliharaan

Operasi dan pemeliharaan sistem polder merupakan upaya menjaga dan mengamankan sistem polder agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus. Contoh kasus berikut diambil dari sistem Polder Banger di Semarang, yang merupakan pilot project kerjasama antara Pemkot Semarang dan HHSK Rotterdam Waterboards, Belanda [21].

5.1.1 Operasi

Pengoperasian sistem polder mencakup pengoperasian pada jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, yang diperlukan untuk melakukan fungsi polder dan unsur-unsurnya selama masa pakai. Misalnya pengoperasian pompa (perpindahan on-off, pendaftaran jam operasional, pengisian bahan bakar generator pompa, dan lain sebagainya).

5.1.2 Pemeliharaan

Pemeliharaan sistem polder mencakup semua kegiatan teknis yang diperlukan untuk menjaga fungsi polder dalam kondisi baik, misalnya inspeksi, perbaikan dan pembersihan bekerja. Pada dasarnya ada dua jenis / strategi pemeliharaan (gambar 5.1):

1. Pemeliharaan preventif, yang dapat dibagi dalam:

a. Pemeliharaan berbasis kondisi;

b. Pemeliharaan berbasis preventif;

2. Pemeliharaan korektif, yaitu pemeliharaan berbasis korektif.

Gambar 5.1. Strategi Pemeliharaan

5.1.2.1 Pemeliharaan preventif

Preventive maintenance adalah pemeliharaan yang dilaksanakan dalam periode waktu yang tetap atau dengan kriteria tertentu pada berbagai tahap proses operasional system polder.

Tujuannya agar area dalam sistem polder kering dengan elevasi air terkendali [23].

A. Pemeliharaan Berbasis Kondisi (Condition based Maintenance-Con BM)

Ini adalah jenis yang paling umum dari perawatan. Kondisi bagian dari sistem polder ditentukan setelah jangka waktu tertentu dengan cara inspeksi. Perbaikan dilakukan ketika kondisi elemen dalam sistem Polder sudah mulai rusak atau masa layannya sudah terlampaui. Tipe pemeliharaan ini sebagian besar mengarah ke pemeliharaan preventif. Proses pemeriksaan merupakan aspek penting dari strategi ConBM dan terdiri dari tiga langkah:

a. Pengamatan kondisi dan pelaporan.

b. Pengolahan data observasi dan menyimpulkan kondisi.

c. Keputusan terhadap apa perawatan yang diperlukan dan memulai perawatan.

B. Pemeliharaan Berbasis Preventif (Preventif based Maintenance - PBM)

Setelah sejumlah penggunaan setiap elemen (misalnya umur hidup mesin atau jam operasional) telah berlalu, bagian dari sistem akan diganti atau diperbaiki. Jenis pemeliharaan

dipilih, bila untuk risiko yang lebih besar. Kondisi elemen diperkirakan saat inspeksi. Pemeliharaan dilakukan tergantung pada intensitas penggunaan.

5.1.2.2 Perawatan berbasis korektif (Corrective Based Maintenance - CBM)

Ciri utama dari CBM adalah bahwa perbaikan hanya akan dilakukan setelah diketahui ada kerusakan elemen dan mengakibatkan sistem tidak berfungsi, kondisi tersbut disebut pemeliharaan korektif. Jenis pemeliharaan dipilih untuk resiko yang lebih besar dan dibandingkan dengan biaya pemeriksaan dan pemeliharaan. Tabel 5.1 memperlihatkan ringkasan kondisi di mana dasar pendekatan pemeliharaan dipilih untuk diputuskan.

Tabel 5.1. Ringkasan kondisi untuk strategi pemeliharaan (Witteveen+Bos, 2009)

Risiko>Biaya I+M?

Tersedia Alternatif

Kondisi Sistem Terukur

Momen Kegagalan Diprediksi

Strategi Yang Diterapkan

Tidak Ya - Tidak CBM

Ya Tidak - Ya PBM

Ya Tidak Ya Tidak ConBM

5.2. Tanggul dan Bendung

Sistem polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan kelengkapan bangunan sarana fisik, yang meliputi saluran drainase, kolam retensi, pompa air, yang dikendalikan sebagai satu kesatuan pengelolaan. Dengan sistem polder, maka lokasi rawan banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga elevasi muka air, debit

dan volume air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan. Oleh karena itu, sistem polder disebut juga sebagai sistem drainase yang terkendali.

5.2.1. Fungsi

Area sistem Polder perlu dilindungi terhadap banjir. Fungsi tanggul adalah untuk melindungi polder terhadap banjir dari sungai dan Laut. Untuk lokasi Polder Banger, diperlukan tanggul sisi utara yang melindungi polder Banger terhadap banjir dari laut.

Tanggul sisi timur melindungi terhadap banjir dari sungai yaitu Kanal Banjir Timur. Tanggul dalam sistem polder memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Ketinggian tanggul setidaknya 0,5 m lebih tinggi dari muka air desain laut dan sungai yang dibatasi. Elevasi tanggul memperhatikan penurunan tanah selama 10 tahun ke depan.

b. Stabilitas kontruksi harus aman terhadap beberapa pengaruh beban di sekitarnya.

5.2.2. Contoh data infrastruktur di Polder Banger

Polder Banger memiliki pembatas dengan laut dan sungai: tanggul sisi utara, bendung Sungai banger dan tanggul sisi timur. Semua tanggul dirancang untuk jangka waktu operasional minimal 10 tahun.

a. Tanggul Utara

Tanggul utara merupakan Jl. Arteri dari Kali Baru di barat sampai Kali Banger di timur. Panjangnya sekitar 2.500 m.

Ketinggian desain tanggul, setelah 10 tahun adalah 1,7 m + MSL.

b. Bendung Kali Banger

Bendung Kali bangerdiletakkan semula di hilir jembatan Kanal Banjir Timutr. Karena tanggul sungai tersebut kurang tinggi, kemudian digeser di lokasi tepat sebelum Jembatan KBT. Ketinggian desain tanggul, yang tinggi setelah 10 tahun (akhir desain masa pakai) adalah 1,7 m + MSL. Saat bendung pertama dibuat dengan urugan tanah di ketinggiian + 3,20 m MSL.

c. Tanggul Timur

Tanggul timur mengikuti Kanal Banjir Timur (KBT) dari persimpangan dengan Jl. Arteri di utara sampai Jembatan KBT di Jalan Majapahit di selatan. Panjangnya berkisar 6.00 m. Gambar 4.2 menunjukkan bagian khas tanggul.

Tanggul terdiri dari urugan tanah liat, ditutupi dengan pelindung rumput. Tiang bambu panjang 5 m digunakan untuk memberikan stabilitas yang diperlukan untuk lereng.

Kecuraman lereng adalah 1:2 (v: h). Ketinggian desain tanggul, yang tinggi setelah 10 tahun (akhir desain masa pakai), bervariasi dari 2.1m + MSL di utara sampai 3,2 m + MSL di selatan.

Gambar 5.2. Bagian tanggul timur

5.2.3. Risiko dan strategi pemeliharaan 5.2.3.1. Peristiwa kegagalan dan konsekuensi

Tanggul dianggap gagal ketika air meluap dari laut atau KBT terjadi. Skenario kasus terburuk adalah ketika kegagalan tanggul bertepatan dengan tinggi air laut atau sungai terlampui.

Menurut perkiraan, tingkat air laut pada tahun 2018 akan menjadi 1.30m + MSL. Dengan ini ketinggian air 75 % dari adri permukaan tanah di polder Banger. Ketika banjir terjadi, kedalaman genangan dari 75 % dari polder yang lebih dari 1 m (mengingat volume air laut menjadi tak terbatas dan reparasi dari tanggul tidak mungkin). Konsekuensi kerugian setelah kegagalan tanggul adalah kerusakan aset dan infrastruktur serta dimungkinkan korban jiwa.

Penting untuk desain pembangunan dan juga O & P, bahwa perlu dihindari adanya kabel, pipa tekanan dan saluran terletak dalam tubuh tanggul. Karena tanggul perlu dipersiapkan untuk

Banger Banjir Kanal Timur

(BKT)

ditinggikan, maka diperlukan area cadangan sebagai kemiringan dari peninggian tanggul.

5.2.3.2. Mekanisme kegagalan

Kegagalan tanggul bisa terjadi karena dua alasan utama : a. Tanggul menjadi lebih rendah dari air laut / sungai (air

mengalir di atas) b. Tanggul runtuh

Mekanisme yang paling penting yang dapat memicu dua tersebut pada Tabel 5.2. Lebih lanjut, Tabel ini memperlihatkan dapat diprediksi dan terukur mekanisme kegagalan. Kemudian di kolom terakhir menunjukkan alternatif pemeliharaan yang dilakukan.

Tabel 5.2. Mekanisme antisipasi kegagalan tanggul Penyebab

utama keruntuhan

Mekanisme Pemicu

Mekanisme dapat diprediksi*)

Mekanisme dapat diukur*)

Ketersediaan alternatif*)

Terlalu rendah

Elevasi air lebih tinggi dari perkiraan

- + Tidak

Penurunan tanah dan pemadatan yang melebihi perkiraan

- + Tidak

Runtuh

Perpipaan - + Tidak

Ketidakstabilan makro pada luar dan dalam

- + Tidak

lereng Kerusakan revetmen

5.2.3.3. Strategi perawatan

Mekanisme pengukuran kegagalan tidak cukup untuk memprediksi dampak dari kegagalan tersebut. Oleh karena itu strategi ConBM dianggap sesuai untuk monitoring tanggul.

Pemeriksaan (inspeksi) akan dilakukan secara berkala. Berikutnya pemeliharaan akan dilakukan ketika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa batas tertentu terlampaui (maintenance threshold).

5.2.4. Pedoman inspeksi dan pemeliharaan

Pemeriksaan dan perawatan yang harus dilakukan disajikan dalam tabel 5.3. Sarana yang diperlukan untuk inspeksi dan pemeliharaan diberikan dalam masing-masing Tabel 5.4 dan Tabel 5.5.

Tabel 5.3. Pemeliharaan analisis tugas untuk ConBM

Mekanisme Pemicu

Kegiatan Pemeliharaan

Kegiatan Inspeksi

Frekuensi Inspeksi (#/Tahun)

Batas Perawatan Ketinggian air

(melebihi dari espektasi)

Peninggian Tanggul

Pemantauan ketinggian air (BKT debit dan ketinggian air laut)

365 (setiap hari)

Melebihi desain Nilai

Land

subsidence dan settlement

Peninggian Tanggul

Memantau penurunan tanah dengan

1 Melebihi

desain Nilai

(melebihi dari espektasi)

mengukur permukaan air laut rata-rata relatif terhadap tingkat puncak (atau

menggunakan tolok ukur stabil)

Perpipaan Meningkatkan misalnya pelindung rembesan panjang misalnya rembesan selokan

Periksa apakah ada perpipaan dan angkat (inspeksi visual)

2, dan selama permukaan air tinggi

If piping c.q. heave is present

Ketidakstabilan makro dari kemiringan dalam dan luar

Memperbaiki geometri (misalnya kemiringan landai, tanggul:

tergantung pada hasil penghitungan ulang)

Menghitung ulang stabilitas berdasarkan parameter kekuatan tanah aktual (dengan pengambilan sampel) dan geometri serta beban Tanggul

1 Jika faktor

keamanan

<1 (Merah.

[I])

Kerusakan pelindung

Ganti atau pasang kembali pelindung dan singkirkan bangunan ilegal

Check

condition grass padang and illegal

buildings

52 (setiap seminggu)

Jika tutupan rumput

<70% (Ref.

[Ii} resp ketika ada bangunan ilegal

5.2.4.1. Pedoman inspeksi

Beberapa sarana dibuthkan saat melakukan inspeksi sebagaimana Tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4. Sarana yang dibutuhkan inspeksi

No. Inspection activity

Inspection Frekuensi [#/year]

Penambangan Peralatan DI1 Pemantauan

ketinggian air (BKT debit dan ketinggian air laut)

365 (setiap hari)

Dengan berjaga di stasiun pompa

Pengukur ketinggian air

DI2 Memantau penurunan tanah dengan

mengukur permukaan air laut rata-rata relatif terhadap tingkat puncak (atau menggunakan tolok ukur stabil)

1 Survey team

(4)

Peralatan Leveling

DI3 Periksa apakah ada perpipaan dan pengangkatan (inspeksi visual)

2, and during high water levels

Dengan mengatur item DI5

Lihat item DI5

DI4 Menghitung ulang stabilitas berdasarkan parameter kekuatan tanah aktual (dengan pengambilan sampel) dan geometri serta beban Tanggul

1 Konsultan

Geoteknik

Ditentukan oleh konsultan

DI5 Periksa kondisi padang rumput dan bangunan ilegal

52 (setiap seminggu)

2 Kamera

5.2.4.2. Pemantauan ketinggian air (Debit BKT dan tingkat air laut) (DI1)

Tanggul dan bendungan adalah penting ketinggian airnya.

Hal ini perlu dipantau pada titik-titik yang berbeda di Banjir Kanal Timur dan di Laut Jawa. Prediksi untuk tingkat pasut air di laut tersedia di kantor BMKG. Fluktuasi elevasi air dapat diukur secara manual atau otomatis. Hal ini perlu dilakukan oleh operator stasiun pemompaan (Pi1) setiap hari di tempat yang sama. Pengukuran ini

harus dipantau. Jika ketinggian air melebihi rencana, maka perlu dilakukan tindakan misalnya mempertinggi tanggul) harus diambil .

5.2.4.3. Pemantauan penurunan tanah dengan mengukur rata- rata permukaan laut air relatif terhadap tingkat puncak (DI2)

Untuk mengetahui laju penurunan tanah, penting untuk memantau ketinggian tanggul.Sebuah prediksi yang dibuat dapat mengetahui penurunan tanah, tetapi kondisi nyata dapat berbeda dari prediksi, sehingga perlu monitoring Pengukuran tinggi tanggul perlu dilakukan setahun sekali oleh tim survei (4). Untuk pengukuran, perlu peralatan mendapatkan rata-rata permukaan air diperlukan. Cara untuk mengukur penurunan tanah adalah mengambil titik tetap di lokasi (misalnya bangunan yang didirikan). Menandainya pada titik tersebut, mengukur dan memonitor tingkat penurunan tanah. Pada Gambar 5.3, representasi pengukuran penurunan tanah.

Gambar 5.3. Skematisasi pengukuran penurunan tanah

5.2.4.4. Periksa terhadap kelongsoran (piping) tanggul dan bendung (inspeksi visual) (DI3)

Air yang mengalir melalui tanggul dapat menyebabkan tanggul runtuh. Pemeriksaan diperlukan beberapa kali dalam setahun setidaknya 2 kali. Piping dapat dideteksi dari sebuah bocoran di tanggul atau bendung.

Metode untuk menangani bocoran pada dinding tanggul dan bendung yang sederhana adalah menggunakan karus berisi pasir.

Material ini digunakan untuk menutup tanggul yang bocor juga dapat menambah sementara tanggul yang mengalami penurunan.Beberapa tumpukan lembaran geotekstil merupakan metode kerja mahal tapi baik. Metode geotekstil adalah solusi murah baru tapi efektif. Geotekstil ditempatkan pada tanggul dan permeabel tetapi tidak membuat pasir lolos. Metode yang terakhir adalah metode belum banyak digunakan dalam praktek [24].

5.2.4.5. Perhitungan ulang stabilitas berdasar sampel kekuatan tanah, dan perubahan geometri serta beban tanggul (DI4)

Stabilitas tanggul perlu diperiksa (dihitung) untuk memastikan tingkat keselamatan dengan kenaikan muka air secara relatif terhadap Laut dan sungai. Pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun dan bisa dibantu oleh konsultan, karena Pengelola air SIMA mungkin tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan

untuk melakukan tugas ini. Seorang konsultan geoteknik diperlukan untuk membantu pemantauan dan analisis stabilitas ini.

5.2.4.6. Periksa kondisi lereng tanggul dan bangunan liar (DI5) Membuat bangunan ilegal di tanggul dapat memiliki pengaruh buruk pada stabilitas tanggul. Karena kegiatan pembangunan di tanggul bisa melemahkan stabilitas tanggul. Juga kegiatan pemeriksaan dan perawatan tidak dapat dilakukan dengan baik dengan adanya bangunan liar. Jika ada rumah yang hadir di tanggul itu harus secepatnya ditertibkan. Kondisi gebalan rumput di tanggul juga perlu dipantau dan dipelihara. Rumput akan mencegah erosi pada tanggul. Tanggul harus diperiksa diantaranya kerusakan pelindung. Persentase gebalan rumput menutupi kebutuhan tanggul minimal 70%. Inspeksi visual ini perlu dilakukan 52 kali dalam setahun. Sebuah kamera bisa membantu dengan inspeksi visual ini.

5.2.4.7. Pedoman Perawatan

Berikut ini adalah tabel pemeriksaan keadaan, tindakan dan peralatan.

Tabel 5.5. Pemeriksaan Keadaan

Kode Kegiatan

Perawatan

Tindakan Peralatan

DM1 Tingkatkan

Tanggul

Tergantung pada hasil pemeriksaan

Tergantung pada inspeksi

DM2 Tingkatkan

Tanggul

Idem Idem

DM3 Memperbaiki

pelindung c.q.

panjang rembesan c.q. rembesan parit

Idem Idem

DM4 Memperbaiki Geometri (mis.

Kemiringan lembut, tanggul)

Idem Idem

DM5a Hapus bangunan ilegal

Idem Idem

DM5b Pertahankan c.q.

memperbaiki pelindung (memindahkan rumput)

supervised by penambangan item DI5

n/a

5.2.4.8. Peninggian Tanggul (DM1)

Tanggul perlu ditinggikan karena tanggul dan tanah di bawahnya menyusut sedikit sentimeter setiap tahun. Pemeriksaan mungkin menunjukkan bahwa tanggul terlalu rendah, dalam hal ini perlu untuk meningkatkan tanggul. Untuk peninggian tanggul ada dua alternatif yaitu mempertinggi tanggul dengan galian tanah dari sungai dan kanal atau mendapatkan tanah dari lokasi lain. Tanah harus sesuai dengan tanggul dan harus memperkuatnya. Pasir bisa digunakan untuk membentuk badan tanggul, yang dilapisi tanah liat dengan rerumputan. Gebalan rumput tersebut akan menjaga struktur tanggul dan mencegah erosi. Peralatan yang bisa digunakan adalah ekskavator dan ponton. Ekskavator ponton dapat digunakan jika tanah dari kanal dan sungai sesuai untuk konstruksi tanggul. Menggunakan material kerukan merupakan solusi yang lebih baik (jika tanahnya keras, kualitas bagus dan tidak tercemar sampah, mis. bagian plastik), karena tanah tersebut perlu didaur ulang.

Peninggian Tanggul (DM2) Sama dengan DM1

Meningkatkan c.q. pelindung rembesan panjang c.q. rembesan selokan (DM3)

Sama dengan DM1

Meningkatkan geometri (mis. lereng lembut, tanggul) (DM4) Sama dengan DM1

Penertiban bangunan liar (DM5a)

Bangunan-bangunan yang dibangun di atas tanggul perlu dihapus untuk perlindungan tanggul, berapa banyak waktu yang diperlukan dan seberapa sering perlu akan jelas setelah inspeksi.

Menjaga dan meningkatkan pelindung lereng (gebalan rumput) (DM5b)

Tanah di tanggul dapat dengan mudah hanyut oleh hujan atau dengan berjalan di tanggul. Untuk itu rumput di tanggul penting karena memegang tanah bersama-sama, sehingga memperkuat tanggul. Setelah pemeriksaan menjadi jelas jika rumput masih dalam kondisi baik dan berapa banyak perawatan yang dibutuhkan. Rumput pelindung harus dipertahankan. Rumput ini akan tetap pendek dengan menggunakan 44 ekor kambing. Jika itu tidak bekerja, mesin pemotong rumput harus digunakan. Ini

Dokumen terkait