BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Nilai Pendidikan
3. Macam-Macam Nilai Pendidikan
Sebagai bagian dari karya seni, puisi mempunyai berbagai unsur- unsur layaknya karya seni yang lain semacam lagu ataupun novel.
Sebagai karya seni, puisi mengandung pesan atau nilai-nilai yang mampu mempengaruhi perilaku seseorang.
Menurut Schunk (2012: 30) pendidikan adalah bagian dari pengalaman manusia yang ditelaah dan dikaji menjadi seperangkat teori dan dikembangkan dalam diemensi pembelajaran. Menurut Amir (dalam Azis & Syamsuri, 2011: 29) mengemukakan keberagaman nilai yang ada dalam budaya atau kultur manusia berdasarkan arah dan tujuan dan fungsi nilai bagi kehidupan manusia terdiri atas tiga jenis nilai, yaitu : (1) nilai hidup ketuhanan manusia, (2) nilai kehidupan sosial manusia, dan (3) nilai kehidupan pribadi manusia.
Adapun nilai-nilai pendidikan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.
a. Nilai Pendidikan Religius
Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Kesuma dkk, 2012 : 4).
Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai
religius yang terkandung dalam karya seni dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam seni bersifat individual dan personal.
Semi (1993: 21) juga menambahkan, kita tidak mengerti hasil-hasil kebudayaannya, kecuali bila kita paham akan kepercayaan atau agama yang mengilhaminya. Religi lebih pada hati, nurani, dan pribadi manusia itu sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Azis & Syamsuri (2011: 31) mengutip pendapat Mangunwijaya bahwa istilah religious, realisasinya berupa kekuasaan, daya kekuatan, sumber hidup dalam kesucian baik dalam realita hidup maupun dalam alam pikiran manusia. Sedangkan istilah agama lebih mengacu pada pengertian yang resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukumnya.
Cakupan pengertian agama biasanya mencakup juga segi kemasyarakatan.
Lebih lanjut, Busert dalam Azis & Syamsuri (2011: 31) juga mengemukakan bahwa istilah nilai religius sama dengan istilah ‘nilai ilahiah’. Ada tiga jenis nilai ilahiah, yaitu; (1) nilai imaniah, (2) nilai ubudiah, dan (3) nilai muamalah. Sementara itu, kaum Romantik menganggap nilai religius sama dalam sastra sama derajatnya dengan
karya pendeta atau nabi, dalam anggapan ini tercakup juga pendirian bahwa sastra harus berfungsi sebagai pembaharu dan pemberontak.
b. Nilai Pendidikan Moral
Moral merupakan makna yang terkandung dalam karya seni, yang disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupakan moral (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2007: 320). Senada dengan hal tersebut Gunawan ( 2014 : 36) menyatakan bahwa, moral merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk. Nilai moral yang terkandung dalam karya seni bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang tercermin dalam pemikiran/konsep, sikap/perilaku, dan tingkah laku.
c. Nilai Pendidikan Sosial
Kata sosial berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/kepentingan umum. Nilai pendidikan sosial merupakan
hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial, Alwi dkk (2007: 1085). Perilaku sosial berupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antarindividu. Nilai pendidikan sosial yang ada dalam karya seni dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan (Gunawan, 2014 : 30). Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya.
Nilai pendidikan sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Dalam masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat. Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma yang berlaku.
d. Nilai Pendidikan Budaya
Nilai-nilai budaya merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum
tentu dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada suatu masyarakat dan kebudayaannya. Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat ( Alwi dkk, 2007: 185).
Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya ia akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang berada pada struktur permukaan dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material.
Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sisitem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Seperti yang dikutip dalam Azis & Syamsuri (2011: 29) bahwa nilai-nilai budaya itu secara konseptual dijadikan sebagai penggerak tindakan, perilaku, dan perbuatan manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, dan hubungan dengan Tuhan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem nilai pendidikan budaya merupakan nilai yang menempati posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-benda
material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola.
4. Hakikat Pendidikan Berkarakter
Dalam upaya mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Berdasarkan hal tersebut, teridentifikasi 18 pilar nilai-nilai yang dapat dikembangkan. Setiap nilai karakter dijabarkan dalam indikator sebagai berikut seperti yang dikutip dalam bukunya Sulistyawati (2012: 30-32).
a. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
c. Toleransi: sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin: tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis: cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Semangat kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta tanah air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepeduliaan, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l. Menghargai prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
m. Bersahabat/komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta damai: sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lngkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.