• Tidak ada hasil yang ditemukan

Langkah-Langkah Melakukan Pengukuran Waktu

Dalam dokumen PERTEMUAN 1: ANALISA PERANCANGAN KERJA (Halaman 110-124)

FAKTOR PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN

2. Langkah-Langkah Melakukan Pengukuran Waktu

a. Waktu Rata-Rata Sub Grup

Untuk mengelompokkan data ke dalam sub grup digunakan rumus sebagai berikut ini, yaitu:

Subgrup = 3,3 log N Xn = ∑t / n Dimana:

Xn = Waktu rata-rata dalam sub grup ke- n.

∑t = Jumlah waktu pengamatan.

n = Jumlah pengamatan dalam sub grup.

N = Jumlah keseluruhan data pengamatan.

Setelah mengetahui total jumlah waktu rata-rata sub grup, maka selanjutnya mencari rata-rata nilai sub grup dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini, yaitu:

ẍ = ∑x / k Dimana:

x-bar = Nilai rata-rata sub grup.

∑x = Total waktu rata-rata sub grup.

k = Banyaknya sub grup yang terbentuk.

b. Uji Keseragaman Data

Untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari system yang sama, maka dilakukan pengujian terhadap keseragaman data.

Sebagai contoh, bila seorang operator pada saat dilakukan pengukuran sedang sakit sehingga hasilnya jauh lebih lambat dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya, maka data tersebut harus dipisahkan agar tidak merusak hasil akhir perhitungan. Rumus perhitungannya sebagai berikut ini, yaitu:

k X

BKA   BKBXk

 

1 - N

x -

x 2

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

111

k𝜎 =

𝝈

√𝒏

Dimana:

BKA = Batas kontrol atas BKB = Batas kontrol bawah x-bar = Nilai rata-rata sub grup σ = Standard deviasi sebenarnya k = Tingkat keyakinan

k σ = Standar deviasi dari rata-rata sub grup

c. Uji Kecukupan Data

Karena seringkali tidak dimungkinkan untuk mengukur seluruh populasi yang diteliti, maka pengukuran hanya dilakukan secara sampling.

Untuk itulah diperlukan uji kecukupan data. Uji ini diperlukan untuk memastikan bahwa data yang telah dikumpulkan adalah cukup secara obyektif. Idealnya pengukuran dilakukan dalam jumlah banyak hingga tak terhingga, semakin banyak data pengukuran, hasilnya akan semakin mendekati kebenaran. Pada pengujian ini digunakan konsep statistik, yaitu tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian. Tingkat Ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dari hasil pengukuran terhadap waktu kerja sebenarnya.Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data waktu yang telah diamati dan dikumpulkan. Pengaruh keduanya adalah semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, maka semakin banyak pengukuran yang diperlukan agar cukup. Berikut ini adalah rumus kecukupan data, yaitu:

Dimana:

k = Tingkat keyakinan (99% = 3 ; 95% = 2) s = Tingkat ketelitian (10% atau 5%) N = Jumlah data pengamatan (riil)

 

2 2

2

X X N ' k/s

N





 

  

X

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

112

N’ = Jumlah data yang dibutuhkan (teoritis) X = Data pengamatan

Jika N’ ≤ N, maka data dianggap cukup. Jika N’ > N, maka data tidak cukup dan harus ditambah. Setelah data ditambah, maka harus dilakukan lagi uji kecukupan data.

d. Menentukan Faktor Penyesuaian (P)

Shumard memberikan patokan-patokan penelitian malalui kelas performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai masing-masing. Di sini pengukuran diberi patokan untuk manila performance kerja operator menurut kelas-kelas superfast+, fast, fast-, exelent dan seterusnya. Seorang yang dipandang berkerja normal diberikan nilai 60, dengan nama performance kerja yang lain dibandingkan untuk menghitung faktor penyesuaian. Bila performance seorang operator dinilai Exelent, maka dia mendapat nilai 80, dan karenanya faktor penyesuaiannya adalah sebagai berikut:

𝐏 =𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐬 𝐩𝐞𝐫𝐟𝐨𝐫𝐦𝐚𝐧𝐜𝐞 𝟔𝟎

Berikut ini adalah penilaian faktor penyesuaian dengan metode Shumard yang akan ditunjukkan pada Tabel 11.1 sebagai berikut:

Tabel 11.1 Faktor Penyesuaian Shumard

Kelas Penyesuaian

Superfast 100

Fast + 95

Fast 90

Fast – 85

Excellent 80

Good + 75

Good 70

Good – 65

Normal 60

Fair + 55

Fair 50

Fair – 45

Poor 40

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

113

e. Menentukan Kelonggaran (K).

Besarnya kelonggaran ini di perlihatkan pada tabel nanti. Adapun cara untuk menentukan faktor kelonggaran yang akan ditunjukkan pada Gambar 11.2 sebagai berikut:

Gambar 11.2 Faktor Kelonggaran (K)

f. Menghitung Waktu Siklus

Untuk menghitung waktu siklus (waktu rata-rata) digunakan rumus sebagai berikut ini, yaitu

Ws = ∑x / N Dimana:

Ws = Nilai waktu siklus.

∑x = Total waktu rata-rata sub grup.

N = Jumlah pengamatan yang dilakukan.

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

114

g. Menghitung Waktu Normal

Untuk menghitung waktu normal dapat digunakan rumus sebagai berikut ini, yakni:

Wn = Ws × P Dimana:

Wn = Nilai waktu normal.

Ws = Nilai waktu siklus.

P = Faktor penyesuaian pekerja jika pekerja dalam keadaan normal maka P =1.

h. Menghitung Waktu Baku

Untuk menghitung waktu baku dapat digunakan rumus sebagai berikut ini, yakni:

Wb = Wn × (1 + K) Dimana:

Wb = Nilai waktu baku.

Wn = Nilai waktu normal.

K = Faktor kelonggaran pekerja jika pekerja dalam keadaan normal maka nilai K = 1.

Tujuan Pembelajaran 12.3:

Memahami Cara Menentukan Waktu Kerja Dengan Faktor Penyesuaian Metode Westing House.

Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Pada pengukuran waktu yang menggunakan jam henti (stopwatch) sebagai alat utamanya. Cara ini merupakan cara yang paling banyak digunakan karena kesederhanaannya. Dalam pengukuran waktu jam henti terdapat beberapa aturan yang perlu dijalankan untuk mendapat hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut dijelaskan dalam langkah-langkah berikut ini, antara lain:

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

115

1. Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Pekerjaan.

a. Melakukan penelitian pendahuluan.

b. Memilih operator dan melatih operator.

c. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan.

d. Menyiapkan alat pengukuran.

2. Langkah-Langkah Melakukan Pengukuran Waktu.

a. Waktu Rata-Rata Sub Grup

Untuk mengelompokkan data ke dalam sub grup digunakan rumus sebagai berikut ini, yaitu:

Subgrup = 3,3 log N Xn = ∑t / n Dimana:

Xn = Waktu rata-rata dalam sub grup ke- n.

∑t = Jumlah waktu pengamatan.

n = Jumlah pengamatan dalam sub grup.

N = Jumlah keseluruhan data pengamatan.

Setelah mengetahui total jumlah waktu rata-rata sub grup, maka selanjutnya mencari rata-rata nilai sub grup dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini, yaitu:

ẍ = ∑x / k Dimana:

x-bar = Nilai rata-rata sub grup.

∑x = Total waktu rata-rata sub grup.

k = Banyaknya sub grup yang terbentuk.

b. Uji Keseragaman Data

Untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari system yang sama, maka dilakukan pengujian terhadap keseragaman data.

Sebagai contoh, bila seorang operator pada saat dilakukan pengukuran sedang sakit.

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

116

Kemudian, operator tersebut mendapatkan hasilnya jauh lebih lambat dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya, maka data tersebut harus dipisahkan agar tidak merusak hasil akhir perhitungan. Rumus perhitungannya sebagai berikut ini, yaitu:

k𝜎 =

𝝈

√𝒏

Dimana:

BKA = Batas kontrol atas BKB = Batas kontrol bawah x-bar = Nilai rata-rata sub grup σ = Standard deviasi sebenarnya k = Tingkat keyakinan

k σ = Standar deviasi dari rata-rata sub grup

c. Uji Kecukupan Data

Karena seringkali tidak dimungkinkan untuk mengukur seluruh populasi yang diteliti, maka pengukuran hanya dilakukan secara sampling.

Untuk itulah diperlukan uji kecukupan data. Uji ini diperlukan untuk memastikan bahwa data yang telah dikumpulkan adalah cukup secara obyektif. Idealnya pengukuran dilakukan dalam jumlah banyak hingga tak terhingga, semakin banyak data pengukuran, hasilnya akan semakin mendekati kebenaran. Pada pengujian ini digunakan konsep statistik, yaitu tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian. Tingkat Ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dari hasil pengukuran terhadap waktu kerja sebenarnya. Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data waktu yang telah diamati dan dikumpulkan.

 k X BKA  

 k X BKB  

 

1 - N

x - x

2

 

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

117

Pengaruh keduanya adalah semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, maka semakin banyak pengukuran yang diperlukan agar cukup. Berikut ini adalah rumus kecukupan data, yaitu:

Dimana:

k = Tingkat keyakinan (99% = 3 ; 95% = 2) s = Tingkat ketelitian (10% atau 5%) N = Jumlah data pengamatan (riil)

N’ = Jumlah data yang dibutuhkan (teoritis) X = Data pengamatan

Jika N’ ≤ N, maka data dianggap cukup. Jika N’ > N, maka data tidak cukup dan harus ditambah. Setelah data ditambah, maka harus dilakukan lagi uji kecukupan data.

d. Menentukan Faktor Penyesuaian (P)

Selain Shumard, Westinghouse menggerakan penelitian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan kosistensi. Setiap faktor dibagikedalam beberapa kelas yang masing-masing kelas mempunyai nilai sendiri- sendiri. Keterampilan atau skill pada dasarnya dapat ditingkatkan dengan latihan, tapi ini hanya sampai ketingkat tertentu saja. Keterampilan juga dapat menurun apabila bekerja terlalu lama, lalu sudah lama tidak menangani pekerjaan tersebut, atau karena sebab-sebab lain seperti kesehatannya terganggu, rasa jenuh yang berlebihan, pengaruh sosial, dan sebagainya. Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas. Dari kelas-kelas tampak perbedaan yang disebabkan oleh keraguraguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, dan hal-hal lainnya.

 

2 2

2

X X N

' k/s N

 

 

 

    X

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

118

Dengan pembagian ini pengukuran akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja yang dilihat dari segi keterampilannya. Dengan tujuan supaya faktor penyesuaian akan lebih objektif. Berikut ini adalah penilaian penentuan faktor penyesuaian dengan cara westing house akan ditunjukkan pada Tabel 11.3 sebagai berikut:

Tabel 11.3 Faktor Penyesuaian Westing House

Untuk usaha (Effort) cara Westinghouse membagi atas kelas-kelas dengan ciri masing-masing. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukan operator ketika melakukan pekerjaannya. Dalam prakteknya, banyak terjadi pekerja yang mempunyai keterampilan rendah, tapi usahanya tinggi. Kadang-kadang usaha ini begitu besarnya sehingga tampak berlebihan dan tidak banyak menghasilkan.

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

119

Sebaliknya, seorang yang mempunyai keterampilan tinggi tidak jarang mempunyai usaha yang rendah. Jadi walaupun keterampilan dan usaha berkaitan erat, kedua faktor ini adalah hal-hal yang dapat terjadi secara terpisah dalam pelaksanaannya. Maka, dalam penyesuaiannya cara Westinghouse memisahkan faktor keterampilan dengan usaha. Selain kedua faktor diatas, faktor lain yang terdapat dalam penyesuaian cara Westinghouse adalah kondisi kerja dan konsisten. Yang dimaksud kondisi kerja pada cara Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungan, seperti pencahayaan, temperatur dan kebisingan. Bila tiga faktor lainnya yaitu keterampilan, usaha, dan konsisten merupakan apa yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja merupakan sesuatu diluar operator dimana yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan untuk merubahnya. Oleh sebab itu, faktor kondisi sering disebut juga sebagai faktor manajemen karena faktor inilah yang dapat merubah pekerja menjadi nyaman, sehingga apabila faktor kondisi kerja enak, nyaman, maka produktivitas pun akan meningkat.

Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas, yaitu Ideal, Exelent, Good, Average, Fair, dan Poor. Kondisi yang Ideal adalah kondisi yang cocok untuk untuk pekerjaan yang bersangkutan, yang memberikan performace yang maksimal. Sebaliknya, kondisi Poor adalah kondisi yang tidak membantu jalannya pekerjaan, bahkan menghambat pencapaian performace yang maksimal. Kondisi yang Ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan, karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik yang berbeda.

Kondisi yang dianggap Good pada sebuah pekerjaan, bisa saja dirasakan Fair atau bahkan Poor untuk pekerjaan lain. Untuk itu, pengetahuan tentang kondisi kerja yang tersebut diatas perlu dimiliki agar penilaian terhadap kondisi kerja (dalam hal ini) penyesuaian dapat dilakukan seteliti mungkin. Faktor berikutnya yang tidak kalah penting adalah konsistensi. Faktor ini perlu diperhatikan karena pada kenyataanya setiap pengukuran waktu angka- angka yang dicatat tidak pernah sama. Waktu penyelesaian yang ditunjukan pekerja selalu berubah-ubah dari siklus ke siklus, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Seperti halnya faktor-faktor lain, konsisten juga dibagi menjadi enam kelas, yaitu Perfect, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor.

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

120

Seseorang yang bekerja Perfect adalah yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang boleh dikatakan tetap dari waktu ke waktu.

Sebaliknya, konsisten Poor terjadi bila waktu penyelesaiannya berselisih jauh dari rata-rata secara acak. Konsisten rata-rata (average) adalah bila selisih antara waktu-waktu penyelesaian dengan rata-ratanya tidak besar walaupun ada satu atau dua yang selisihnya jauh. Rumus untuk faktor penyesuaian dengan westing houses adalah P – 1.

e. Menentukan Kelonggaran (K).

Besarnya kelonggaran ini di perlihatkan pada tabel nanti. Adapun cara untuk menentukan faktor kelonggaran yang akan ditunjukkan pada Gambar 11.2 sebagai berikut:

Gambar 11.2 Faktor Kelonggaran (K)

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

121

f. Menghitung Waktu Siklus

Menghitung waktu siklus (Waktu Rata-rata) digunakan rumus sebagai berikut ini, yaitu

Ws = ∑x / N Dimana:

Ws = Nilai waktu siklus.

∑x = Total waktu rata-rata sub grup.

N = Jumlah pengamatan yang dilakukan.

g. Menghitung Waktu Normal

Untuk menghitung waktu normal dapat digunakan rumus sebagai berikut ini, yakni:

Wn = Ws × P Dimana:

Wn = Nilai waktu normal.

Ws = Nilai waktu siklus.

P = Faktor penyesuaian pekerja jika pekerja dalam keadaan normal maka P =1.

h. Menghitung Waktu Baku

Untuk menghitung waktu baku dapat digunakan rumus sebagai berikut ini, yakni:

Wb = Wn × (1 + K) Dimana:

Wb = Nilai waktu baku.

Wn = Nilai waktu normal.

K = Faktor kelonggaran pekerja jika dalam keadaan normal maka nilai K = 1.

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

122 C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Apa yang Anda ketahui faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran?

2. Menurut Anda, apa saja perbedaan dari metode westing house dengan Shumard?

3. Diketahui data pengamatan pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch dimana waktu dalam satuan detik sebagai berikut:

Data 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Waktu 45 39 31 35 40 38 29 33 36 34 32 28 Diketahui daru data pengamatan tersebut bahwa tingkat keyakinan 95%

dan ketelitian 10% dimana pekerjaseorang operator pria yang dinilai good (+) melakukan pekerjaan ringan nilainya 8,0; berdiri dengan dua kaki nilainya 2,0; gerakan agak terbatas nilainya 2; pandangan yang terputus- putus dengan pencahayaan baik nilainya 3,0; suhu dan kelembaban ruangan normal nilainya 3, siklus udara baik, tidak bising nilainya 5.

Hitunglah Waktu Rata-Rata Sub Grup, Uji Keseragaman Data, Uji Kecukupan Data, Waktu Standard (Waktu Siklus), Waktu Normal, dan Waktu Baku?

4. Diketahui data pengamatan pengukuran waktu dengan menggunakan stopwatch dimana waktu dalam satuan detik sebagai berikut:

Data 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Waktu 50 48 39 43 46 44 42 38 55 49 41 45 Diketahui daru data pengamatan tersebut bahwa tingkat keyakinan 95%

dan ketelitian 10% dimana pekerja seorang operator pria yang dinilai memiliki keterampilan excellent (b2), usaha good (c1), kondisi kerja fair (E), dan konsistensi average (E) melakukan pekerjaan sangat ringan nilainya 7,0; duduk nilainya 1,0; gerakan agak terbatas nilainya 3;

pandangan yang terus menerus dengan pencahayaan baik nilainya 6,5;

suhu dan kelembaban ruangan normal nilainya 2, siklus udara baik, tidak bising dengan siklus kerja berulang antara 5-10 detik nilainya 0,5? . Hitunglah Waktu Rata-Rata Sub Grup, Uji Keseragaman Data, Uji Kecukupan Data, Waktu Standard (Waktu Siklus), Waktu Normal, dan Waktu Baku?

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

123 D. DAFTAR PUSTAKA

Buku

Barnes, Ralph M. 1980. Motion and Time Study Design and Measurement of Work. 9th edition. John Willey & Sons: New York

Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomic; Mc. Grawhill Company: New York, AS

Galer, I.A.R. 1989. Applied Ergonomic Handbook. Butterworths Co., Mc. Cormic, E.J. 1971. Human Factor in Engineering; Mc. Grawhill

Company: New York, AS

Pulat, B.M. 1991. Industrial Ergonomic Case Studies. Mc. Grawhill Company: New York, AS

Sutalaksana, dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. ITB: Bandung Link and Sites:

Ivan. 2013. ”Studi Waktu”. Web.

https://ivan180.wordpress.com/2013/04/19/anak-muda/ diakses tanggal 13 Agustus 2016

Viony, Echa. 2012. ” Pengukuran Kerja”. Web.

http://vercomfo.blogspot.co.id/2012/03/pengukuran-kerja.html diakses tanggal 13 Agustus 2016

S1 Teknik Industri Universitas Pamulang

124

PERTEMUAN 12:

Dalam dokumen PERTEMUAN 1: ANALISA PERANCANGAN KERJA (Halaman 110-124)

Dokumen terkait