• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh melalui pengkajian novel Harimau-Harimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis, maka berikut akan diuraikan pembahasan berdasarkan hasil pengkajian pada kedua novel tersebut:

1. Nilai Karakter Religius

a. Jujur

Dalam novel novel Harimau-Harimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis mengandung nilai karakter pendidikan yang berlatar pada sikap kejujuran seperti dalam kutipan hasil penelitian berikut ini: Nilai perjuangan dibarengi sikap religius dari tokoh Pak Balam yang tercermin pada data (5) dan (46). Pada data (5) Pak Balam adalah seseorang yang mengakui adanya Tuhan yang mencerminkan bahwa ia jujur mengakui keberadaan Tuhan sehingga taat menjalankan ibadah. Kejujuran lain dari tokoh tersebut adalah keberanian mengakui keterlibatannya dalam berbagai peristiwa kejahatan meski hal tersebut merusak citra yang dibangunnya bertahun-tahun.

Keberanian untuk jujur mengakui kesalahan-kesalahan masa lalu hadir menjelang ajal menjemputnya, semua karena takdir Yang Kuasa.

Pak Balam menyaksikan perbuatan atau tindakan tokoh Wak Katok.

Kejujuran merupakan perbuatan terpuji yang semakin jarang dilakukan oleh umat manusia, jujur memang susah untuk dijalankan tetapi kita hanya perlu melawan kesusahan itu dengan keberanian berbuat benar dan tidak berbohong saat melakukan apapun. Pada kenyataan sekarang, begitu banyak orang yang paham tentang kejujuran namun terkadang mengabaikan.

Selain itu, Moctar Lubis Juga menampilkan tokoh dengan sikap jujur pada diri Wak Katok, Zaitun, Buyung, St. Rubiyah, Sanip, Sutan dan Pak Haji. Dari beberapa tokoh tersebut tampak kalau novel yang ditulis Mochtar Lubis merupakan novel yang sarat dengan nilai karakter jujur..

Jujur adalah sikap atau sifat manusia yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak ditambahi ataupun tidak dikurangi.

Sifat jujur harus dimiliki setiap manusia, karena sifat dan sikap ini merupakan prinsip dasar cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan kepribadian seseorang bahkan kepribadian bangsa, oleh karena itu kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia, seperti dalam kutipan berikut.

“Dia telah mengatakan, bahwa harimau itu adalah harimau biasa. Timbul sedikit rasa menyesal dalam dirinya, mengapa dia tidak mengatakan, bahwa harimau itu adalah harimau siluman. Jadi sesuatu yang gaib yang mungkin tak terlawan oleh daya manusia biasa, betapapun tinggi ilmunya seperti Wak Katok. Karena siapa yang dapat melawan kehendak Allah Yang Maha Kuasa?” (HH: 149).

Nilai kejujuran lain yang dapat dipetik dari tokoh Wak Katok adalah kejujuran mengakui kekuasaan Tuhan dengan kalimat “Karena siapa

yang dapat melawan kehendak Allah Yang Maha Kuasa?” Kalimat tersebut menyiratkan bahwa Wak Katok jujur mengakui keberadaan Tuhan sebagai kepercayaannya yang di sisi lain dapat ditemukan melalui keragu-raguan Wak Katok menentukan harimau yang menyerang mereka adalah harimau biasa atau harimau jadi-jadian meskipun tokoh Wak Katok dengan penuh kemantapan mengatakan hanya harimau biasa di depan teman seperjalanannya.

Pernyataan mantap Wak Katok di depan teman-temannya meninggalkan nilai kejujuran yang dapat dipetik pembaca tetapi tidak dapat dicontoh. Nilai kejujuran dari sikap Wak Katok terhadap teman- temannya diperoleh dengan mengambil hikmah. Jujur memang sikap yang mudah bagi pemilik keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan tetapi sangat sulit bagi mereka sehari-hari sering berbohong. Kebohongan hanya akan membawa malapetaka bagi kehidupan manusia di dunia.

Sekali berbohong lalu ketahuan, maka jangan heran jika kepercayaan orang akan luntur bahkan hilang tanpa jejak. Nilai kejujuran yang terdapat dalam novel yg ditulis oleh Mochtar Lubis tersebut memiliki relevansi dengan Firman Allah Swt. dalam Q.S. At-Taubah/9:119 sebagai berikut:

ﺎَﯾ ﺎَﮭﱡﯾَأ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ْاﻮُﻨَﻣآ ْاﻮُﻘﱠﺗا َّﷲ ْاﻮُﻧﻮُﻛ َو َﻊَﻣ

َﻦﯿِﻗِدﺎﱠﺼﻟا

Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar” (Sumber: Q.S. At-Taubah ayat 119).

b. Peduli Sesama

Novel Harimau – Harimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis menyajikan fakta sosial dalam wujud peduli sesama. Nilai karakter yang terbangun berdasarkan peduli sesame dalam novel yang ditulis oleh Mochtar Lubis sarat dengan pesan sosial dan moral. Hal itu dapat dilihat dari kutipan – kutipan pembahasan novel tersebut.

Tokoh Zaitun, Siti Rubiyah, Buyung, Wak Katok, Pak Balam dan Pak Haji, merupakan tokoh yang ditampilkan oleh pengarang dengan cermin kepekaan terhadap peduli sesama yang sangat tinggi. Seperti dalam kutipan hasil penelitian pada data 25 bahwa, Tokoh Buyung menunjukkan rasa bakti yang besar seorang anak kepada orangtua khususnya sang ibu yang menyiratkan bahwa tokoh Buyung memiliki karakter peduli pada sesama (orangtua). Salah satu bukti sikap berbakti kepada orangtua adalah dengan memberikan manfaat yang besar bagi mereka terhadap yang telah dilakukan, misal, dengan berbagi kebahagiaan dan rezeki. Perlu ditegaskan bahwa yang tersirat pada data (25) adalah bukti sikap berbakti kepada kedua orangtua yang lebih dari sekadar berbuat baik, namun memiliki nilai tambah yang semakin melejitkan makna kebaikan tersebut. Berbakti bukanlah balasan yang setara untuk dapat mengimbangi kebaikan dan jasa orangtua, namun dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur yang mewujudkan kesyukuran dengan peduli pada kedua orangtua.

Data 26

“Ada, apa?” tanya Buyung, penuh rasa ingin tahu, dan hasrat hendak menolong. “..., akan tetapi kepada siapa kini tempat aku mengadu, jika bukan kepada kakak yang begitu baik hati padaku?” katanya kemudian dan memandang kepada Buyung dengan matanya penuh rasa percaya dan minta bantuan, yang membuat Buyung melupakan umurnya yang muda, dan dia merasa dirinya seorang lelaki dewasa dan gagah perkasa, dan yang sanggup membela dan melindungi perempuan muda yang tak berdosa, yang lemah dan yang sedang dalam kesusahan ini”. (HH: 66).

Melalui pendeskripsian yang tampak pada data (26) dapat disimpulkan bahwa sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin dapat bertahan hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain sehingga hal tersebut menimbulkan kesadaran untuk saling membantu dan menolong.

Memberikan bantuan harus dengan hati yang ikhlas agar orang yang dibantu merasa ringan dengan beban masalah yang diderita.

Sebuah kebahagiaan hanya dapat dirasakan oleh orang yang suka menolong orang lain dan sepertinya itulah kebahagiaan sejati. Pada data (26), kepedulian pada sesama yang ditunjukkan oleh tokoh Buyung yang tiba-tiba muncul keberaniannya melindungi sosok perempuan yang bercerita banyak kepadanya tanpa perlu mencari bukti-bukti pendukung dari berbagai pihak. Kepedulian seharusnya perlu diimbangi dengan kejernihan hati dan pikiran melihat keterkaitan berbagai sumber permasalahan.

Berdasarkan karakter yang ditampilkan tokoh dalam novel HarimauHarimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis sejalan dengan firman Allah dalam Alquran dalam Surah Al-Maidah/5: 2.

































Terjemahan:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya” (Sumber: Q.S.

Al-Maidah ayat 2).

Ayat tersebut di atas mencerminkan bahwa tolong – menolong dalam hal kebaikan merupakan potret peduli sesama secara ril di masyarakat sesuai dengan karakter tokoh yang telah ditampilkan oleh pengarang dalam novel Harimau – Harimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis. Dalam dunia pendidikan, pendidikan karakter khususnya peduli sesama merupakan suatu muatan kurikulum yang menjadi bagian dari penyelengaraan pendidikan, baik itu di tingkat Sekolah Dasar maupun sampai pada tingkat Perguruan Tinggi.

Tokoh Tukang Loak, Serdadu – Serdadu ( Ubel – Ubel ), Guru Isa, Pemuda dan Gadis PMI, Hazil dan Fatimah, merupakan cermin yang menjadi sosok tokoh yang ditampilkan oleh pengarang sebagai potret peduli sesama. Seperti pada kutipan berikut.

Data 43

“Fatimah meletakkan periuk yang telah berisi air di atas tungku, dan berkata “Lama benar si Inah ke warung. Tentu ia singgah ngobrol lagi.

Selamanya dia demikian. .... “Mari aku tolong,” kata Hazil, tangannya memegang tangan Fatimah, dan mengambil kayu dari genggaman Fatimah. Hazil mengelupaskan kulit kayu yang masih melekat pada potongan kayu itu, dan berkata, “Kalau kayu basah, maka buanglah

kulitnya, karena di kulitnya banyak meresap air, demikian aku pelajari dulu dalam kepanduan.” (JTAU: 116).

Banyak bentuk peduli terhadap sesama, pesan yang terlihat dalam data di atas. Kepedulian yang timbul dalam diri itu bukan hanya peduli dalam bentuk tindakan memberikan bantuan, namun juga tindakan mengkhawatirkan orang lain juga adalah bentuk kepedulian yang datangnya dari hati. Terkadang juga kedisplinan membentuk hati untuk peduli. Tokoh Hazil juga sangat peduli pada kesulitan yang dialami Fatimah dalam menyalakan tungku, seperti data berikut.

Data 44.

“ ..., jika Babu Inah tidak ada di rumah, hari-hari berbahagia bagi Hazil dan Fatimah. Selama Guru Isa sakit, Hazil amat kerap datang membawakan bermacam-macam makanan dan buah-buahan untuk Guru Isa. Sekarang Guru Isa telah sembuh kembali, meskipun badannya masih agak lemah.

Tetapi Guru Isa berkeras hendak pergi mengajar kembali. Dan karena telah menjadi kebiasaan, maka Hazil datang juga ke rumahnya, sedang Guru Isa di sekolah (JTAU: 117).

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri. Oleh karena itu, lumrah jika mnausia memiliki kepedulian sosial terhadap sesama. Kepedulian sosial adalah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas manusia. Kepedulian sosial adalah kondisi alamiah spesies manusia dan perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama- sama. Sikap peduli terhadap sesama terlihat dalam data (44) dengan perlakuan Hazil terhadap Guru Isa ketika sakit.

c. Bersahabat

Nilai karakter bersahabat dalam novel Harimau – Harimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis ditemukan peneliti dalam pengkajian ini tampak pada sosok tokoh Zaitun, Sanip, Pak Haji, Orang Tua, Siti Rubiyah dan Wak Katok yang mencerminkan nilai persahabatan.

Tokoh – tokoh tersebut ditampilkan oleh pengarang dan nilai pesan yang cerminannya sebagai sosok yang ditampilkan oleh pengarang melalui pesan sosial bersahabat. Mochtar Lubis melihat potret sosial sebagai sesuatu ruang arena berlangsungnya sistem sosial dalam bingkai komunitas yang membangun rasa persahabatan diantara kelompok sosial tersebut. Hal itu dapat dilihat dari temuan peneliti seperti pada uraian – uraian di bawah ini :

Pada data (10) sikap sopan santun yang ditunjukkan oleh tokoh Zaitun merupakan suatu tingkah laku yang amat positif dan natural sebagai bawaan manusia yang beradab dan beradat. Sopan santun bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja termasuk dalam sebaya bahkan yang dibawah umur kita terlebih kepada yang lebih tua. Bersahabat dengan tetap beretika tercermin dari tingkah laku sopan dan santun terhadap sahabat adalah sifat yang terpuji dan patut untuk dipelihara dalam diri. Selanjutnya pada data 14 ditemukan bahwa, Saat bersama sahabat berbagi cerita diiringi derai tawa dan diselingi tangisan air mata menyiratkan saling keterbukaan dan saling komunikatif dalam berjuang bersama sehingga terlihat ketulusan.

Karakter bersahabat yang dimiliki seseorang akan mewujud pada tindakan yang tidak akan pernah menyakiti orang lain karena sikap tersebut lahir dari hati. Sesuatu dari hati tidak akan pernah melukai karena lahir tulus dari hati. Segala perjuangan yang dijalani akan selalu terkenang dalam kenangan yang pernah dilakukan bersama. Sikap tokoh Sanip pada data (14) menunjukkan sikap bersahabat dan terbuka sehingga berefek pada orang di sekitarnya yang merasa nyaman dan tenang

Nilai pendidikan karakter yang muncul pada data (38) dan (69) dalam novel Harimau-Harimau adalah sikap saling menjaga dalam keadaan apapun termasuk dalam keadaan darurat yang membahayakan jiwa. Karakter bersahabat seseorang dapat dilihat dari kerelaan dan kemampuan melindungi serta membantu ketika di antaranya mendapat masalah. Tokoh Sanip senantiasa berupaya menjaga rahasia tokoh lain meski tidak dapat menahan di tengah frustasi karena ketakutan dan kekejaman orang tersebut. Untuk itu sahabat punya peran penting dalam hidup. Tokoh Sanip amat terbuka dan periang sehingga menjadi teman menyenangkan dalam perjalanan, namun, berubah ketika melihat kesewenang-wenangan tokoh lain.

Selanjutnya dalam novel Jalan Tak Ada Ujung ditemukan dalam pengkajian novel tersebut sosok tokoh bersahabat pada diri Guru Isa dan Hazil. Pengarang dalam novel tersebut menampilkan Guru Isa dan Hazil, seperti dalam hasil pengkajian novel tersebut bahwa, berkenalan tampak jelas pada dialog “Nama saya Isa, guru sekolah di Tanah Abang.” “Oh,

saya Semedi dari kantor keuangan.” Arti dari sebuah perkenalan memang dianggap banyak orang sabagai hal biasa. Namun, makna dari sebuah perkenalan yakni awal dari sebuah rasa bersahabat seorang tokoh bernama Guru Isa. Bersahabat merupakan keterbukaan untuk memulai berkomunikasi kepada orang lain.

2. Nilai Karakter Budaya a. Disiplin

Novel Harimau – Harimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis menyajikan karakter disiplin yang diperankan oleh sosok tokoh Pak Haji, Buyung, Wak Katok, Zaitun dan Harimau. Pengarang melihat nilai disiplin yang ditampilkan dalam kehidupan sehari- hari sebagai sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk menopang perilaku hidup manusia. Hal itu tampak pada temuan seperti pada data yang ditemukan oleh peneliti pada sosok tokoh Zaitun. Sosok Zaitun menggambarkan bahwa disiplin tidak kalah penting dengan karakter yang lain. Disiplin dalam hal pembelajaran seperti tergambar pada data (13) berupa penampilan, sikap, dan perilaku lahiriah seorang tokoh dalam novel. Kedisiplinan diperlukan juga dalam hal menjaga diri dan merawat diri sehingga menghasilkan penampilan fisik yang mempesona. Penampilan fisik yang mempesona pada seorang wanita tidak begitu saja hadir tetapi perlu perawatan diri misal dengan menjaga asupan makanan dan berolahraga sehingga diperoleh penampilan seperti tokoh Zaitun. Selain itu, kedisiplinan yang tersirat dari data tersebut adalah kedisiplinan tokoh Zaitun dalam belajar terutama

belajar membaca alquran yang dibuktikan dengan kefasihan dan keindahan lantunan ayat-ayat suci yang keluar melalui pita suaranya.

Sedangkan pada novel Jalan Tak Ada Ujung, karakter disiplin diperankan oleh tokoh Pak Damrah, Tukang Becak, Guru Isa dan Hazil.

Tokoh – tokoh tersebut ditampilkan pengarang untuk menyuarakan pesan karakter disiplin. Hal itu terdapat pada kutipan hasil penelitian yang diperankan oleh Tukang Becak yang menggambarkan nilai pendidikan karakter budaya disiplin ditemukan pada data (2) meski disampaikan melalui penggambaran keburukan yang kebaiknya dihindari dan tidak ditiru. Pada data ini tukang becak tetap minum kopi dan makan pisang goreng dengan tangan yang kotor sehingga pada data (2), terkandung nilai budaya disiplin menjaga kebersihan diri pribadi yang tidak dilakukan oleh tukang becak tetapi menjadi pelajaran bagi pembaca. Hal ini sesuai dengan pengertian disiplin menurut Sulistyawati (2012:31) bahwa disiplin adalah tindakan patuh pada ketentuan dan adab makan/minum.

b. Kerja Keras

Nilai pendidikan karakter khususnya kerja keras dalam novel Harimau – Harimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis diperankan oleh sosok tokoh Pak Haji, Wak Katok, Pak Balam, Buyung dan Harimau. Kerja keras dalam kehidupan sehari – hari dipentingkan demi mencapai satu titik tujuan yang telah diorientasikan oleh setiap orang dengan maksud bahwa kerja keras adalah jalan tercapainya suatu harapan dan kenyataan.

Melihat pentingnya kerja keras maka di dalam penyelengaraan pendidikan dipandang sebagai hal yang sangat penting untuk diorientasikan dalam bentuk pendidikan kepada siswa siswi, baik itu di sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Tampak pada data hasil temuan peneliti pada sosok tokoh Pak Balam yang menggambarkan bahwa, kerja pada dasarnya merupakan keharusan bagi setiap manusia. Tak ada pengecualian selain bagi mereka yang malas. Perlu diketahui bahwa kemalasan hanya akan mendatangkan kemelaratan hidup. Oleh karena itu, kehidupan membutuhkan para pekerja keras bukan pemalas atau pecundang. Hal tersebut sangat disadari oleh tokoh Pak Balam yang meski secara fisik ia kurus, namun, semangat bekerja sangat besar.

Penggambaran karakter pekerja keras Pak Balam digambarkan langsung oleh penulis dengan pendeskripsian kondisi fisik yang dilengkapi dengan narasi pada data (3).

Sementara pada novel Jalan Tak Ada Ujung, karakter kerja keras yang ditampilkan oleh pengarang adalah sosok tokoh Pak Damrah dan Guru Isa. Dalam tokoh Pak Damrah dan Guru Isa ditemukan peneliti bahwa, dalam berkehidupan memang diperlukan yang namanya kerja keras yang dibarengi dengan disiplin. Hal itu tergambar dari penggalan cerita di data (44).

Kerja keras yang ditunjukkan oleh Guru Isa memang tergambar dari keadaan atau kondisi dirinya yang masih lemah namun tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang guru dengan tetap pergi mengajar yang

berarti juga bahwa Guru Isa disiplin menjalankan tugas sebagai seorang guru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bekerja keras merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh tanpa mengenal lelah atau berhenti. Ia mampu memanfaatkan waktu secara optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak, dan kesulitan yang dihadapinya.

c. Menghargai Orang Lain

Dalam novel Harimau – Harimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis menyajikan karakter menghargai orang lain yang diperankan oleh sosok tokoh Wak Katok, Pak Lebai, Siti Rubiyah, Pak Haji dan Buyung. Pengarang menyampaikan bentuk penghargaan kepada orang lain akan menciptakan karakter dewasa dalam kehidupan bersosialisasi kepada masyarakat. Karakter menghargai orang lain yang disampaikan oleh peneliti tampak pada kutipan yang menjelaskan bahwa, menghargai seseorang itu sangat penting bagi kehidupan sosial manusia.

Menghargai adalah suatu sikap menerima sesuatu yang bernilai kepada manusia lain. Apapun bentuk penghargaan sebaiknya diterima dengan lapang dada dan syukuri. Seberapa besar usaha orang itu lakukan kita harus menghargainya, walaupun tidak ada pengaruhnya bagi kita, tidak dengan meremehkan atau menyepelekannya. Sikap menghargai ditunjukkan oleh tokoh Pak Lebai pada data (12) yang tetap menerima saran Buyung yang jauh lebih muda dari dirinya. Kelegowoan Pak Lebai

menerima saran Buyung bukan tanpa alasan melainkan karena pengalaman Buyung yang telah terbukti. Sedangkan pada novel Jalan Tak Ada Ujung, Mochtar Lubis menampilkan karakter menghargai orang lain pada sosok tokoh Guru Isa, Hazil dan Fatimah. Keselarasan berkehidupan akan tampak pada karakter menghormati dan menghargai orang lain. Hal itu terlihat dari karakter menghargai orang lain yang disampaikan oleh peneliti pada data yang menggambarkan bahwa, berkarya artinya melakukan atau mengerjakan sesuatu sampai menghasilkan sesuatu yang menimbulkan kegunaan atau manfaat dan berarti bagi semua orang.

Menghargai orang lain merupakan salah satu upaya membina keserasian dan kerukunan hidup antarmanusia agar terwujud kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan menghargai sesuai dengan harkat dan derajat seseorang.

d. Tanggung Jawab

Pendidikan karakter khususnya tanggung jawab dalam lingkungan pendidikan, dibelajarkan sebagai sebuah terapan kurikulum ditingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi yang dipandang sebagai pendidikan yang memiliki tujuan yang sangat penting dimiliki oleh setiap siswa. Novel Harimau – Harimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis sebagai salah satu objek kajian dalam penelitian ini ditemukan sosok tokoh pada diri Pak Haji, Buyung dan Siti Rubiyah. Hal itu dapat dilihat dari data 58 yang menggambarkan bahwa, pada saat ini, jarang ada orang yang memiliki sikap untuk bertanggung jawab dengan baik.

Baik dalam saat bekerja, berbicara, berbuat, maupun sedang mendapat amanah. Memiliki sikap bertanggung jawab atas apa yang diemban adalah sikap manusia yang mulia yang menjadikan kita sebagai manusia terpercaya oleh orang lain. Selain itu, orang yang bertanggung jawab adalah yang selalu dihargai di lingkungannya.

Bentuk tanggung jawab yang dimiliki Pak Haji sebagai umat manusia yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa adalah dengan tetap bertanggung jawab kepada Tuhan dengan menjalankan kewajiban sebagai umat dengan berpuasa, sembahyang, bahkan haji meskipun ia telah dikecewakan. Sedangkan dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis ditemukan tokoh Guru Isa, Kamaruddin, Hazil dan Fatimah sebagai sosok tokoh yang menyuarakan pentingnya sebuah tanggung jawab di dalam membangun kehidupan.

3. Nilai Karakter Kebangsaan

a. Semangat Kebangsaan

Untuk mendukung cita – cita luhur bangsa yang berorientasi pada kemajuan kehidupan masyarakat dalam berbagai sector dipetingkan adanya bangunan semangat kebangsaan pada diri setiap warga Negara Indonesia. Dalam novel Harimau – Harimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis ditemukan peneliti sosok tokoh Pak Balam yang memiliki kepekaan terhadap semangat kebangsaan. Penulis mencerminkan sosok Pak Balam sebagai potret manusia Indonesia yang sadar akan pentingnya membangun pradaban bangsa melalui bingkai

semangat kebangsaan. Sementara itu, pada novel Jalan Tak Ada Ujung tampak pada diri tokoh Tukang Loak, Pemuda – Pemuda, Guru Isa, Pemuda dan Gadis PMI, Hazil, Tuan Hamidy dan Dullah.

Pentingnya Semangat kebangsaan diterapkan sebagai salah satu unsur dari nilai karakter pendidikan oleh karena dipandang sebagai bentukan awal pada diri siswa siswi untuk membangun jiwa nasional mereka pada bangsa dan Negara.

Tampak pada kutipan salah satu sosok tokoh yang ditampilkan oleh Mochtar Lubis dalam karyanya adalah sosok Tukang Loak yang mencerminkan sikap pada negara yang menggambarkan bahwa ia sosok yang penuh semangat kebangsaan. Penggambaran sikap suka menolong dilakukan dengan penggambaran dari kalimat yang diucapkan tokoh (tukang loak) sendiri. Ia menolong pemuda yang merupakan pejuang kemerdekaan agar terlepas dari penggeledahan penjajah sekaligus membantu penyelamatan senjata agar tidak disita oleh penjajah.Sikap tukang loak mengandung nilai pendidikan karakter religius yaitu peduli sesama sekaligus nilai pendidikan karakter kebangsaan semangat kebangsaan yang sesuai.

b. Cinta Tanah Air

Novel Harimau – Harimau dan Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis menampilkan yang bernuansakan sikap cinta tanah air. Sikap tersebut dapat dilihat pada diri Pak Haji dan Pemuda-Pemuda seperti

Dokumen terkait