• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Remaja 1. Definisi Remaja

Dalam dokumen 2021 NI KADEK SINTYA DEWI C 17C10160 (Halaman 35-42)

Remaja berasal dari kata adolensence yang artinya tumbuh menjadi dewasa atau mempunyai arti lebih luas yang mecakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik dengan batas usia 12-23 (Ahyani & Astuti, 2018). Sedangkan menurut WHO (2020) usia remaja berada pada rentang 10-19 tahun. Berdasarkan batasan-batasan usia remaja yang berdeda-beda, maka dapat disimpulkan remaja adalah masa perkembangan transisi dari masa anak-anak menjadi dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional. Masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah masa remaja yang diperpanjang dan masa remaja yang diperpendek.

2. Tahapan Remaja

Masa remaja adalah suatu tahapan perkembangan dari masa kanak- kanak menuju masa dewasa atau masa awal mulai terjadinya tanda-tanda pubertas yang dimulai dari usia 14 tahun pada anak laki-laki dan usia 12 tahun pada anak perempuan. Masa remaja dibagi menadi tiga tahapan yaitu:

a. Remaja Awal (12-15 tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intesif sehingga minat anak pada dunia luar sanat besar. Selain itu remaja pada tahapan ini tidak mau dianggap kanak-kanak dan pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

b. Remaja Pertengahan (15-18 tahun)

Pada tahapan remaja pertengahan kepribadian remaja masih kekanak-kanakan tetapi menimbulkan unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan beribadah sendiri. Pada masa ini remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofi dan etis. Selain itu, pada masa ini remaja menemukan jati dirinya.

c. Remaja Akhir (18-21 tahun)

Pada remaja tahapan akhir sudah mulai mantap dan stabil. Pada masa ini remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah dan tujuan hidupnya (Ahyani & Astuti, 2018).

3. Karakteristik Remaja

Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis, perubahan ini dapat menimbulkan masalah tertentu pada remaja. Remaja memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan periode-periode perkembangan lainya, diantaranya sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting b. Masa remaja sebagai periode peralihan c. Masa remaja sebagi periode perubahan d. Masa remaja sebagai usia bermasalah e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic

h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa (Ahyani & Astuti, 2018)

4. Ciri-ciri Remaja

Adapun ciri-ciri proses perubahan dari masa anak-anak menuju remaja menurut (Ahyani & Astuti, 2018) yaitu:

a. Perubahan emosional secara cepat b. Perubahan perkembangan fisik

c. Terjadinya perubahan dalam ketertarikan terhadap sesuatu E. Konsep Covid-19

1. Definisi Covid-19

Coronavirus Disease atau COVID-19 adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang merupakan penyakit menular yang menyerang sistem pernapasan manusia (World Health Organization, 2019). Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya di Wuhan China pada akhir bulan Desember 2019. Menurut Kemenkes RI (2020) Coronavirus merupakan virus yang menyebabkan penyakit pada hewan dan manusia. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Kemenkes RI, 2020). Coronavirus berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih cepat menular dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020).

2. Etiologi

Family coronavirus merupakan golongan virus yang menyebabkan Covid-19. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Coronavirus memiliki 4 struktur protein utama yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong

ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae yang menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Coronavirus memiliki 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus (Kemenkes RI, 2020).

Betacoronavirus merupakan genus yang merupakan etiologi terjadinya Covid-19. Betacoronavirus umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60-140nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004, yaitu Sarbecovirus. International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab Covid-19 sebagai SARS-CoV-2 (Kemenkes RI, 2020). Virus penyebab Covid-19 belum diketahui pasti berapa lama dapat bertahan dipermukaan. Lamanya coronavirus bertahan dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan).

3. Manifestasi Klinis

Gejala yang ditimbulkan dari Covid-19 biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap, beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat (asimtomatik).

Adapun kriteria gejala klinis dan manifestasi klinis yang ditimbulkan oleh infeksi Covid-19 sebagai berikut:

Tabel 2.1. Kriteria gejala klinis dan manifestasi klinis Infeksi Covid-19 menurut (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020).

Kriteria Gejala Manifestasi Klinis Penjelasan Tanpa Gejala

(asimptomatik)

Tidak ada gejala klinis

Pasien tidak menunjukkan gejala apapun.

Ringan Sakit ringan tanpa komplikasi

1. Pasien dengan gejala non- spesifik seperti demam, batuk,

nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot.

2. Perlu waspada pada usia lanjut dan imunocompromised karena gejala dan tanda tidak khas.

Sedang Pneumonia ringan 1. Pasien remaja atau dewasa dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, dyspnea, napas cepat) dan tidak ada tanda pneumonia berat.

2. Anak dengan pneumonia ringan mengalami batuk atau kesulitan bernapas + napas cepat: frekuensi napas: <2 bulan ≥60 x/menit, 2- 11 bulan ≥ 50x/menit, 1-5 tahun

≥ 40/menit dan tidak ada tanda pneumonia berat.

Berat Pneumonia berat / ISPA berat

1. Pasien remaja atau dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi saluran napas: frekuensi napas >30 x/menit, distress pernapasan berat, atau saturasi oksigen (SpO2) < 90% udara kamar.

2. Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernapas, ditambah setidaknya satu dari berikut ini:

a. Sianosis sentral atau SpO2

<90%

b. Distres pernapasan berat (seperti mendengkur

c. Tarikan dinding dada yang berat).

d. Tanda pneumonia berat:

ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang. Tanda lain dari pneumonia yaitu: tarikan dinding dada, takipnea : 1) < 2 bulan, ≥60x/menit 2) 2-11 bulan, ≥ 50x/menit 3) 1-5 tahun, ≥40x/menit 4) 5 tahun, ≥30x/menit.

Diagnosis ini berdasarkan klinis;

pencitraan dada dapat membantu penegakan diagnosis dan dapat menyingkirkan komplikasi.

Kritis Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Pasien mengalami perburukan dengan cepat menjadi acute respiratory distress syndrome (ARDS) atau gagal napas atau terjadi syok, ensefalopati, kerusakan miokard atau gagal jantung, koagulopati, gangguan ginjal akut, dan disfungsi organ multipel atau manifestasi sepsis lainnya.. Kriteria ARDS pada dewasa:

1. ARDS Ringan: 200 mmHg

<PaO2/ FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP atau continuous positive airway pressure (CPAP)

≥ 5cm H2O atau yang tidak diventilasi).

2. ARDS Sedang: 100 mmHg

<PaO2/ FiO2 ≤ 200 mmHg dengan PEEP ≥ 5cm H2O atau yang tidak diventilasi.

3. ARDS Berat: PaO2/ FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥ 5cm H2O atau yang tidak diventilasi.

Ketika PaO2 tidak tersedia, SpO2/FiO2 ≤315 mengindikasikan ARDS (termasuk pasien yang tidak diventilasi)

4. Cara Penularan Covid-19

Coronavirus merupakan zoonosis (penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang ditransmisikan dari hewan ke manusia). Masa inkubasi Covid-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 sampai 14 hari. Risiko tertinggi penularan diperoleh di hari-hari pertama penyakit, disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Pasien yang terinfeksi dapat menularkan langsung sampai 48 jam sebelum gejala (presimptomatik) dan sampai 14 hari setelah gejala (Kemenkes RI, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh (Du Z et al, 2020 dalam Kemenkes RI, 2020) melaporkan bahwa penularan presimptomatik pada pasien Covid- 19 sebanyak 12,6%. Periode presimptomatik sangat penting untuk diketahui karena virus menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Meskipun risiko penularan pada kasus asimptomatik sangat rendah tetapi ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan. Studi epidemiologi dan virologi yang dilakukan membuktikan bahwa Covid-19 ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet (Kemenkes RI, 2020).

Droplet merupakan partikel ludah dengan diameter >5-10 µm.

Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak 1meter dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan seperti; batuk dan bersin, sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata). Benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet juga menjadi penularan dari Covid-19. Transmisi melalui udara dapat menularkan dalam keadaan khusus misalnya, prosedur atau perawatan suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka, nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif noninvasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner (Kemenkes, 2020).

5. Penatalaksanaan

Pada saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik dalam menekan, mencegah dan mengobati Covid-19. Pengobatan dilakukan sebagai terapi simpotamatis dan suportif. Pada masa ini ada beberapa kanidat vaksin dan obat yang masih diteliti melalui uji klinis (Kemenkes RI, 2020).

Dalam dokumen 2021 NI KADEK SINTYA DEWI C 17C10160 (Halaman 35-42)