• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi Penelitian

Dalam dokumen pola asuh orang tua dalam membangun (Halaman 39-46)

BAB I PENDAHULUAN

G. Metode Penelitian

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola asuh orang tua dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting. Tingkat stunting

28 Exy J Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif. hlm, 157.

yang masih tinggi, ditambah dampak dari stunting ini juga berdampak pada kepercayaan diri anak. Sehingga peneliti berinisiatip melakukan penelitian tersebut.

4. Jenis dan Sumber Data a Jenis data

1. Data primer adalah sumber data yang lansung memberikan data kepada pengumpul data.29 Seperti peneliti lansung terjun ke lapangan dan melakukan wawancara kepada orang tua dan anak yang mengalami stunting.

2. Data skunder merupakan sumber yang tidak lansung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.30 Seperti data dari Pukesmas dan data desa yang menyatakan anak tersebut mengalami stunting.

b Sumber data

Menurut lofland dan lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.31 Sumber data adalah orang-orang yang mampu memberikan informasi tentang berbagai data yang berhubungan dengan penelitian.

1. Orang tua anak.

2. Anak penderita stunting.

3. Pegawai kantor KPM/HDM (Kader Pembangunan Manusia).

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakana langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.32 pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber yakni sebagai berikut:

29 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 62.

30 Ibid. hlm. 18.

31 Exy J Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif, hlm, 157.

32 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, hlm, 62.

a. Observasi

Menurut Nasution menyatakan bahwa observasi adalah dasar ilmu pengetahuan yang hanya bekerja berdasarkan data,yaitu fakta yang mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas.33

Observasi dapat dilakukan baik secara partisipatif (participant observation) maupun non partisipatif (non participant observation) observasi dapat pula berbentuk obeservasi experimental yaitu observasi yang dilakukan dalam situasi buatan.34

Diantara macam observasi tersebut, dalam penelitian ini menggunakan observasi yang bersifat partisipatif dengan kata lain peneliti ikut terlibat dalam proses kegiatan penelitian untuk melihat langsung kehidupan anak – anak stunting, hal – hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah keseharian anak – anak stunting dalam lingkunganya, juga pola asuh orang tua dalam mendidik kecercayaan diri anak tersebut selain itu juga kehidupan bermasyarakat anak anak stunting, ketika berinteraksi dengan warga sekitar.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.35

Wawancara dapat dilakukan dengan cara wawancara oleh tim atau panel, wawancara tertutup dan

33 Ibid. hlm, 19.

34 Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hlm 76.

35 Exy J Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif, hlm, 186.

wawancara terbuka, wawancara riwayat secara lisan dan wawancara terstuktur dan tak terstruktur.36

Diantara macam – macam wawancara tersebut, dalam penelitian ini menggunakan wawancara yang bersifat wawancara terstuktur dan wawancara tak terstuktur.

Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpulan data telah disiapkan peneliti berupa pertanyaan yang tertulis. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatat dan mengumpulkan data-data hasilnya.

Dengan wawancara struktur ini pula, pengumpulan data dapat dilakukan dengan mewawancara orang tua anak yang mengalami stunting dan anak yang mengalami stunting.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari ricord, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.37 Peneliti mendokumentasikan segala hal yang dapat dijadikan sebagai data atau informasi, baik itu dalam bentuk foto, data anak stunting atau dokumen dan catatan kejadian-kejadian yang diamati. Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data tentang hasil pola asuh orang tua dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah.

6. Teknik analisis data

Dalam hal analisis data kualitatif, bodgan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun

36 Ibid, hlm, 19.

37 Ibid, hlm, 19.

secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Sedangkan Susan Stainback mengemukakan bahwa analisis data merupakan hal yang keritis dalam proses penelitian kualitatif.38 Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya di kembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.39

Di pihak lain, analisis data kualitatif menurut Saiddel prosesnya berjalan sebagai berikut:

a) Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

b) Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistensikan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

c) Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.40

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik analisis data yang digunakan sebagai berikut:

a) Koleksi data

Koleksi data merupakan tahapan awal dalam proses menganalisis data dan ini dilakukan setelah melakukan penelitian. Pada tahapan ini peneliti akan mengumpulkan semua hasil penelitian seperti data-data yang peneliti dapatkan dari lapangan tanpa terkecuali observasi, wawancara, dan dokumentasi.

38 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, hlm, 88-89.

39 Ibid. hlm, 20.

40 Exy J Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif. hlm, 248.

b) Reduksi data

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kala peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.41

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok yakni memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan data yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya.

c) Data display (penyajian data)

Penyajian data merupakan tahapan setelah data reduksi dan tahapan ketiga dari tahapan mengenalisis data.

Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.

Menurut Miles and Huberman, dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja untuk selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.42

d) Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian

41 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, hlm, 93.

42 Ibid, hlm, 21.

kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.43

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

7. Teknik keabsahan data

Untuk menyakinkan bahwa data hasil penelitian yang diperoleh dilokasi penelitian benar-benar dipercaya dan valid maka penelitian ini dilakukan dengan cara :

a Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dab berkesinambungan.

Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan pristiwakan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek soal- soal, atau makalah yang telah dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.44 b Triangulasi

Menurut Wiliam Wiersma triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.45

43 Ibid. hlm, 21.

44 Ibid, hlm, 21.

45 Ibid, hlm, 21.

Triangulasi adalah proses pembuktian keabsahan data dengan memadukan atau membandingkan data dari hasil pengamatan dengan hasil wawancara, wawancara dengan dokumentasi, dan pendapat dengan pendapat informan.

Apabila terdapat perbedaan maka hal itu membuktikan bahwa pernyataan tersebut salah.

H. Sistematika Pembahasan Judul

Kata Pengantar BAB I Pendahuluan

1. Bab I Pendahuluan, penguraian tentang: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup dan Setting penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan, Rencana Jadwal Penelitian.

2. Bab II Paparan data dan temuan, menguraikan tentang:

gambaran umum lokasi penelitian, apa faktor dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, dan bagaimana pola asuh orang tua dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah.

3. Bab III Pembahasan, menguraikan tentang analisis terkait faktor penghambat dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, dan pola asuh orang tua dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah.

4. Bab IV Penutup, menguraikan tentang: kesimpulan dan saran.

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Desa Dakung

1. Sejarah Singkat Desa Dakung.

Desa Dakung berdiri bulan September tahun 2010 merupakan salah satu desa dari 12 desa yang ada di Kecamatan Praya Tengah dan merupakan pemekaran dari Desa Beraim Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah, kepala Desa pertama kali dipimpin oleh saudara Kamil selaku pejabat sementara selama 10 bulan mulai pada bulan januari sampai dengan oktober tahun 2011.

Setelah itu Desa Dakung melaksanakan pemilihan kepala Desa dengan mencalonkan 3 orang calon; kemudian dari 3 calon pemilihan kepala Desa tersebut terpilih 1 calon yaitu H.L.Husnul Mizan sampai satu periode kemudian dijabat oleh petugas Kecamatan yaitu H.Mastur M.S.Sos.MM. Sampai pemilihan kepala Desa 2018. Dan 2018 Desa Dakung kembali melakukan pemilihan kepala Desa untuk periode 2018/2024 dan mendapatkan 4 oang calon terpilih, dan kemudian dari 4 calon kepala Desa Dakung tersebut terpilihlah 1 calon yang akan memimpin Desa Dakung untuk periode 2018/2024 yaitu H.L.Husnul Mizan.

2. Visi-Misi Desa Dakung.

a. Visi

“Terwujudnya masyarakat yang mandiri, berpendidikan, sehat dan sejahtera”.

b. Misi

1) Meningkatkan kewirausahaan dan menciptakan lapangan pekerjaan yang mandiri untuk masyarakat Desa Dakung.

2) Meningkatkan sarana, fasilitas dan mutu pendidikan semua jenjang pendidikan.

3) Meningkatkan kesadaran masyarakat terkait fasilitas dan sarana kesehatan serta meningkatkan pelayanan ibu hamil, gizi dan pola hidup masyarakat.

4) Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui sektor pertanian, pertenakan, perikanan, dan UMKM.

3. Letak Geografis .

Luas desa : 499 kurang lebih Ha Curah hujan : 1.566 mm/tahun

Tabel 2.1

Batas wilayah desa Dakung

Letak batas Desa/kelurahan Sebelah Utara

Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat

Desa Beraim Desa Kelebuh Desa Selebung Kelurahan Gerantung Sumber: Data dari Desa Dakung Tahun 2022.

4. Orbitasi .

Tabel 2.2

No Orbitasi Jarak Dan Tempuh Keterangan 1 Jarak Ke Ibu Kota Kecamatan 4 KM

2 Jarak Ke Ibu Kota Kabupaten 10 KM 3 Jarak Ke Ibu Kota Provinsi 45 KM 4 Waktu Tempuh Ke Ibu Kota

Kecamatan

15 MENIT 5 Waktu Tempuh Ke Ibu Kota

Kabupaten

30 MENIT 6 Waktu tempuh ke pusat fasilitas

(Ekonomi, Kesehatan,

Pemerintahan)

+ 1 JAM

Sumber: Data dari Desa Dakung Tahun 2022.

5. Jumlah Penduduk Desa Dakung.

Jumlah penduduk : 4264 jiwa Jumlah keluarga : 1412 KK

Tabel 2.3

Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki 2123

Perempuan 2141

Total 4262

Sumber: Data dari Desa Dakung Tahun 2022.

6. Struktur Organisasi Desa Dakung.

Bagan 2.1 (Sember Data Kantor Desa Dakung)

Sumber: Data dari Desa Dakung Tahun 2022.

KEPALA DESA H.L. Husnul Mizam

SEKERTARIS DESA L. Wildan Kurnia

KASI PEMERINTAHAN KASI KESRA

KASI PELAYANAN

Basri, Spd. Mutiara Hendrawadi, Spd.

KAUR UMUM

KAUR KEUANGAN KAUR

PERENCANAAN

Rajab Nurtajalli

BPD Sri Pitalianti, S.Kep

KEPALA

petanggak Batu

tepong 2 Batu

tepong 1 Dakung

Montong sebie

Batu santek Nunggal Nungga 2 Montong waru

H. Muksin H. Suaeb Sahdan H.M. Amir H.M. Harrir Mujrri.

S.pd.

Nurudin L. Masil L. Subki Jumedan

7. Jumlah Anak Sebagai Responden Di Desa Dakung Tabel 2.4

No Nama Usia Tingkat Stunting

1. Rifki Arman Dwiki 5 Tahun Sangat Pendek 2. Najwa Assipa Rauhil 4 Tahun Sangat Pendek 3. M Faza Revandi 3 Tahun Sangat Pendek 4. M Khairul Anam 5 Tahun Sangat Pendek 5. Medina Sandra Wasih 4 Tahun Sangat Pendek

Sumber: Data dari Desa Dakung Tahun 2022

B. Pola asuh orang tua dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah

Data yang peneliti sajikan ini adalah yang merupakan hasil observasi dan wawancara dengan orang tua anak penderita stunting di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, data ini adalah data inti yang disajikan oleh peneliti sebagai responden narasumber dalam pola asuh orang tua dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting. Adapun data lebih jelasnya mengenai hasil wawancara dan hasil observasi yang peneliti sudah laksanakan.

Pada hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa orang tua anak terhadap pola asuh dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah.

Sebagaimana sebagai berikut:

1. Mengajarkan Untuk Mandiri

Pada tahap ini orang tua perlu mengajarkan anak untuk mandiri dalam membangun kepecayaan diri anak, karena

tujuan pola asuh mengajarkan anak untuk mandiri dapat digunakan untuk mencapai efektifitas keberhasilan yang maksimal dalam membangun kepercayaan diri. Suatu proses pola asuh dengan mengajarkan anak untuk mandiri dikatakan berhasil manakala anak mencapai tujuan secara optimal dan efektif. Pada hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa orang tua di Desa Dakung Keamatan Praya Tengah tehadap kemandirian dalam membangun kepercayaan diri anak penderita stunting. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Asma selaku orang tua sebagai berikut:

“Biasanya saya mengajarkan kemandirian misalkan seleasi bermain, saya selalu memperingati dan mengajarkan untuk selalu mandiri membereskan mainannya dan menaruhnya di tempat dimana iya mengambilnya tadi. Supaya tidak mengandalkan orang tua terus dalam membereskan mainannya.”46

BapakOhildi mengatakan:

“Saya mengajarkan untuk mandiri contohnya saya selalu memperingatinya supaya tidak selalu memerintah orang lain untuk meminta bantuan dan selalu membiasakan anak saya agar ia selalu mencuci piringnya ketika selesai makan.”47

Berdasarkan hasil pernyataan di atas, melalui hasil observasi dan wawancara peneliti membuktikan bahwa orang tua yang menengani anak penderita stunting memberikan pola asuh dan pengajarkan untuk selalu mandiri dalam proses membangun kepercayaan diri. Maka dalam mengajarkan anak untuk mandiri, orang tua memberikan pola asuh dengan cara yakitu mengajarkan anak selalu membereskan mainannya dan mencuci piringnya setelah makan. Sebagaimana dengan bentuk pola asuh tersebut anak akan terbiasa tidak mengandalkan orang lain dan bertanggung jawab.

46 Asma, wawancara, Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, 19 Juni 2022.

47 Ohildi, wawancara, Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, 20 Juni 2022.

2. Memberikan Upah Dan Hadiah.

Pada tahapan ini orang tua memberikan pola asuh dengan upah dan hadiah dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting. Dikarenakan upah dan hadiah dapat membantu sebagai pendorong atau penyemangat anak dalam mencapai kepercayan diri yang tinggi dan optimal.

Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Asma selaku orang tua anak:

“Cara saya yakni dengan memberikan hadiah atau apresiasi pada anak contoh semisal lagi bermain menang atau kalah anak saya, saya tidak pernah mempermasalahkannya namun sebaliknya saya tetap memberikan jempol.”48

Hal ini juga dibuktikan dengan hasil observasi dan wawancara peneliti bahwa orang tua yang menengani anak penderita stunting memberikan hadiah dalam bentuk jempol.

Demikian pernyataan dari ibu Rusmiati sebagai berikut:

“Cara saya yakni dengan memberikan hadiah dalam bentuk pujian-pujian manis dikarenakan apapun yang dilakukan anak berhasil atau tidaknya, saya tetap memberikan pujian-pujian dan kata-kata yang manis.

Contoh: kamu hebat dan kamu luar biasa.”49

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh orang tua dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah. Demikian sebagian orang tua menggunakan dengan cara yakni meberikan hadiah, pujian- pujian manis dan jempol yang membuat anak akan lebih percaya diri.

3. Menanamkan Sikap Disiplin

Pada tahapan ini orang tua menanamkan sikap disiplin dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting. Dengan menanamkan sikap disiplin, anak akan

48 Asma, wawancara, Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, 19 Juni 2022.

49 Rusmiati, wawancara, Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, 22 Juni 2022.

membiasakan diri dan mengingat apa yang telah dilakukan dan diperbuatnya. Dengan demikian sebagaimana yang dijelaskan oleh ibu Rusmiati selaku orang tua anak sebagai berikut:

“Cara saya yakni dengan cara menanamkan sikap disiplin kepada anak sebagaimana membiasakan anak selalu bangun pagi dan memberesekan tempat tidurnya.”50

Dari hasil pernyataan di atas, orang tua menanamkan sikap disiplin dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting yaitu dengan mengajarkan agar selalu bangun pagi dan membereskan tempat tidurnya. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan ibu Zaitun selaku orang tua anak sebagai berikut:

“Cara saya yakni dengan dia harus mengikuti aturan misalkan pada saat waktunya sholat maka harus pulang tepat waktu untuk melaksanakan kewajiban kita yaitu sholat.”51

Dengan demikian untuk menanamkan sikap disiplin dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting maka anak harus mengikuti aturan-aturan yang diberikan oleh orang tua, dengan aturan tersebut anak akan mampu bersikap bertanggung jawab.

4. Perhatian Yang Lebih

Pada tahapan ini orang tua memberikan perhatian yang lebih dalam proses membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting. Dengan meberikan perhatian yang lebih anak akan merasa diperhatikan dan tidak merasa dibeda- bedakan. Demikian sebagaimana hasil wawancara dengan Rusmiati selaku orang tua anak:

“Cara saya membangun kepercayaan diri anak saya yakni dengan memberikan perhatian-perhatian dan saya tidak mengabaikannya.”52

50 ibid

51 Zaitun, wawancara, Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, 18 Juni 2022.

52 Rusmiati, wawancara, Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, 22 Juni 2022.

Pendapat demikian juga disampaikan oleh ibu Zaitun salah satu orang tua yang menangani anak penderita stunting di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah sebagai berikut:

“Cara saya yaitu tidak memilih kasih terhadap anak saya, perhatian dan kasih sayang saya ke dia dengan saudaranya yang lain yakni sama dan tidak ada perlakuan yang berbeda.”53

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua yang memberikan perhatian yang lebih dan tidak membedakan dengan saudaranya, dengan demikian anak dapat merasakan bahwa dia diperdulikan dan anak merasa tidak dibedakan.

5. Tidak Membandingkan Anak

Pada tahapan ini orang tua tidak membandingkan anak dalam membangun kepercayaan diri sebagaimana hal-hal tersebut akan memberikan dampak positif dan tidak membuat rasa kepercayaan diri anak melemah. Maka suatu proses pola asuh dengan tidak membandingkan anak dapat dikatakan berhasil dan efektif setelah rasa percaya diri anak meningkat.

Dengan demikian Sebagaimana yang dijelaskan oleh ibu Masnah selaku orang tua sebagai berikut:

“Saya tidak membanding-bandingkan anak saya dengan saudaranya apalagi dengan orang lain, soalnya apapun yang dilakukan anak saya maka itulah yang terbaik menurut saya.”54

Hal ini juga dikuatkan hasil observasi peneliti bahwa pola asuh orang tua dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting adalah orang tua memberikan pola asuh dengan tidak membanding-bandingkan anak dengan orang lain.

Agar anak tidak akan merasa tersaingi.

6. Meluangkan Waktu Buat Anak

Pada tahapan pola asuh ini orang tua meluangkan waktu untuk bermain dalam proses membangun kepercayaan diri

53 Zaitun, wawancara, Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, 18 Juni 2022.

54 Masnah, wawancara, Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, 21 Juni 2022.

pada anak penderita stunting. Bahwa dengan berintraksi, anak akan merasa diterima oleh orang terdekat, maka memberikan dampak positif anak semakin lebih percaya diri dalam berkomunikasi. Dengan demikian Sebagaimana yang dijelaskan oleh bapak Ohildi selaku orang tua sebagai berikut:

“Cara saya yakni dengan meluangkan waktu kepada anak, setelah saya pulang kerja saya selalu mengajak bermain dan selalu menyuruh dia bercerita apa yang dilakukan hari ini.”55

Hal ini senada dengan pernyataan ibu Masnah selaku orang tua anak sebagai berikut:

“Cara saya yakni dengan banyak bermain dengan anak-anak dan lebih banyak waktu di rumah, soalnya juga saya cuma ibu rumah tangga dan jarang untuk bekerja dan memutuskan untuk merawat anak saja di rumah.”56

Dengan demikian berdasarkan pernyataan di atas, hasil observasi dan wawancara peneliti membuktikan bahwa pola asuh dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting yakni orang tua lebih banyak meluangkan waktu kepada anak dan lebih sering berinteraksi sehingga ikatan orang tua dan anak semakin dekat dan jauh lebih baik.

7. Dukungan

Pada tahapan pola asuh ini orang tua memberikan dukungan terhadap anak dalam membangun kepercayaan diri pada anak penderita stunting sebagaimana hal-hal tersebut akan memberikan dampak rasa percaya diri yang tinggi dan tidak membuat rasa kepercayaan diri anak melemah. Suatu proses pola asuh dengan memberikan dukungan terhadap anak maka dapat dikatakan berhasil dan efektif setelah rasa percaya diri anak meningkat. Dengan demikian Sebagaimana yang dijelaskan oleh ibu Rusmiati selaku orang tua sebagai berikut:

“Cara saya memberikan pola asuh yakni dengan selalu memberikan dukungan kepada anak semisalkan lagi

55 Ohildi, wawancara, Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, 20 Juni 2022

56 Masnah, wawancara, Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, 21 Juni 2022.

Dalam dokumen pola asuh orang tua dalam membangun (Halaman 39-46)