• Tidak ada hasil yang ditemukan

8 kegawatan yang terus berlanjut atau pada kelainan yang sangat berat.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu melakukan skrining penyakit jantung bawaan kritis (INPOST)

Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 1:

1. Pengertian PJB

2. Epidemiologi

3. Gejala Klinis Umum

9 Uraian Materi Pokok 1

Apa yang Anda ketahui tentang Konsep skrining PJB dan PJB Kritis?

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang konsep skrining, silahkan kita simak bersama materi dibawah ini ya, yuk semangat !

a. Pengertian PJB

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan salah satu kelainan kongenital pada bayi baru lahir (BBL) yang berkontribusi pada morbiditas dan mortalitas bayi dan anak di seluruh dunia. Penyakit jantung bawaan (PJB) termasuk jenis kelainan kongenital paling umum ditemukan pada anak baru lahir. PJB didefinisikan sebagai abnormalitas struktur jantung atau pembuluh darah besar intrathoracal yang dapat mempengaruhi fungsi kardiovaskular secara signifikan. Sedangkan PJB kritis adalah PJB yang membutuhkan intervensi transkateter atau bedah, termasuk didalamnya PJB tergantung duktus dan PJB sianosis yang tidak tergantung duktus. Diantara bayi dengan PJB, sekitar 25% diantaranya merupakan suatu PJB kritis, yang membutuhkan intervensi bedah ataupun kateterisasi dalam tahun pertama kehidupan. Sayangnya, PJB kritis tidak selalu terdeteksi saat prenatal bahkan saat perawatan bayi baru lahir.

sehingga saat bayi dengan PJB kritis dipulangkan, bayi mengalami perburukan di rumah dan terlambat kembali ke rumah sakit. Hal ini menyebabkan tingginya angka kematian bayi dengan PJB kritis. Bayi dengan PJB kritis berisiko kematian atau membutuhkan tindakan invasif berupa operasi

10 bedah atau kateterisasi intervensi dalam usia 28 hari setelah lahir.

Nah, sekarang Anda telah mengetahui tentang pengertian PJB dan PJB kritis. Materi selanjutnya akan membahas

tentang epidemiologi PJB dan PJB Kritis

b. Epidemiologi

Berbagai studi menunjukkan negara-negara Asia menempati peringkat tertinggi prevalensi PJB di dunia, dengan proporsi 1 per 100 kelahiran hidup. PJB berkontribusi terhadap 81 kasus per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan PJB berdampak pada 70% penurunan harapan hidup pada perinatal (bayi berusia hingga 28 hari kehidupan). Penyakit jantung bawaan (PJB) kritis pada anak merupakan manifestasi berat penyakit jantung bawaan dengan gejala yang dapat mengancam jiwa sehingga memerlukan intervensi dalam tahun pertama kehidupan, karena PJB kritis adalah penyumbang terbesar (64,7%) kematian karena PJB pada bayi.

Meskipun di Indonesia belum terdapat data prevalensi morbiditas dan mortalitas akibat PJB pada bayi, namun data SDKI (2017), menunjukkan angka kematian pada bayi dengan kelainan kongenital (termasuk PJB) menempati urutan ke-4 untuk kategori bayi usia 0 - 7 hari, dan merupakan peringkat ke- 2 (dua) kematian bayi usia 8 – 28 hari di Indonesia. Diprediksi 50.000 bayi mengalami PJB atau ¾ nya merupakan Penyakit Jantung Bawaan (PJB). Sedangkan sekitar ¼ nya merupakan PJB kritis atau berkisar 12.500 bayi lahir dengan PJB kritis di

11 Indonesia. Sehingga dapat diestimasi bahwa sebahagian besar kematian pada kelainan kongenital bayi 0 – 28 hari disebabkan karena PJB dan PJB kritis.

Pemeriksaan dini akan sangat berpengaruh pada kualitas hidup pasien PJB. Deteksi dini juga bisa dilakukan melalui USG prenatal, namun ini jarang dilakukan dan memerlukan ketrampilan khusus. Pemeriksaan fisik yaitu bising jantung untuk mendeteksi PJB kritis hanya mendeteksi setengah dari PJB kritis. Pemeriksaan baku emas PJB adalah ekokardiografi, tetapi di FKTP dapat menggunakan pulse oksimeter yang hemat biaya, tidak melukai bayi dan mudah dilakukan.

Di Amerika Serikat, skrining PJB kritis menggunakan pulse oksimeter sudah rutin dilakukan. Evaluasi 6 tahun setelah implementasi program skrining PJB kritis, ditemukan penurunan 33% kematian PJB kritis dan potensial penurunan 120 kematian bayi pertahun akibat PJB kritis.

Nah, sekarang Anda telah mengetahui tentang epidemiologi.

Materi selanjutnya akan membahas tentang gejala klinis umum.

Yuk, semangaat !

c. Gejala Klinis Umum

Tidak semua PJB kritis menunjukkan gejala. Bayi baru lahir dengan PJB kritis, pada saat lahir tampak sehat, tidak bergejala.

Gejala dan tanda PJB kritis muncul pada saat duktus arteriosus menutup, biasanya pada saat bayi sudah dipulangkan dari tempat dilahirkannya.

12 Terdapat 3 gejala utama yang dapat diobservasi/sering terlihat pada PJB kritis:

1) Sianosis sentral atau warna biru pada lidah, gusi dan mukosa bukal. Sianosis dapat terlihat bila hasil pemeriksaan pulse oksimeternya menunjukkan < 80%.

2) Sesak napas: SpO2 yang rendah dapat terkait dengan kesulitan bernapas atau gangguan pernapasan seperti pneumonia, asma, atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

3) Warna Kulit: sianosis (warna kulit menjadi kebiruan), atau membran mukosa yang kebiruan (seperti bibir dan kuku) dapat menjadi tanda SpO2 yang rendah. Ini dapat mengindikasikan masalah sirkulasi atau oksigenasi yang serius.

Adapun pemeriksaan lainnya yang dapat ditemukan oleh petugas, adalah:

1) Detak jantung tidak teratur: Kadar oksigen yang rendah dalam darah juga dapat mempengaruhi detak jantung.

Detak jantung yang tidak teratur atau terlalu cepat (takikardia) dapat menunjukkan adanya masalah kesehatan yang perlu ditangani.

2) Penurunan perfusi sistemik: Penurunan ini menyebabkan tekanan nadi ekstremitas bawah lebih lemah dibandingkan tangan kanan, tekanan darah di kaki lebih rendah dibandingkan tangan kanan.

Diagnosis PJB kritis dapat ditegakkan dengan melakukan kombinasi 3 hal berikut: skrining pulse oksimeter, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan ekokardiografi. Kombinasi dari ketiga hal tersebut

13 adalah pendekatan yang paling baik untuk mencegah adanya keterlambatan diagnosis. Petugas Kesehatan di puskesmas perlu melakukan pemeriksaan fisik dan skrining menggunakan pulse oksimeter terlebih dahulu. Adapun hasil pemeriksaan pulse oksimetri terbagi menjadi 3 yaitu lolos (negatif), ulang dan gagal (positif) berarti petugas Kesehatan perlu merujuk. Jika bayi dicurigai terdapat gejala PJB, maka bayi dirujuk untuk pemeriksaaan ekokardiografi. Berikut ini adalah algoritma pemeriksaan skrining pulse oksimeter di puskesmas.

Bagan 1.1: algoritma skrining pulse oksimeter

14 Pemeriksaan dilakukan pada tangan kanan dan kaki bayi.

Hasil pemeriksaan pulse oksimeter terdiri atas 3 kategori, yaitu lolos (negatif) jika hasil menunjukkan SpO2 > 95%, Pemeriksaan ulang jika SpO2 < 95%, dan pemeriksaan gagal (positif) jika hasil menunjukkan < 90% (Lihat pembahasan pada materi pokok 4). Berikut ini adalah bagan hasil skrining pemeriksaan pulse oksimeter.

Bagan 1.2 Hasil skrining pemeriksaan pulse oksimeter

Pemeriksaan dini akan sangat berpengaruh pada kualitas hidup pasien PJB. Deteksi dini juga bisa dilakukan melalui USG prenatal, namun ini jarang dilakukan dan memerlukan ketrampilan khusus. Pemeriksaan fisik yaitu bising jantung untuk mendeteksi PJB kritis hanya mendeteksi setengah dari PJB kritis. Skrining yang dapat dilakukan di FKTP di Indonesia dengan menggunakan pulse oksimeter. Oleh karena itu,

•a. SpO2≥ 95% di tangan kanan atau kakiDAN

perbedaan≤ 3 % di tangan kanan dan kaki

•b. Tidak ada pemeriksaan lanjutan. Memberi tahu

hasil pemeriksaan ke orang tua pasien

Lolos

•a. SpO290% - <95% di tangan kanan dan kaki ATAU

perbedaan >3% di tangan kanan dan kaki.

•b. Pemeriksaan dapat diulang sebanyak 2 kali dengan

total 3 kali pemeriksaan. Setelah diulang sebanyak 3

kali, maka tentukan hasil pemeriksaan termasuk

lolos atau gagal sesuai dengan algoritma.

Ulang

• Saturasi oksigen dengan hasil <90% di tangan kanan atau kaki ATAUsaturasi oksigen dengan hasil 90% -

<95% ATAU perbedaan >3% di tangan kanan dan kaki sebanyak 3 kali pemeeriksaan dengan setiap pemeriksaan berjarak 1 jam.

Gagal

15 pelatihan ini diistilahkan dengan nama Indonesian Newborn Pulse Oximetry Training (INPOST).

Di bawah ini merupakan bagan pemeriksaan pulse oksimeter dan indikasi yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan oleh petugas Kesehatan di FKTP.

Bagan 1.3 : Bagan pemeriksaan Pulse Oksimeter

Nah, sekarang Anda telah mengetahui tentang gejala klinis umum dan pemeriksaan pulse oksimeter. Materi selanjutnya

akan membahas tentang Sirkulasi Darah Janin.

16 1. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan salah satu kelainan kongenital pada bayi baru lahir, yaitu abnormalitas strukur jantung atau pembuluh darah besar intrathoracal yang dapat mempengaruhi fungsi jantung bayi secara signifikan.

2. PJB tersering ditemukan pada bayi baru lahir di seluruh dunia.

PJB terutama ditemukan pada negara-negara Asia, dengan proporsi 1 per 100 kelahiran hidup. PJB kritis dapat memperberat kondisi bayi hingga kematian. PJB kritis berkontribusi terhadap 64,7% kematian pada bayi di Indonesia dan 70% penurunan harapan hidup pada perinatal.PJB merupakan peringkat ke-empat penyebab kematian pada neonatal dan peringkat ke-2 penyebab kematian perinatal di Indonesia.

3. Terdapat 3 gejala utama yang dapat diobservasi/sering terlihat pada PJB kritis, yaitu: 1). Sianosis sentral pada lidah, gusi dan mukosa bukal, namun, sianosis baru dapat terlihat bila saturasi

< 80%; 2). Sesak napas: SpO2 yang rendah dapat terkait dengan kesulitan bernapas atau gangguan pernapasan; 3).

Warna Kulit menjadi kebiruan atau membran mukosa yang kebiruan pada bibir dan kuku) dapat menjadi tanda SpO2 yang rendah. Gejala yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan oleh petugas adalah takikardi dan tekanan nadi ekstremitas bawah lebih lemah dibandingkan tangan kanan, tekanan darah di kaki lebih rendah dibandingkan tangan kanan.

SEKARANG SAYA TAHU

17 Pendahuluan

Petugas kesehatan terlatih perlu mengetahui perbedaan sirkulasi janin dan setelah lahir agar dapat menemu-kenali Penyakit jantung bawaan (PJB). Adapun perbedaan mendasar sirkulasi janin dan bayi baru lahir adalah paru-paru di sirkulasi janin belum berfungsi sebagai tempat oksigenasi. Tempat oksigenasi janin adalah di plasenta. Pada sirkulasi janin terdapat 4 shunt atau pirau, yaitu plasenta, duktus venosus, foramen ovale, dan duktus arteriosus.

Darah dari plasenta menuju duktus venosus kemudian ke vena kava inferior. Darah dari tubuh bagian atas dari vena kava superior dan darah dari vena kava inferior masuk ke atrium kanan. Sepertiga darah melewati foramen ovale masuk ke atrium kiri. Dua pertiga darah di atrium kanan menuju ventrikel kanan kemudian ke arteri pulmonalis. Paru-paru janin belum berfungsi dan masih berisi cairan amnion maka tahanan vaskular paru masih tinggi. Hal ini menyebabkan darah dari arteri pulmonalis hanya sedikit yang masuk ke paru. Sebagian besar darah akan lewat duktus arteriosus menuju ke aorta yang mempunyai tahanan vaskular sistemik lebih rendah karena berhubungan dengan sirkulasi plasenta.

MATERI POKOK 2